Dalam bahasa apapun, setiap kata biasanya punya asal-usul. Bahkan untuk kata-kata yang dianggap sangat mendasar.
Sebagai contoh, dalam bahasa Melayu/Indonesia, Sunda dan Jawa, kata yang dipakai untuk menunjuk diri sendiri bermakna "budak" atau "rakyat". "Saya" (Melayu) berasal dari "sahaya", kata Sansekerta yang berarti "budak". "Abdi" (Sunda) berasal dari "abdi/abid", kata Arab yang berarti "hamba". Sementara "kulo" (Jawa) berasal dari "kawulo" yang berarti "rakyat". Ilmu yang mempelajari asal-usul kata disebut Etimologi.
3 Comments
19/11/2017 03:04:20 pm
Our language " Indonesian " has taken or brought in many words from other languages. Is this a reflection of attitude ? Being flexible, tolerant, accomodative, ready to change? I wonder.
Reply
M Arief Wibowo
26/11/2017 09:47:35 am
Hi. I think all languages absorb some vocabulary from other languages, depending on how long and deep they are exposed to other languages due to economic, cultural contact and so forth. We cannot conclude for sure that the degree of absorption necessarily indicates the absorbing language being more tolerant or even inferior than the source language.
Reply
AKM
3/8/2023 02:19:34 pm
Zaman dahulu, kata ganti nama untuk diri adalah 'hamba sahaya'. dalam bahasa Sanskrit हम्भाय (hambhāya, maksudnya dalam English “low”) dan dalam Bahasa Melayu maksudnya rendah/bawah. Manakala sahaya pula bermaksud Sahāya (सहाय) [Also spelled sahay]:—(nm) a helper, supporter) dalam bahasa Melayu bermaksud pembantu/penolong/penyokong]. Oleh yang demikian, hamba sahaya bermaksud 'low helper' iaitu pembantu rendah/bawahan atau penolong rendah/bawahan. Bangsa Melayu orangnya sangat rendah diri dan bersopan santun. Mengunakan perkataan saya (hamba sahaya) sebagai ganti nama diri bermakna orang Melayu sentiasa merendah diri dan sentiasa memuliakan orang lain apabila bertutur.
Reply
Leave a Reply. |
TOPICS
All
MONTHS
December 2019
|