ARIEF ONLINE
  • Home
  • Curriculum Vitae
  • Thoughts
  • Photographs
  • Poems
  • Languages Learning
    • Indonesian Phrases
    • Persian Phrases
    • French Phrases
    • German Phrases
    • Dutch Phrases
    • Learning Materials
  • Contact

Hubungan Warna Kulit Manusia dan Derajat Lintang Tempat Mereka Hidup

27/10/2014

0 Comments

 
Picture

Hubungan antara kegelapan warna kulit manusia dengan derajat lintang tempat mereka hidup bisa ditunjukkan di gambar ini. 

Kegelapan kulit manusia ditentukan oleh pigmen bernama melanin di bawah kulit. Di daerah-daerah yang sinar mataharinya terik, kulit akan memroduksi lebih banyak melanin (generasi demi generasi) untuk melindungi kulit dari radiasi sinar UV yang berlebih dan kanker kulit. 


Pada daerah-daerah yang sinar mataharinya kurang, kulit manusia akan lebih sedikit memroduksi melanin (generasi demi generasi) supaya bisa lebih banyak menyerap vitamin D dari matahari untuk pembentukan tulang dan metabolisme tubuh.

0 Comments

Ingat, 90% Keanekaragaman Genetika Manusia ada di Afrika

27/10/2014

0 Comments

 

Melihat gambar ini membuat saya teringat bahwa 90% keanekaragaman genetika umat manusia ada di Afrika. Sementara itu, berbagai keanekaragaman fisik umat manusia yang ditemui di luar Afrika hanya merupakan 10% bagian dari keanekaragaman genetika umat manusia seluruhnya.

Picture
0 Comments

Kaitan Turki-Jepang

27/10/2014

0 Comments

 
Picture
Picture

Terkait postingan sebelum ini, mungkin ada yang bertanya, bagaimana mungkin orang Turki dan Jepang memiliki hubungan kekeluargaan yang dekat (seperti orang Indonesia dan Malaysia) dan berasal dari nenek moyang yang sama (sama-sama rumpun Altaic), padahal penampilan fisik orang-orang dari kedua bangsa ini begitu berbeda?

Jawabnya adalah: Dalam sains, kedekatan hubungan keluarga antara dua orang atau dua kelompok manusia tidak bisa ditentukan hanya dari ciri-ciri yang tampak (fenotipe). Yang pertama kali harus dilihat adalah kemiripan komposisi gen (genotipe) dua kelompok tersebut.

Sebetulnya dalam rumpun Altaic, hanya orang-orang Turki lah yang memiliki penampilan fisik paling berbeda. Hingga kini, orang Jepang, Korea, Mongol, Tungus, Kirghiz, maupun Uzbek sebetulnya bisa dikatakan masih memiliki beberapa ciri fisik yang mirip, seperti kulit pucat, tubuh tidak terlalu tinggi, dan bermata sipit.

Pengecualian pada orang Turki terjadi karena dalam sejarahnya, orang-orang Turki sudah mengembara begitu jauh dari tempat asalnya (Asia Tengah) dan mengalami berbagai perkawinan campuran dengan berbagai bangsa di sepanjang jalan menuju tempat yang jadi tanah air mereka sekarang. Itulah yang pada akhirnya menyebabkan orang-orang Turki memiliki penampilan fisik yang cukup berbeda, meski mereka masih mewarisi bahasa dan adat-istiadat nenek moyangnya. 

0 Comments

Ciri-ciri Bahasa-bahasa dalam Rumpun Altaic

27/10/2014

0 Comments

 
Picture

Setelah membahas secara sekilas perbandingan tata bahasa Jerman dan Belanda yang sama-sama berasal dari rumpun Indo-Arya minggu lalu, kali ini saya ingin membahas ciri khas yang dimiliki bahasa-bahasa dalam rumpun Altaic. 

Bahasa-bahasa yg termasuk ke dalam rumpun Altaic diantaranya adalah Jepang, Korea, Mongol, Tungus, Kirghiz, Uzbek, Turki, dan berbagai bahasa di
 Asia Tengah. Dalam ilmu linguistik, beberapa bahasa dikatakan berasal dari rumpun yang sama bila mereka berasal dari bahasa nenek moyang yang sama dan memiliki banyak kesamaan pada tata bahasa dan kosakata dasar. 

Berikut adalah ciri-ciri khas tata bahasa yang dimiliki bahasa-bahasa dalam rumpun Altaic:

1. Pola kalimat yang umum digunakan adalah S-O-V atau O-S-V. Pokoknya kata kerja selalu berada di akhir kalimat. 

2. Terdapat akhiran pada kata benda, untuk membedakan fungsi kata benda tersebut sebagai subyek atau obyek dalam kalimat. 

Contoh akhiran:
- Akhiran penanda subyek dalam bahasa Jepang adalah -wa atau -ga, sementara dalam bahasa Turki nihil. 
- Akhiran penanda obyek dalam bhs. Jepang adalah -o, sementara dalam bahasa Turki adalah -ü. 

Contoh aplikasi:
"Watashi-wa kohi-o nomimasu" (saya-[penanda subyek] kopi-[penanda obyek] minum) memiliki kesamaan arti dengan "Kohi-o watashi-wa nomimasu" (kopi-[penanda obyek] saya-[penanda subyek] minum). 

3. Alih-alih menggunakan kata depan (preposisi) seperti pada bahasa-bahasa lain di dunia, bahasa-bahasa Altaic mengenal kata belakang (post-posisi). 

Kata depan adalah kata-kata yang menunjukan letak, seperti 'dari', 'di', 'ke', 'di atas', 'di bawah', dst. Dalam bahasa Indonesia, kata-kata ini diletakkan SEBELUM kata benda, oleh karena itu disebut PRE-posisi. Contoh: dari pasar, ke sekolah, di rumah. 

Dalam bahasa-bahasa Altaic, kata-kata yang menunjukan letak ini diletakkan SETELAH kata benda, oleh karena itu disebut POST-posisi. Contoh: "Jakarta-ye" (bhs. Turki, artinya 'Jakarta-ke'), "bazar-dan" (bhs. Turki, artinya 'pasar-dari'), "nanji-made" (bhs. Jepang, artinya 'jam dua-sampai), "Bandung-de" (bhs. Jepang, artinya 'Bandung-di').

Oleh karena itu, pola kalimat "saya pergi ke pasar dan membeli ikan" di bahasa-bahasa Altaic akan berubah menjadi "saya-[penanda subyek] pasar-ke pergi dan ikan-[penanda obyek] membeli". 

4. Kata kerja dalam bahasa-bahasa Altaic berubah menurut subyek (semua, kecuali bahasa Jepang dan Korea), waktu, negasi, pengandaian, maupun hierarki sosial subyek yang melakukan pekerjaan tersebut. 

Contoh:
Kata kerja dasar "suru" ("melakukan") dalam bahasa Jepang bisa berubah menjadi "shimasu", "shinai", "shite", "shita", "sareru", "saseru", ataupun "shiro". 

5. Bahasa-bahasa Altaic (kecuali Jepang dan Korea) mengenal hal yang dikenal sebagai "harmoni vokal" di dalam kalimat-kalimatnya. 

Pada bahasa-bahasa Altaic yang mengenal harmoni vokal, huruf-huruf vokal terbagi dalam dua kelompok atau lebih. Di dalam satu kalimat yang sama, huruf-huruf vokal yang ada di kalimat tersebut harus berasal dari kelompok yang sama. 

Contoh: 
Bahasa Turki mengenal 8 huruf vokal. Delapan huruf tersebut masuk ke dalam 2 kelompok:

Kelompok-1: ı, u, a, o 
Kelompok-2: i, ü, e, ö

Mengikuti kelompok di atas, maka kata kerja "dir" / "dır" ("adalah") akan berubah bunyi mengikuti obyek yang diterangkannya. Perhatikan juga perubahan bunyi kata tunjuk "bu" / "bü". 

-Bü Türkiye dir (ini adalah Turki)
-Bu kapı dır (ini adalah pintu) 

Naskah-naskah tua Jepang seperti Nihonshoki dan Kojikishoki menunjukan bahwa hingga abad ke-8, bahasa Jepang memiliki 8 huruf vokal dan mengenal harmoni vokal seperti pada bahasa Turki. Namun kemudian seiring zaman, jumlah huruf vokal pada bahasa Jepang berkurang dan fenomena harmoni vokal menghilang.

0 Comments

Bahasa Sansekerta Berasal dari Nusantara?

25/10/2014

0 Comments

 
Picture

Pagi ini saya membaca salinan sebuah artikel yang menyatakan bahwa bahasa Sansekerta berasal dari Nusantara di sebuah grup budaya di Facebook. Tulisan tersebut bisa dilihat disini: http://sabdadewi.wordpress.com/…/bahasa-nusantara-adalah-b…/

Di grup itu saya memberikan tanggapan sebagai berikut:

Saya ingin meluruskan beberapa kesalahkaprahan yang ada di artikel di atas. Entah kesalahkaprahan-kesalahkaprahan ini berasal dari penulis sendiri atau berasal dari buku Shyama Rao yang juga ia bahas di sana. Semoga mereka yg mengatakan bahwa Sansekerta berasal dari Nusantara juga mau berpikiran terbuka terhadap fakta-fakta ini.

1. Klaim "Sansekerta adalah induk SEMUA bahasa di Asia Selatan bahkan sampai Eropa Barat".

Siapapun yang belajar linguistik faham bahwa hal ini sangat keliru. Tidak ada satupun bahasa Eropa Barat yang berasal dari Sansekerta. Lebih tepat dikatakan kalau sebagian besar bahasa Eropa Barat berasal dari sebuah bahasa nenek moyang yang sama dengan bahasa Sansekerta dan Avestan (Persia Kuno), yakni bahasa Proto Indo-Eropa yang diduga penuturnya berasal dari Laut Kaspia.

Pada 4000 SM para penutur bahasa ini menyebar ke timur dan Barat. Ke Timur mereka membentuk kelompok bahasa Satem yang terdiri dari Sansekerta dan Avestan, sementara ke Barat mereka membentuk kelompok bahasa Centum yang terdiri dari sub-grup Keltik, Jermanik, Latin, Slavik, Albania, Yunani, dan Tocharia (sudah punah).

2. Klaim "Hieroglif hanya terdiri dari 70 karakter".

Hieroglif bangsa apa? bangsa Mesir? Pada zaman dinasti Mesir Tua saja jumlah karakter hieroglif Mesir sudah 800 buah dan masuk ke periode Greko-Roman jumlah karakter hieroglif Mesir adalah 5000! Hieroglif adalah jenis tulisan logograf sama seperti hanzhi (kanji) Cina, dimana satu karakter mewakili satu makna, bukan satu bunyi, oleh karena itu jumlahnya sangat banyak. Untuk referensi awal bisa baca:http://en.m.wikipedia.org/wiki/Egyptian_hieroglyphs

3. Klaim "Bahasa Sansekerta tidak membedakan jenis kelamin, tidak mengenal 'tenses', tidak ada konsep tunggal dan jamak..".

Ini adalah salah kaprah yang paling besar. Saya rasa saya tidak perlu panjang lebar menjelaskan hal ini. Di negeri ini masih ada orang-orang yang mempelajari bhs. Sansekerta dan bisa berkomentar langsung soal hal ini.

Bisa juga cek berbagai situs belajar bahasa Sansekerta di Internet. Ini sama sekali melawan kenyataan yang jelas, sama seperti bersikukuh menyatakan bahwa bahasa Inggris tidak mengenal tenses, sementara kenyatan yang jelas justru sebaliknya.

4. Klaim "Belum pernah diketemukan satupun naskah kuno berbahasa Sansekerta dengan aksara Devanagari di India sebelum 500 Masehi..".
​

Salah kaprah besar lagi ini. Salah satu naskah berusia sangat tua yang berasal dari rumpun bahasa Indo-Eropa/Indo-Arya dan sering menjadi obyek analisa para ahli linguistik justru berbahasa Sansekerta. Naskah tersebut adalah Rigveda. Teks asli Rigveda berusia 1700 tahun SEBELUM Masehi dan merupakah salah satu tulisan tertua dalam sejarah bahasa-bahasa Indo-Eropa. Untuk bacaan awal, silakan cek tautan berikut:http://en.m.wikipedia.org/wiki/Rigveda

Keberadaan naskah ini sudah memungkinkan para ahli linguistik untuk mengkaji secara mendalam bentuk bahasa Sansekerta tertua yang pernah dituliskan, memahami ciri-cirinya dan juga menarik kesimpulan kuat bahwa bahasa ini terkait dengan bahasa-bahasa lain dari rumpun Indo-Eropa yang ada di Eropa berdasarkan pada keserupaan tata bahasa dan banyaknya kesamaan pada kosakata-kosakata dasar dalam kehidupan sehari-hari.

5. Klaim "Sayangnya propaganda Sansekerta sebagai induk bahasa-bahasa terlanjur mendarah daging..".
Lagi-lagi sebenarnya tidak ada ahli linguistik yg pernah menyatakan ini. Ini adalah asumsi penulis sendiri.

6. Klaim "Penulis juga heran, mengapa istilah “bhasa” itu, kalau benar-benar dari Sansekrta, mestinya di Persia, Jerman, Inggris, Latin, Yunani, juga mirip paling tidak ada konsonan “bhs”, tetapi kok jadi “lingua”?".
​

Ini karena sejak awal penulis membuat bingung dirinya sendiri dengan menganggap bahwa Sansekerta adalah induk bahasa-bahasa Eropa, padahal kenyataannya sama sekali tidak demikian. 

Juga perlu diketahui bahwa dalam bahasa Persia, Jerman, dan Yunani kata untuk "bahasa" bukanlah "lingua"! Dalam bahasa Jerman "bahasa" adalah "Sprache", dalam bhs. Persia "bahasa" adalah "Zaban", dalam bahasa Yunani kata untuk "bahasa" adalah "glossa". Untuk langkah awal, silakan periksa hal ini di berbagai kamus online.

7. Klaim " hampir 80% kosa kata bahasa Melayu asli punya akar kata Kawi, menurut Wojowasito atau Zoed Mulder – penulis agak lupa..".

Silakan rujuk buku karya Zoetmulder atau Wojowasito yang mengatakan hal tersebut. Saya suka membaca karya kedua tokoh tersebut. Yang saya tahu, Wojowasito hanya mengatakan bahwa jumlah kata-kata Sansekerta (bukan Kawi. Keduanya berbeda) hanyalah 30-40% pada bahasa-bahasa Nusantara yang pernah mendapat pengaruh Hindu Buddha.

8. Klaim " Sayang bahwa dalam sejarah penyebaran manusia, bangsa Nusantara terlanjur dianggap sebagai pendatang dari Indo-Cina..".

Ini adalah kesalahpahaman publik yang menyebar luas, tapi tidak pernah ada ahli antropologi ataupun linguistik yang mengamini hal ini. Nusantara ini dihuni dalam 3 gelombang migrasi umat manusia dari luar Indonesia.

Pertama, sebelum 2 juta tahun SM, dengan masuknya spesies manusia Homo erectus yang fosilnya banyak ditemukan di pesisir-pesisir sungai di Jawa Tengah dan Timur. Hingga saat ini tidak berhasil ditemukan suku di Indonesia yang merupakan keturunan langsung spesies ini. Kedua, pada tahun 40.000 SM dengan masuknya bangsa Melanesia dari arah India yang kemudian juga menyebrang ke Australia melalui jembatan darat. Bangsa ini adalah nenek moyang orang Papua dan Aborigin Australia. Untuk langkah awal mengenali profil orang-orang Melanesia, silakan cek tautan berikut ini: http://en.m.wikipedia.org/wiki/Melanesians

Ketiga, adalah pada 4000 SM dengan masuknya bangsa Austronesia dari Taiwan, sebelum pulau ini banyak dihuni orang-orang Tiongkok daratan. Bangsa Austronesia adalah nenek moyang sebagian besar penduduk Indonesia Barat dan Tengah saat ini, juga nenek moyang bagi orang Madagaskar, Filipina, Maori di New Zealand, dan penduduk pulau-pulau di laut Pasifik. Untuk langkah awal mengenali orang2 Austronesia, silakan cek:http://en.m.wikipedia.org/wiki/Austronesian_peoples.

Sebagian besar penduduk kawasan Indo-Cina sendiri selain dari Malaysia bukanlah keturunan bangsa Austronesia, melainkan masuk ke dalam kelompok bangsa penutur bahasa Tai-Kadai. Untuk bahan pertama mengenali profil penutur bahasa Tai Kadai, silakan rujuk tautan berikut: http://en.m.wikipedia.org/wiki/Tai–Kadai_languages

Dalam khasanah berbagai ilmu, termasuk ilmu linguistik, selalu ada tokoh-tokoh yang membawa paradigma/cara memandang yang baru dengan menggunakan bukti-bukti yang sahih, bisa diuji, dan bisa dipertanggungjawabkan. Tapi bagi saya pribadi, tulisan yang dicantumkan di atas bukan merupakan cara pandang yang baru, tapi justru cara pandang keliru (bedakan keduanya!), karena selain tidak membawa bukti baru apa-apa, hal-hal yang dianggap sebagai fakta juga salah dan tidak ada koherensi argumen-argumen dari awal hingga akhir tulisan yang akhirnya dapat mendukung dugaan bahwa bahasa Sansekerta berasal dari Nusantara.

​Lebih jujur dan rendah hati kalau penulis mengatakan bahwa mungkin ada pengaruh Nusantara pada kosakata Sansekerta, karena penutur kedua bahasa ini memang pernah bersinggungan di masa lalu. Dalam ilmu linguistik biasanya memang selalu ada aktivitas mempengaruhi dua arah ketika penutur dua buah bahasa bersinggungan erat dan memang bisa dibuat studi linguistik untuk mengkaji kemungkinan itu. Tapi mengatakan bahwa bahasa Sansekerta berasal dari Nusantara? Rasanya agak kelewatan.

0 Comments

Buku Arkeologi 

25/10/2014

0 Comments

 

Pulang ke rumah ortu dan menemukan bahwa dua buah buku pesanan dari Yogya soal ikonografi masa Hindu Buddha sudah sampai itu senang sekali rasanya.

Picture
0 Comments

Tata Bahasa Belanda Secara Sekilas 

23/10/2014

0 Comments

 
Picture

Perhatikan bagaimana tata bahasa Jerman berevolusi menjadi tata bahasa Inggris melalui tata bahasa Belanda. Bila Anda tidak menguasai bahasa Jerman, lihat artikel saya tentang tata bahasa Jerman secara ringkas. 

1. Tiga jenis kelamin kata benda dalam bahasa Jerman melebur menjadi hanya dua dalam bahasa Belanda.

Jenis kelamin jantan dan betina melebur menjadi satu jenis kelamin saja (sering disebut 'Common Gender', ditandai dengan kt.sandang tentu 'de'), sementara jenis kelamin netral bertahan (ditandai dengan kata sandang 'het').

2. Hanya ada 2 cara membentuk kata benda jamak dari kata benda tunggal.

Yaitu dgn menambahkan akhiran -s atau -n.

Contoh:
- de vrouw -> de vrouwen
- het auto -> de autos

Ketika berubah menjadi kata benda jamak, semua kata benda berubah bentuk menjadi 'common gender'.

3. Kata benda dalam bahasa Belanda tidak akan berubah bentuk ketika ia memiliki fungsi yang berbeda pada kalimat.

Meski demikian, sedikit ciri bahasa Jerman masih dipertahankan. Kata benda akan mengalami perubahan bentuk yang berbeda bila ia disandingkan dengan kata sandang tentu ('de' atau 'het') atau kata sandang tak tentu ('een' alias 'an' dalam bhs. Inggris).

Contoh:
- Het goede huis (the good house).
- Een goed huis (a good house).

4. Kata kerja dalam bhs. Belanda berubah menurut subyek dan waktu (tense), tapi tidak menurut kemungkinan terjadinya peristiwa tsb (modus) seperti di bahasa Jerman.

Sebagaimana pada bahasa Inggris, pada bahasa Belanda tidak dikenal perubahan bentuk kata kerja menurut kemungkinan terjadinya aktivitas tersebut.

Contoh perubahan kata kerja 'slapen' (tidur) dalam waktu saat ini:

- Ik slaap (saya tidur) 
- We/wij slapen (kami tidur) 
- Je/jij slapt (kamu tidur)
- Hij slapt (dia lk. tidur) 
- Zij slapen (mereka tidur)

Seperti pada bahasa Jerman dan Inggris, perubahan bentuk sebagian kata kerja bahasa Belanda dari sebuah waktu (tense) tertentu ke waktu (tense) yang lainnya mengikuti pola tertentu, sementara sebagiannya lagi berubah secara tidak beraturan dan harus dihafal.

5. Seperti pada bahasa Jerman, pola kalimat dalam bahasa Belanda berubah-ubah sesuai dengan konteks kalimat.

Terkadang S-P-O-K, K-P-S-O, ataupun S-K-O-P. Keberadaan kata kerja kedua, partikel kata kerja, ataupun kata 'tidak' di dalam kalimat juga dapat mengakibatkan pola kalimat berubah lagi.

Contoh: 
- Ik ga met haar (I go with her).
- Ik WIL met haar gaan (I WANT with her to go).

0 Comments

Tata Bahasa Jerman Secara Sekilas

23/10/2014

0 Comments

 
Picture

 1. Semua kata benda dalam bahasa Jerman memiliki jenis kelamin, termasuk benda mati.

Ada 3 jenis kelamin: jantan, betina, netral. Jenis kelamin ini ditandai dengan kata sandang tentu 'der', 'die', dan 'das' (semuanya adalah 'the' dalam bahasa Inggris). Umumnya sebagian besar jenis kelamin benda ini harus dihafal.

Keliru menggunakan kata sandang tertentu pada suatu benda kadang dapat merubah makna benda itu.

Contoh:
- der Band -> ikatan
- die Band -> band musik
- das Band -> gelombang radio

2. Ada 8 cara membentuk kata benda jamak dari kata benda tunggal.

Menentukan cara mana yang harus digunakan untuk tiap kata benda sebagian besar adalah hafalan. Ketika kata benda menjadi jamak, jenis kelaminnya berubah jadi betina.

Contoh:
- das Fenster -> die Fenster 
- das Radio -> die Radios 
- die Achtung -> die Achtungen 
- der Apfel -> die Äpfel 
- der Zustand -> die Zustände 
- der Mann -> die Männer

3. Kata benda dalam bahasa Jerman akan berubah bentuk ketika menempati posisi/fungsi yang berbeda dalam kalimat, yakni sebagai subyek (Nominativ), penderita langsung (Akkusativ), penderita tak langsung (Dativ) atau kepemilikan (Genitiv).

Contoh: 
- der gute Mann (the good man, Nom.)
- den guten Mann (Akkusativ)
- dem guten Mann(e) (Dativ) 
- des guten Mannes (Genitiv)

Kata benda jantan, betina, netral, dan jamak punya pola perubahan yang berbeda. Lebih lanjut, di dalam tiap kategori jenis kelamin tersebut, perubahan bentuk kata benda akan berbeda bila ia dipasangkan dengan kata sandang tentu ('der', 'die', atau 'das'), kata sandang tak tentu ('ein' alias 'a' dlm bhs. Inggris), atau berdiri sendiri tanpa kt.sandang apa-apa.

4. Kata kerja dalam bahasa Jerman berubah menurut subyek, waktu (tense), dan kemungkinan terjadinya peristiwa tersebut (Disebut 'Modus'. Ada 3 kategori. Ini tidak ditemui dalam bhs. Inggris).

Contoh perubahan kata kerja 'schlagen' (memukul) dalam waktu Präsens (saat ini) dan modus Indikativ (sangat mungkin terjadi):
- Ich schlage (saya memukul) 
- Wir schlagen (kami memukul) 
- Du schlägst (kamu memukul)
- Ihr schlagt (kalian memukul)
- Er schlägt (dia lk. memukul) 
- Sie schlagen (mereka memukul)

Perubahan bentuk sebagian kata kerja bahasa Jerman dari sebuah waktu (tense) tertentu ke waktu (tense) yang lainnya mengikuti pola tertentu, sementara sebagiannya lagi berubah secara tidak beraturan dan harus dihafal.

5. Pola kalimat dalam bahasa Jerman (Satzstruktur) berubah-ubah sesuai dengan konteks kalimat.

Terkadang S-P-O-K, K-P-S-O, ataupun S-K-O-P. Keberadaan kata kerja kedua, partikel kata kerja, ataupun kata 'tidak' di dalam kalimat juga dapat mengakibatkan pola kalimat berubah lagi.

Contoh: 
- Ich gehe mit ihr (I go with her).
- Ich WILL mit ihr gehen (I WANT with her to go).

Pada sebuah kalimat panjang dalam koran-koran bahasa Jerman adalah sangat mungkin bila seluruh kata benda berkumpul di depan kalimat dan semua kata benda berkumpul di akhir kalimat, tergantung pada konteks kalimatnya.

0 Comments

Aplikasi Astronomi untuk Android dan PC

18/10/2014

1 Comment

 

Bagi saya, sampai saat ini tidak ada aplikasi astronomi gratis di Android yang lebih baik dari Star Tracker dan Night Sky Tools. Star Tracker sudah banyak membantu saya melacak lokasi berbagai konstelasi bintang (berdasarkan budaya Barat) dan juga berbagai nebula dan galaksi di langit malam. Sementara itu Night Sky Tools selalu memberi update tentang letak berbagai benda langit dan peristiwa astronomi yang terjadi di tata surya maupun luar galaksi kita setiap detiknya. 

Sementara itu, untuk PC rasanya tidak ada yang bisa mengalahkan software Stellarium. Selain gratis dan bisa diunduh secara cuma-cuma, software ini memperlihatkan lokasi berbagai galaksi dan konstelasi bintang (tak hanya menurut peradaban Barat, tapi juga Arab, Cina, dan 8 peradaban lainnya) di langit malam. Sama seperti Star Tracker, Stellarium menunjukan bentuk-bentuk konstelasi tersebut dalam gambar2 imaginatif. 

Foto angsa di posting ini berasal dari aplikasi Star Tracker.

Picture
1 Comment

How German Words Evolve into English Ones via Dutch

18/10/2014

0 Comments

 

If you observe, the Dutch pronunciation is always somewhere in between that of German and English. These are fine examples of Verner's Law in work.

1. Sehen (Ger) -> zien (Dut) -> see (Eng)
2. Sagen (Ger) -> zeggen (Dut) -> say (Eng)
3. Hoeren (Ger) -> horen (Dut) -> hear (Eng)
4. Greifen (Ger) -> grijpen (Dut) -> grab (Eng) 
5. Wasser (Ger) -> water (Dut) -> water (Eng)
6. Fuss (Ger) -> voet (Dut) -> feet (Eng)
7. Freund (Ger) -> vriend (Dut) -> friend (Eng) 
8. Sanft (Ger) -> zacht (Dut) -> soft (Eng)
9. Kurz (Ger) -> kort (Dut) -> short (Eng) 
10. Fern (Ger) -> ver (Dut) -> far (Eng)

0 Comments

Rasi-rasi Bintang Asli Indonesia

18/10/2014

0 Comments

 

Artikel ini mengupas beberapa dari sekian banyak rasi bintang yang dikenal orang-orang Indonesia zaman dulu dan bagaimana mereka menggunakannya untuk menentukan awal musim bertanam dan arah mata angin tanpa menggunakan kompas.

http://aryansah.wordpress.com/2009/08/04/rasi-bintang/

0 Comments

Kendala dalam Memecahkan Tulisan Mohenjo Daro dan Harappa

11/10/2014

0 Comments

 
Picture

Sementara makna tulisan dan tata bahasa Mesir Kuno, Sumeria, dan Assyria berhasil diungkap oleh para ahli bahasa, kenapa hingga kini para ahli bahasa tidak berhasil menerjemahkan makna tulisan peradaban pertama sungai Indus di India (Mohenjo Daro dan Harappa) sebelum kedatangan ras Arya ? 

Ini tidak lain karena dua hal. Pertama, tulisan-tulisan peradaban sungai Indus selama ini ditul
iskan dalam jumlah kalimat yang sangat pendek, hanya 5-8 huruf, pada obyek-obyek yang berbeda, seperti guci, mangkuk, dll. Kedua, tidak tersedianya bahasa penghubung yang dapat menjadi medium penerjemahan, seperti halnya pada proses pengungkapan makna tulisan dan bahasa Mesir Kuno. 

Karena selama ini huruf-huruf peradaban Indus ditulis dalam kata-kata yang sangat pendek, banyak para ahli bahasa yang berkesimpulan bahwa huruf-huruf ini tidak memiliki makna linguistik, melainkan stempel-stempel yang menunjukan kepemilikan suatu benda.

0 Comments

Proses Mengungkap (Decyphering) Bahasa Kuno dan Peranan Batu Rosetta dalam Mengungkap Bahasa Mesir Kuno

11/10/2014

0 Comments

 

Dalam ilmu linguistik, salah satu bidang yang digemari para ahli bahasa adalah pengungkapan (decyphering) bahasa-bahasa kuno, seperti Mesir, Assyria, Indus, Aztek, Inca, ataupun Maya, baik dalam hal makna-makna tulisannya, tata bahasanya, atau bahkan jika mungkin cara pengucapan tulisan-tulisannya. 

Bagi mereka, mengungkap bahasa-bahasa kuno dalam segala aspeknya adalah suatu hal yang sangat menantang, mengingat bahasa-bahasa tersebut kini sudah punah dan tidak lagi ada penuturnya di muka Bumi. 

Pekerjaan ini bagaikan memecahkan teka-teki rumit. Beberapa puluh atau ratus ahli bahasa berusaha memecahkan makna tulisan dan tata bahasa suatu bahasa kuno dengan cara mengumpulkan sebanyak-banyaknya prasasti yang memuat tulisan dari bahasa tersebut, memperkirakan makna dari prasasti tersebut, dan berusaha memecahkan makna dari tiap simbol yang ada dengan membandingkannya terhadap tiap simbol yang sama yang berada di prasasti berbeda dan konteks berbeda. 

Ini bukanlah pekerjaan sebentar saja, melainkan sering menghabiskan masa hidup seorang ahli bahasa atau bahkan sekelompok ahli bahasa yang fokus pada bahasa tertentu. Tapi terbayangkah bagi kita apa yang terjadi bila sebuah bahasa kuno sudah berhasil diungkap? Ilmu pengetahuan kuno yang tertulis dalam ratusan manuskrip ataupun prasasti kuno akan bisa dipelajari! 

Sukses ini berhasil ditemui dalam pengungkapan bahasa Mesir Kuno. Salah satu kemajuan pesat dalam proses penerjemahan tulisan dan bahasa Mesir Kuno terjadi ketika ditemukan sebuah prasasti yang kini disebut Rosetta Stone di daerah Rasyid (disebut Rosetta oleh orang Perancis), Mesir, oleh seorang tentara Perancis bernama Pierre François Bouchard di bawah ekspedisi Napoleon yang saat itu mendatangi Mesir. Prasasti ini kemudian diteliti oleh peneliti bahasa Mesir Kuno berkebangsaan Perancis, yaitu Jean François Champollion dan rekan-rekannya. 

Prasasti ini memuat maklumat firaun Ptolemz V pada abad ke-2 SM dalam 3 tulisan: hieroglif Mesir Kuno, Demotis (tulisan Mesir Baru, perkembangan dari hieroglif) dan Yunani Kuno. 

Berhubung sebelumnya para ahli bahasa di belahan lain dunia sudah berhasil mengungkap makna dan tata bahasa Yunani Kuno, dengan relatif cepat mereka bisa menerjemahkan makna setiap simbol dalam tulisan hieroglif Mesir Kuno ataupun Demotis yang ada di prasasti tersebut. 

Prasasti ini memecahkan kebuntuan dalam menerjemahkan makna banyak simbol hieroglif dan Demotis yang sudah lama diteliti sebelumnya. Prasasti ini jugalah yang memungkinkan dunia modern membaca manuskrip-manuskrip dan hieroglif-hieroglif Mesir Kuno dan membuka perlahan lahan misteri yang sebelumnya menyelubungi rapat peradaban Mesir Kuno.

Picture
0 Comments

Minimnya Penelitian dan Publikasi Linguistik Indonesia

11/10/2014

0 Comments

 
Picture

Di luar negeri, para ahli bahasa (linguistik) gemar meneliti bahasa-bahasa mereka sendiri dan menerbitkan hasil penelitiannya kepada publik dalam bentuk buku-buku yang dijual di toko-toko buku. Di Indonesia, entah kenapa hal yang sama tidak terjadi. Padahal di negeri ini banyak pula ahli bahasa dan banyak hal yang perlu diketahui publik agar memperdalam kecintaan publik pada bangsa dan bahasanya sendiri. 

Sebagai contoh, masih sedikit diketahui bahwa sebagian besar suku di Indonesia bagian Barat dan Tengah merupakan keturunan bangsa Austronesia (yang juga menjadi nenek moyang orang Madagaskar, Melayu, Filipina, penduduk asli New Zealand, Hawaii, dan kepulauan Pasifik) yang datang dari tempat tinggal aslinya di pulau Taiwan pada 4000 SM (menurut teori yang diterima luas saat ini), sebelum pulau ini banyak didatangi orang Cina daratan. 

Juga bahwa separuh nenek moyang orang Madagaskar berasal dari Nusantara pada abad ke 5 dan bahwasanya bahasa Madagaskar merupakan perkembangan/evolusi dari dialek Banjar di Kalimantan. Ataupun bahwa sebetulnya hubungan bahasa Sunda lebih dekat dengan bahasa Madura daripada bahasa Jawa yang merupakan tetangga dekat orang Sunda. Selama ini, saya sendiri mengetahui hal-hal ini dari publikasi-publikasi asing, bukan dalam negeri. 

Masih banyak misteri-misteri linguistik dan etnologi di Indonesia yang masih harus diungkap para ahli bahasa negeri sendiri dan dipublikasi ke publik lewat toko buku-toko buku populer. Seperti misalnya, setelah bangsa Austronesia masuk ke Nusantara, bagaimana pola distribusi dan migrasi mereka di dalam negeri? Bagaimana keterkaitan antar suku-suku di Nusantara? Suku-suku mana yang sebetulnya memiliki kaitan erat satu sama lain? Ataupun apa motivasi orang Banjar melakukan migrasi ke Madagaskar yang ribuan kilometer jauhnya dari Indonesia? 

Sungguh masih banyak misteri yang menyelimuti negeri ini, yang sebetulnya bisa terungkap kalau jumlah penelitian dan publikasi dalam bidang linguistik, antropologi, ataupun etnologi cukup melimpah.

0 Comments

Satu Sampai Sepuluh dalam Bahasa-bahasa Rumpun Indo-Arya

10/10/2014

0 Comments

 

Jerman Kuno: Ains, Twai, Thrija, Fidwor, Faimf, Sais, Zeven, Ahtau, Niun, Taihum.
Jerman Modern: Eins, Zwei, Drei, Vier, Fünf, Sechs, Sieben, Acht, Neun, Zehn
Belanda Modern: Een, Twee, Drie, Vier, Vijf, Zes, Zeven, Acht, Negen, Tien
Inggris Modern: One, Two, Three, Four, Five, Six, Seven, Eight, Nine, Ten
Perancis: Un, deux, trois, quatre, cinq, six, sept, huit, neuf, dix
Latin/Romawi Kuno: Uno, dos/duo, tres, quatro, penta, sexa, octo, novem/nona, deca
Sansekerta: Eka, dwi, tri, catur, panca, sad, asta, nawa, dasa

0 Comments
<<Previous

    TOPICS

    All
    Anthropology
    Archaeology
    Architecture
    Astronomy & Cosmology
    Biology
    Book Recommendation
    Business & Property
    Economy
    Education
    Film Recommendation
    General Science
    Geography
    Geology
    Geopolitics
    History
    Life
    Linguistics
    Others
    Philosophy
    Photography
    Place Recommendation
    Poem
    Politics
    Psychology
    Quantum Physics
    Religion
    Sociology

    RSS Feed

    MONTHS

    December 2019
    November 2019
    October 2019
    June 2019
    May 2019
    March 2019
    February 2019
    November 2018
    October 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    November 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    February 2017
    January 2017
    December 2016
    November 2016
    October 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014
    May 2014
    April 2014
    March 2014
    February 2014
    January 2014
    December 2013
    November 2013
    September 2013
    August 2013
    June 2013
    May 2013
    April 2013
    March 2013
    February 2013
    January 2013
    December 2012
    November 2012
    October 2012
    September 2012
    August 2012
    July 2012
    June 2012
    May 2012
    March 2012
    February 2012
    November 2011
    December 2009
    November 2009
    January 2009
    May 2008
    March 2008
    January 2008
    December 2007

  • Home
  • Curriculum Vitae
  • Thoughts
  • Photographs
  • Poems
  • Languages Learning
    • Indonesian Phrases
    • Persian Phrases
    • French Phrases
    • German Phrases
    • Dutch Phrases
    • Learning Materials
  • Contact