Menonton film Tomb Raider di bioskop tempo hari akhirnya mendorong saya untuk menulis tulisan pendek yang sebenarnya telah ingin saya tulis sejak lama ini, yaitu tentang makam piramida kaisar Cina, Qin Shi Huang.
Ketika kita menonton film Tomb Raider, barangkali kita akan dibuat penasaran dengan makam dari putri Himiko, salah satu putri Jepang pertama yang memiliki kemampuan sihir, yang bila ditemukan dan dibuka, menurut film tersebut, akan membawa bencana bagi umat manusia. Putri Himiko memang dikenal dalam legenda Jepang. Sejarahwan Jepang mencoba mengidentifikasi tokoh legenda ini dengan ratu Jingu, Yamatohime no Mikoto, ataupun Yamato Totohi Momosohime no Mikoto yang memang meninggalkan catatan sejarah di Jepang dan kesemuanya hidup di abad 2 M. Meskipun di film Tomb Raider makam putri tersebut digambarkan begitu megah, namun pada kenyataannya makam yang diduga oleh para sejarahwan Jepang sebagai makam putri Himiko, yaitu Kofun Hashihaka, tak lain adalah sebuah konstruksi megalitik sebagaimana konstruksi-konstruksi megalitik lainnya untuk makam raja dan ratu di Jepang pada periode tersebut yang lazim dikenal sebagai Kofun. Makam yang lebih mendekati penggambaran yang ada di film Tomb Raider dan jauh melampaui itu dalam hal kemegahannya, menurut saya justru adalah makam kaisar Cina Qin Shi Huang, yang hingga saat ini merupakan makam berbentuk piramida terbesar di Asia Timur. Qin Shi Huang hidup pada tahun 259-210 SM dan merupakan kaisar yang mempersatukan kerajaan-kerajaan di Cina untuk pertama kalinya. Melalui catatan-catatan sejarah, kita bisa mengetahui bahwa ia adalah sosok yang brilian, namun juga keras dan bengis. Demi mempersatukan Cina Kuno, ia tidak segan melakukan pembantaian terhadap musuh-musuhnya. Qin Shi Huang adalah kaisar yang pertama kali memberlakukan satu sistem tulisan dan ukuran bagi seluruh rakyat di kekaisarannya. Ia pula lah yang membangun sebagian besar dari Tembok Besar Cina, membangun jalan-jalan besar kerajaan yang menyebar dari ibukotanya di Xi'an ke propinsi-propinsi lainnya dan menyelesaikan proyek-proyek kolosal lainnya. Ketika wafat pada 210 SM, ia dikawal oleh ribuan tentara terakota yang ikut dikubur bersamanya. Tentara-tentara terakota ini ditemukan kembali secara tidak sengaja melalui sebuah penggalian pada 1974 dan sejak saat itu menjadi penemuan besar dalam bidang arkeologi. Hingga kini sendiri telah tergali sebanyak 8.000 tentara terakota, 130 kereta kuda berikut 520 kuda terakota penariknya, 150 kuda terakota, dan patung-patung terakota pelayan, seniman, dan aneka profesi lainnya untuk menemani sang kaisar di alam baka. Ditemukannya banyak ciri Yunani pada patung-patung terakota yang ada dan juga DNA orang Eropa di antara kerangka para pekerja di area sekitar membuat banyak sejarahwan berkesimpulan bahwa sang Kaisar juga melibatkan seniman-seniman dari Eropa dalam proses pembuatan patung-patung terakota tersebut. Meskipun hingga saat ini patung-patung terakota tersebut masih menjadi peninggalan yang paling sering didengar publik dari kaisar Qin Shi Huang dan dari daerah Xi'an, namun sesungguhnya ada peninggalan lebih besar yang jarang diketahui dan terletak di area yang sama, yaitu komplek makam dan makam piramida dari sang kaisar itu sendiri. Ribuan patung terakota yang telah ditemukan sebenarnya hanya merupakan bagian kecil dari bekal kubur yang ada di bagian dalam tembok keliling komplek makam kaisar Qin Shi Huang yang berluas 56,25 km2 (78 kali lebih besar dari komplek istana Kota Terlarang di Beijing). Di lokasi-lokasi lainnya di dalam komplek makam tersebut juga telah ditemukan makam para selir kaisar dan pegawai kekaisaran yang dibunuh untuk mengikuti wafatnya sang kaisar dan bangunan-bangunan kekaisaran untuk tempat tinggal kaisar di alam baka. Semuanya ditata seperti sebuah kota lengkap dengan tembok-tembok pembatasnya. Di pusat semua itu terdapat bangunan yang paling penting, yaitu makam sang kaisar itu sendiri. Makam ini berbentuk piramida dengan ukuran dasar 500 m x 500 m dan tinggi 150 m (bandingkan dengan piramida Khufu di Mesir yang berukuran dasar 250 m x 250 dan tinggi 146 m). Seluruh permukaan piramida makam kaisar ini ditanami tanaman. Sepanjang sejarah klasik Tiongkok, makam kaisar Qin Shi Huang ini merupakan salah satu makam yang amat terkenal. Bukan hanya karena ukurannya, namun juga karena apa yang dikandungnya menurut penjelasan Sima Qian, sejarahwan klasik Cina yang hidup di abad 1 M. Sima Qian menjelaskan bahwa di dalam makam kaisar Qin Shi Huang terdapat replika komplek istana sang kaisar semasa ia hidup dalam ukuran yang sebenarnya. Komplek istana tersebut dialiri sungai-sungai yang terbuat dari logam cair Merkuri untuk menyerupai sungai-sungai dan lautan yang mengapit kekaisaran Qin. Sementara itu langit-langit komplek istana tersebut berhiaskan batu-batu permata untuk menyerupai bintang-bintang di malam hari. Di dalam komplek istana itu sendiri tersimpan harta benda sang kaisar yang melimpah dan peti mati sang kaisar yang terbuat dari perunggu. Semua itu dilindungi berlapis-lapis tembok keliling komplek istana dan perangkap-perangkap mematikan yang telah disiapkan sang kaisar bagi mereka yang mencoba memasuki makamnya. Menurut Sima Qian, seluruh komplek makam sang kaisar, berikut piramida raksasa yang memuat replika komplek istananya, dibangun selama 36 tahun oleh 700.000 tenaga kerja, dimana para tenaga kerja yang khusus bekerja pada makam piramida seluruhnya dibunuh dan dimakamkan di dalam makam piramida bersama sang kaisar untuk menjaga rahasia desain makam tersebut. Penelitian modern khusus pada bangunan makam piramida telah dimulai pada 1976. Penggalian-penggalian setempat dan tes-tes tanah telah berhasil mengungkapkan bahwa di balik makam sang kaisar yang kini berbentuk bukit hijau itu memang ada struktur besar berbentuk piramida terpancung yang terbuat dari batu dan barangkali menjadi struktur luar pelindung bagi replika komplek istana yang ada di dalamnya. Penelitian paling mencengangkan barangkali adalah penelitian tahun 1980 dari China Institute of Geo-Environment Monitoring yang berhasil mengungkap keberadaan cairan logam Merkuri dalam jumlah melimpah di bagian bawah makam. Pemetaan menunjukkan bahwa cairan Merkuri tersebut membentuk pola seperti aliran-aliran sungai. Merkuri sendiri merupakan cairan yang digemari oleh Qin Shi Huang. Menurut berbagai catatan, selama hidupnya Qin Shi Huang selalu tergila-gila pada ramuan-ramuan yang dapat membuatnya hidup abadi (cairan elixir). Ia bahkan mengirimkan ekspedisi ke lautan timur untuk mencari ramuan semacam itu. Oleh para tabibnya, ia akhirnya disarankan untuk meminum ramuan Merkuri bersama dengan madu dan anggur secara teratur untuk membuatnya panjang umur. Namun di akhir hidupnya, Qin Shi Huang, menurut catatan-catatan sejarah, sering mengalami delusi parah yang menurut para peneliti modern merupakan tanda bahwa ia telah keracunan Merkuri dan bisa menjadi sebab utama kematian dirinya. Untuk mengungkap rahasia yang ada di balik makam piramida Qin Shi Huang, sebenarnya telah banyak arkeolog dan lembaga yang meminta izin pemerintah Cina untuk membuka struktur piramida tersebut. Namun hingga saat ini pemerintah Cina masih tak bergeming, mengingat tingginya teknologi dan biaya yang diperlukan untuk merawat seluruh peninggalan yang ada di dalam makam tersebut begitu makam piramida tersebut telah terbuka dan bersentuhan dengan udara luar. Hingga saat ini isi makam piramida kaisar Qin Shi Huang masih menjadi misteri. Referensi lebih lanjut: - https://en.m.wikipedia.org/…/Mausoleum_of_the_First_Qin_Emp… - https://relay.nationalgeographic.com/…/china-first-emperor-… - https://www.chemistryworld.com/…/flowing-river…/8122.article - http://www.china.org.cn/english/culture/229549.htm - http://www.chinadaily.com.cn/…/201…/13/content_9845517_2.htm - https://youtu.be/up54OesStMA - https://youtu.be/GzkSUQ1hX74 - https://youtu.be/dnh7Th5ovHQ - https://youtu.be/TO0KY0Kul-0
0 Comments
Leave a Reply. |
TOPICS
All
MONTHS
December 2019
|