Menanggapi tulisan di bawah ini:
http://finance.yahoo.com/news/muslims-see-anti-mosque-bias-landmarking-decision-135704147.html?soc_src=mediacontentsharebuttons&soc_trk=fb Di Amerika dan Eropa, bangun ataupun renovasi masjid itu susah. Padahal katanya masyarakat Barat itu liberal. Di Indonesia, bangun ataupun renovasi gereja juga susah. Padahal UUD kita bicara soal kebebasan beragama. Ini semua menunjukkan apa? Pertama, "liberalisme" dan "kebebasan beragama" itu cuma jargon; gak ada masyarakat yang benar-benar bebas bias. Kedua, ini sebenarnya bukan masalah Muslim atau Kristiani. Ini lebih condong ke kecurigaan, kekhawatiran atau ketakutan masyarakat mayoritas terhadap masyarakat minoritas dan bisa terjadi ke umat agama manapun; indikasi masih buruknya komunikasi, informasi dan pemahaman yang ada. Toleransi yang sering didengung-dengungkan banyak pihak masih sebatas formalitas di permukaan; belum menyentuh akar rumput. Perlu kerja keras semua pihak supaya umat mayoritas dan minoritas bisa saling memahami niat ataupun kekhawatiran masing-masing pihak dan menjaga kepercayaan.
0 Comments
Di antara budaya asing, yang paling saya sukai adalah Jepang. Entah kenapa. Oleh karena itu, setiap kali ada terbitan buku baru tentang Jepang, biasanya saya beli, terutama kalau berkaitan topik-topik yang saya minati.
Di toko buku Periplus, Gramedia, dan Paperclip, dalam beberapa bulan ini beredar buku tentang Jepang yang rasanya harus dimiliki para penggemar budaya Jepang. 1. "Unbelievable Japan" oleh Weedy Koshino, bercerita tentang kehidupan Jepang dari sudut pandang seorang ibu rumah tangga 2 anak yang bersuamikan orang Jepang. Hal baru yang saya pelajari di buku ini dan tidak banyak saya dapati di buku-buku yang saya baca sebelumnya adalah soal bullying dan kehidupan anti sosial sebagian remaja Jepang. Harga: +/- Rp.60.000 2. "Wow Japan" oleh Prastuti. Bercerita tentang kehidupan masyarakat Jepang pula, namun dari kacamata seorang peneliti dan pengajar bahasa Indonesia di Jepang. Buku ini banyak membahas soal spiritualisme orang Jepang, sebuah topik yang biasanya jarang disentuh di banyak buku karena orang Jepang dianggap sekuler. Harga: Rp.60.000 3. "New Japan Achitecture" oleh Geeta Mehta. Buku ini membahas arsitektur terkini di berbagai tempat di Jepang yang dibagi dalam beberapa kategori, diantaranya Hunian, Pendidikan, Perkantoran dan Komersial. Di buku ini, kita bisa mempelajari kelihaian para arsitek Jepang dalam menyiasati ruang-ruang sempit dan memasukkan unsur keheningan Zen yang menjadi salah satu ciri khas Jepang ke dalam berbagai bangunan. Harga: Rp.450.000 Para fotografer Indonesia yang sering menerbitkan karya-karyanya dalam bentuk buku dapat dengan mudah kita temui. Tapi fotografer Indonesia yang bersedia bercerita tentang lika-liku profesinya sebagai fotografer? Wah ini jarang sekali. Sama jarangnya dengan para arsitek Indonesia yang bersedia bercerita tentang lika-liku profesi arsitek.
Diantara para fotografer Indonesia yang bersedia berbagi kisah hidupnya, kini ada Darwis Triadi dan Jerry Aurum yang buku otobiografinya sedang diterbitkan di toko buku lokal. Diantara kedua buku itu, saya memilih buku Jerry Aurum. Di bukunya ini, teman-teman dapat mengetahui rekam jejaknya selama ini, mulai dari pengalaman pertamanya menggunakan kamera analog hingga suka dukanya berprofesi sebagai fotografer. Yang menarik bagi saya adalah, semua disampaikan oleh Jerry Aurum sendiri dengan bahasa tanpa kesungkanan. Diantara halaman-halaman buku ini, teman-teman juga dapat menikmati karya-karya Jerry dengan berbagai tema. Harga: Rp.135.000 |
TOPICS
All
MONTHS
December 2019
|