ARIEF ONLINE
  • Home
  • Curriculum Vitae
  • Thoughts
  • Photographs
  • Poems
  • Languages Learning
    • Indonesian Phrases
    • Persian Phrases
    • French Phrases
    • German Phrases
    • Dutch Phrases
    • Learning Materials
  • Contact

Kota Kuno Bagan di Myanmar

25/4/2016

1 Comment

 
Picture
Kota Kuno Bagan - Sumber: Internet

Senang sekali semalam bisa menonton program dokumenter "Rediscovering Ancient Asia" di saluran NHK TV Jepang yang khusus membahas Bagan.

Bagan adalah sebuah kota kuno di Myanmar, dimana disana terhampar 3.000 buah candi berukuran besar dan kecil. Kalau Anda penyuka arsitektur candi, jelas ini adalah salah satu tempat yang harus Anda kunjungi di luar Indonesia di samping Siem Reap (Kamboja), Ayutthaya, Sukkhothai (Thailand), Indrapura, Vijaya, dan Phan Rang–Tháp Chàm (Vietnam). Itulah ibukota-ibukota kerajaan di Asia Tenggara di luar Indonesia pada era Hindu-Buddha.

Saya pertama kali mengenal Bagan dua tahun lalu ketika melihat foto seperti yang saya cantumkan disini. Saya terkesima dengan jumlah candi yang ada disana. Namun saya belum pernah mendapatkan buku ataupun menonton acara TV yang khusus membahas tempat ini. Oleh karena itu, ketika menemukan NHK TV membahas kota kuno ini, saya amat senang.
​
Melihat Bagan mengingatkan saya pada Yogyakarta pada masa Mataram Kuno. Kalau kita membaca laporan-laporan penjelajah Belanda yang pertama kali menginjakkan kaki disana pada tahun 1700-an, kita akan tahu bahwa jumlah candi yg ada disana pada saat itu jauh lebih banyak daripada yang kita lihat saat ini.

Para penjelajah Belanda tsb menuliskan bahwa hampir setiap jengkal tanah disana memiliki candi, entah besar atau kecil. Mereka pada saat itu pun masih menemukan beberapa komplek kuno dengan dinding bata keliling di sekitar Prambanan yang diduga sebagai tempat tinggal raja dan keluarganya. Tak ayal lagi, kata para penjelajah itu, ini pasti sebuah kota yang besar dan makmur pada masanya.

Meski demikian, para penjelajah itu juga menjelaskan bahwa sebagian besar candi yang mereka lihat sudah dalam keadaan luluh lantak, jauh lebih buruk daripada keadaan sebagian dari mereka saat ini yang sudah direnovasi para arkeolog Indonesia. Para penjelajah itu pun menjelaskan bahwa banyak dari batu candi yang sudah rusak itu diambil warga sekitar untuk membuat rumah, pagar halaman, atau bahkan dinding pabrik tradisional. Hal iti menjelaskan kekurangpahaman masyarakat saat itu tentang nilai budaya dan sejarah tinggi yang sebenarnya dimiliki candi-candi yang mereka lihat sudah rusak tsb.

Bahkan sebenarnya, dengan jumlah candi yang masih tersisa saat ini pun, mulai dari belasan komplek candi besar seperti Borobudur, Prambanan, Ratu Boko, Plaosan, Ijo, Barong, Sambisari, Sewu, ataupun candi-candi kecil yang jumlahnya puluhan seperti candi Merak, Palgading, Bubrah, Sojiwan, sampai kemarin ini saya masih dibuat bingung: Apa yang membuat dinasti Mataram Kuno begitu bersemangat dalam membangun candi? Apalagi kalau mengingat hampir semua komplek candi besar dibangun hanya dalam kurun waktu 100 tahun.

Nah, sepertinya pertanyaan itu terjawab ketika saya menonton "Ancient Asia" semalam. Di sanalah saya menemukan penjelasan kenapa para raja kuno Myanmar amat bersemangat membangun candi di Bagan, termasuk rakyatnya. Mungkin ini bisa menjelaskan hal sama yang terjadi di Yogyakarta pada era Mataram Kuno.

Hanya saja, ulasan tentang Bagan di program "Rediscovering Ancient Asia" tsb masih dapat dianggap perkenalan. Di program tsb tidak dijelaskan hubungan dinasti Bagan di Myanmar dgn dinasti lainnya di Asia Tenggara, termasuk Mataram Kuno pada saat kejayaannya.
​
Kalau kita melihat prasasti Sdok Kok Thom di Kamboja dan Laguna di Manila Filipina, kita tahu bahwa pada masa kejayaan Mataram Kuno, Kamboja dan selatan Filipina termasuk daerah kekuasaan Mataram. Kronik-kronik Cina juga mencatat bahwa kerajaan Champa beberapa kali mendapat upaya pendudukan dari Mataram Kuno. Ya, bahkan saat itu pun, persaingan kekuasaan pun sudah terjadi di Asia Tenggara.
1 Comment

Rejeki Tidak Selalu Berupa Harta

25/4/2016

0 Comments

 
Bicara etimologi, kata "rejeki" atau "rizki" di bhs. Indo itu berasal dari kata "rizqan" di bhs. Arab dengan akar kata "r-z-q" yg artinya "pemberiaan".

Kalau sudah meminta "rejeki" kepada Yang Maha Kuasa, lalu diberi tubuh yang sehat, keluarga yg rukun, atau ilmu yg bermanfaat, apa bukan rejeki namanya?

Dengan akar kata r-z-q ini, orang Islam suka berdoa "Warzuqni fahman" sebelum belajar apapun yang artinya "Berikan aku pemahaman (daya tangkap)".
0 Comments

Origin of Good Bye

16/4/2016

0 Comments

 
Nice to know that "Good bye" originates from "God b w ye" which was Middle English (Shakespeare's time) slang expression, shortened from "God be with ye (you)".
0 Comments

    TOPICS

    All
    Anthropology
    Archaeology
    Architecture
    Astronomy & Cosmology
    Biology
    Book Recommendation
    Business & Property
    Economy
    Education
    Film Recommendation
    General Science
    Geography
    Geology
    Geopolitics
    History
    Life
    Linguistics
    Others
    Philosophy
    Photography
    Place Recommendation
    Poem
    Politics
    Psychology
    Quantum Physics
    Religion
    Sociology

    RSS Feed

    MONTHS

    December 2019
    November 2019
    October 2019
    June 2019
    May 2019
    March 2019
    February 2019
    November 2018
    October 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    November 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    February 2017
    January 2017
    December 2016
    November 2016
    October 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014
    May 2014
    April 2014
    March 2014
    February 2014
    January 2014
    December 2013
    November 2013
    September 2013
    August 2013
    June 2013
    May 2013
    April 2013
    March 2013
    February 2013
    January 2013
    December 2012
    November 2012
    October 2012
    September 2012
    August 2012
    July 2012
    June 2012
    May 2012
    March 2012
    February 2012
    November 2011
    December 2009
    November 2009
    January 2009
    May 2008
    March 2008
    January 2008
    December 2007

  • Home
  • Curriculum Vitae
  • Thoughts
  • Photographs
  • Poems
  • Languages Learning
    • Indonesian Phrases
    • Persian Phrases
    • French Phrases
    • German Phrases
    • Dutch Phrases
    • Learning Materials
  • Contact