Lucu ya ketika kita melihat diri kita sebagai orang pribumi dan membedakan orang Tionghoa sebagai pendatang di bumi Nusantara.
Kalau Anda orang Sumatera, Sunda, Jawa, Bali, Kalimantan dan Sulawesi, 4.000 tahun yang lalu Anda akan dianggap pendatang dari utara oleh orang Papua yang sudah ada di Nusantara sejak 40.000 tahun yang lalu. Dan kalau Anda orang Papua dan menganggap diri Anda sebagai pribumi, maka 40.000 tahun yang lalu Anda akan dianggap sebagai pendatang dari barat oleh kelompok manusia kuno bernama Homo erectus yang sudah ada di Nusantara sejak 1,6 juta tahun yang lalu. Sayangnya sudah tidak ada lagi suku modern di Indonesia yang merupakan keturunan Homo erectus. Mereka punah tanpa meninggalkan jejak. Jadi, istilah pribumi non-pribumi itu sangat relatif. Semuanya cuma masalah waktu dan tidak ada nilainya dalam sains. Masalahnya cuma satu: Apa yang sudah Anda perbuat buat bagian Bumi dimana Anda berpijak dan kini memutuskan tinggal?
0 Comments
Mungkin teman-teman masih ingat peta persebaran tempat-tempat ibadah tertua di Jakarta yang pernah saya buat dan bagikan disini 2 tahun lalu berdasarkan riset pribadi yang saya lakukan.
Bila tempat-tempat ibadah tersebut diurutkan berdasarkan tahun pembangunannya, maka daftarnya adalah sebagai berikut: 1525 M - Masjid Al-Alam I 1527 M - Masjid Al-Alam II 1620 M - Masjid As-Salafiyah 1650 M - Klenteng Da Bo Gong 1676 M - Gereja Tugu 1717 M - Masjid Al-Mansyur 1747 M - Masjid Hidayatullah 1751 M - Klenteng Toa Se Bio 1757 M - Klenteng Chen Si Zu Miao 1760 M - Masjid An-Nawir 1761 M - Klenteng Wan Jie Si 1761 M - Masjid Angke 1786 M - Masjid Jami Kebon Jeruk 1789 M - Klenteng Di Cang Yuan 1794 M - Klenteng Lu Ban Gong 1796 M - Masjid Luar Batang 1835 M - Gereja Immanuel 1901 M - Gereja Katedral 1913 M - Gereja Ayam Bahagia adalah ketika pulang ke rumah setelah tidak pulang dua minggu dan melihat semua pesanan buku filsafat, sejarah, arkeologi, linguistik dan antropologi dari berbagai penerbit sudah sampai rumah.
Setelah menyisir setiap jengkal di bazaar buku import "Big Bad Wolf Books" (BBWB) di ICE BSD selama 3,5 jam, akhirnya sampai juga saya di rumah.
Buat teman-teman pecinta buku, pastikan jangan sampai kehilangan event langka ini! Di BBWB ada ratusan ribu (atau mungkin jutaan?) judul buku import BARU (bukan bekas) dari kategori fiksi, non-fiksi, komik, dan anak-anak yang dijual dengan diskon s/d 80%! Untuk memberi ilustrasi, 17 buah majalah dan buku tebal yang penuh foto dan warna ini saya beli 'hanya' dengan harga Rp. 1,265 juta! Walau angka ini pada awalnya mungkin terlihat besar, tapi kalau sudah dibagi 17, itu artinya tiap barang berharga rata-rata hanya Rp.75 ribu! Jangan tertipu dengan judul-judul buku yang sampai sekarang masih terus diunggah ke website event ini: www.bigbadwolfbooks.com. Jumlah judul yang akan Anda temui di event ternyata beratus-ratus kali lebih banyak! Ada buku roman, biografi, memasak, hasta karya, berkebun, golf, otomotif, militer, seni, arsitektur dan banyak topik lainnya. Hanya segelintir topik yang bukunya tidak saya temui di pameran ini: Filsafat, Agama, Astrofisika (bukan astronomi) dan Fisika Kuantum. Kalau membaca ini, tampaknya intrik di dalam harem antara Hürrem dan Mehidevran yang digambarkan film 'Abad Kejayaan' dan diprotes sebagian umat Islam di Indonesia memang pernah terjadi.
Saya sering ditanyai beberapa teman, darimanakah asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia? Di bawah ini saya ingin berbagi apa yang saya pelajari selama ini dari buku-buku, website, ataupun hasil riset dan penemuan antropologi, arkeologi, linguistik, dan genetika berkaitan asal-usul nenek moyang kita.
Now that I know, the magnitude of sins, grandeur, and destruction of the ancient Italian island city of Pompeii can only be equaled by that of the colonial Jamaican city of Port Royal.
Karena tertarik ingin tahu bagaimana generasi muda Jepang saat ini memandang keterlibatan negara mereka di masa lalu dalam PD II dan kekejaman yang dilakukan tentara mereka di banyak tempat, hari ini saya meluangkan sedikit waktu untuk melakukan sedikit riset secara online dan menemukan hal yang agak mencengangkan.
Sejak pertama kali baca-baca soal sejarah Mesir Kuno waktu SD, firaun yang satu ini selalu membuat saya bertanya-tanya.
Salah satu hal teraneh tentang catatan perjalanan Marcopolo ke Cina adalah, kalau ia memang pernah ke Cina, kenapa ia tidak pernah menyinggung soal Tembok Besar Cina di catatan perjalanannya? Padahal Tembok Besar Cina adalah fitur fisik yang amat signifikan terlihat pada peradaban Cina.
Saya prihatin ketika menemukan orang berpendidikan yang menyebut tahun 1700 sebagai abad ke-17. Dia menulis buku sejarah pula. Ini adalah KESALAHAN FATAL! Membuat bingung pembaca saja.
Merah putih adalah warna yang diputuskan Soekarno untuk menjadi warna bendera kita. Sewaktu kecil, saya sering bertanya, kenapa Soekarno memilih 2 warna ini dan bukan warna lainnya?
|
TOPICS
All
MONTHS
December 2019
|