Mayoritas candi di Nusantara ditemukan dalam keadaan luluh lantak, nyaris rata dengan tanah. Bagaimana mereka bisa dibangun kembali, padahal tidak ada gambar arsitektur candi-candi tersebut yang pernah ditemukan? Jawabnya adalah dengan mencoba saling mencocokkan ribuan batu penyusun candi tersebut satu persatu, bila candi tersebut terbuat dari bahan batu andesit. Tiap batu candi memiliki tonjolan ataupun lekukan pada beberapa sisi samping dan belakangnya yang membentuk kuncian yang khas dengan batu-batu lain di sekelilingnya. Tidak ada dua batu penyusun yang memiliki bentuk kuncian yang sama! Jadi bisa dikatakan, candi adalah puzzle tiga dimensi berukuran raksasa yang dibangun nenek moyang kita. Candi-candi utama di Prambanan, sebagai contoh, memerlukan waktu hingga dua puluh tahun untuk direkonstruksi, karena setiap batu penyusunnya harus dicoba dicocokkan dengan batu-batu lain yang ditemukan berserakan di dekatnya. Lain halnya bila candi tersebut terbuat dari bahan batu bata. Karena batu bata penyusun candi tidak memiliki kuncian, mereka direkatkan dengan saling menggosok-gosokan sisi-sisinya terhadap satu sama lain, sehingga tercipta lapisan bubuk pada sisi-sisi tersebut yang lantas diperciki air. Jadi, merekonstruksi candi berbahan bata adalah jauh lebih sulit. Bahwasanya batu penyusun candi direkatkan dengan menggunakan putih telur adalah mitos, karena residu putih telur tidak pernah ditemukan selama ini. Hal menarik lainnya adalah proses rekonstruksi candi juga memakan biaya yang tinggi. Candi kecil seperti Cangkuang di Garut, menurut sebuah artikel, yang saya baca memakan biaya Rp.2 miliar untuk rekonstruksinya, seingat saya. Biaya sebesar itu habis untuk: 1. Membebaskan tanah masyarakat tempat candi tersebut ditemukan, 2. Menyewa para tukang dan tenaga ahli selama proses rekonstruksi tersebut, yang bukan hanya terdiri dari ahli arkeologi, namun juga arsitektur dan sipil. 3. Proses pembongkaran, pendataan dan perawatan setiap batu candi. 4. Proses pembongkaran tanah dan pembuatan pondasi modern di bawah candi yang ditemukan tersebut. 5. Proses pembuatan rangka struktur modern di balik bangunan candi tersebut, dan tentu saja 6. Proses pencocokkan setiap batu candi sehingga terbentuk tubuh bangunan yang utuh. Dengan memahami tenaga, waktu, dan biaya besar yang terlibat dalam proses rekonstruksi bangunan bersejarah, seperti candi, semoga kita bisa lebih peduli dan menjaga bangunan tersebut untuk generasi berikutnya. Sumber foto: pribadi
0 Comments
Leave a Reply. |
TOPICS
All
MONTHS
December 2019
|