Ada perasaan sedih yang melanda ketika melihat dua tempat ini di dalam hutan keramat Astanagede milik kerajaan Galuh di Kawali kemarin.
Teman-teman mungkin masih ingat soal Perang Bubat yang pernah diceritakan guru sejarah di sekolah dulu? Di perang Bubat, rombongan raja Galuh, Linggabuana, dan putrinya, Dyah Citrarasmi, yang sedianya akan dinikahi oleh Hayam Wuruk, raja Majapahit, diserang oleh Patih Gajah Mada. Gajah Mada meminta raja Galuh dan putrinya menyatakan tunduk pada kekuasaan Majapahit sebelum rombongan mereka sampai di keraton. Karena mereka menolak, akhirnya terjadi peperangan di dekat lapangan Bubat, Trowulan. Raja Galuh dan putrinya yang sedianya menikah dengan Hayam Wuruk malah tewas terbunuh. Gajah Mada, tak lama setelah itupun non-aktif sebagai patih. Peristiwa ini terjadi pada 1357 M dan terekam dalam naskah kuno Sunda "Carita Parahyangan", naskah kuno Jawa "Pararaton", dan naskah kuno Bali "Kidung Sundayana". Ketika saya berkunjung ke hutan keramat Astanagede milik kerajaan Galuh di Kawali tempo hari, tanpa saya duga sebelumnya saya menemui dua buah menhir yang, menurut keterangan di situs, di bawahnya ditanam abu putri Dyah Citrarasmi dan raja Linggabuana. Di dalam hutan keramat tersebut juga banyak menhir-menhir dan makam-makam tokoh lainnya. Sayang hari sudah sore dan hujan turun dengan deras. Kalau tidak, saya ingin meluangkan waktu lebih lama lagi di situs ini untuk mengeksplorasi dan menghayati sejarah di balik tempat ini.
0 Comments
Leave a Reply. |
TOPICS
All
MONTHS
December 2019
|