2 Comments
I haven't played any game continuously for a looong time, maybe like 12 years, since I always thought that playing game was just a waste of time compared to reading books or learning about things that interest me.
Well, that's until I knew of modern (strategy) board games sometime ago. Playing them face to face with your friends is sooo much fun! The hype is like when I first got introduced to Age of Empires, a PC game that was responsible for my interests in history and linguistics. Big Bad Wolf (BBW) adalah pameran tahunan buku impor terbesar di Indonesia yang sudah 3 kali dilaksanakan sejak tahun 2016 di Indonesia.
Bagi para pecinta buku seperti saya, mengunjungi pameran seperti ini adalah suatu kewajiban. Tapi dihadapkan pada 5,5 juta judul buku yang ada di BBW, seperti di BBW 2018 ini, kita bisa jadi sangat kebingungan untuk mengesplorasinya. Dihadapkan pada situasi seperti ini, kita perlu diam sejenak untuk menganalisa keadaan dan menerapkan suatu sistematika sehingga kita bisa melakukan suatu eksplorasi yang maksimum namun efisien. Di bawah ini saya akan berbagi sistematika tersebut dan tips lainnya. 1. MEMILIH WAKTU KEDATANGAN BBW buka 24 jam sejak hari pembukaan hingga penutupan. Jadi sebenarnya kita bisa datang ke pameran ini kapan pun kita mau. Berdasarkan pengalaman saya mengunjungi BBW selama 3 tahun berturut-turut, mayoritas pengunjung datang di hari libur dari jam 10.00 s/d 17.00. Untuk menghindari keadaan penuh sesak, kita dapat datang di luar waktu tersebut ATAU datang jauh lebih awal dari mereka dan pulang lebih akhir. Pada tahun sebelumnya, saya sudah hadir di BBW pada jam 07.00 pagi. Jangan kira bahwa di tengah malam BBW akan sepi. Saya sudah beberapa kali berada di BBW lewat tengah malam. BBW tetap ramai, meskipun tidak seperti pada tengah hingga sore hari di hari libur. Ada beberapa orang yang memilih untuk datang mendekati hari penutupan BBW dengan pertimbangan bahwa judul buku yang ada akan lebih lengkap. Setiap hari memang selalu ada beberapa judul buku baru yang datang dan ditambahkan ke pameran. Masalahnya, berdasarkan pengalaman saya, bila kita datang pada hari-hari mendekati penutupan, banyak juga judul buku yang sudah habis. Menurut saya, waktu terbaik untuk datang ke BBW adalah beberapa hari setelah pembukaan. Ini juga melihat pengalaman pada BBW 2017 dimana banyak mesin EDC (pembayaran dengan kartu) yang belum siap dan sering mengalami error di hari-hari awal pembukaan. Kita memang tidak akan bisa datang ke BBW saat semua judul buku tersedia secara lengkap. 2. PERSIAPAN SEBELUM DATANG Agar setiap menit yang kita lewatkan di BBW termanfaatkan secara optimal dan baik, ada beberapa persiapan yang sebaiknya kita lakukan sebelum datang ke event BBW, diantaranya: a. Mempelajari Judul Buku Yang Dijual Kita dapat mengetahui beberapa judul buku yang akan atau sedang dijual di BBW melalui website mereka www.bigbadwolfbooks.com dan laman Instagram mereka bbwbooks_id. Meski demikian, yang perlu diingat adalah selama ini laman website atau IG tersebut hanya menampilkan segelintir saja dari jutaan judul buku yang dijual di BBW. b. Mempersiapkan Fisik Kita Bila kita pecinta buku dengan topik beraneka ragam, maka dapat dipastikan kita akan menghabiskan waktu beberapa jam di BBW. Terkait ini, kita perlu mempersiapkan fisik kita sebelum datang ke BBW. Pertama, tidur yang cukup sebelum datang ke BBW. Kedua, makan dan minum yang cukup sebelum ke BBW. Ketiga, bungkus makanan dan minuman untuk dimakan di dalam BBW nantinya. Hal yang terakhir di atas sudah saya lakukan sejak BBW tahun ini, mengingat harga makanan yang dijual di dalam BBW selalu cukup mahal, yaitu Rp. 40 - 50 ribu untuk makanan seperti nasi goreng. Secara peraturan kita tidak diperbolehkan bawa makanan dan minuman dari luar. Jadi kalau mau bawa makanan dan minuman, sebaiknya disimpan di dalam tas. Dikonsumsinya nanti di area makan yang telah disediakan. c. Mempersiapkan Isi Dompet Kita Pada beberapa penyelenggaraan sebelumnya, BBW hanya menerima pembayaran dengan kartu debit & kredit Mandiri atau tunai. Mengacu kepada pengalaman saya tersebut, saya mengambil uang tunai dalam jumlah yang cukup dari ATM sebelum ke BBW, karena saya tidak punya kartu debit/kredit Mandiri. Berapa jumlah uang yang kita perlukan? Dari pengalaman saya membeli buku-buku Non-Fiksi di BBW selama ini, kita dapat mengambil rata-rata bahwa harga buku Non-Fiksi adalah sekitar Rp.100 ribu per buku. Jadi bila kita membeli sekitar 20-30 judul buku, kita perlu persiapkan sekitar Rp.2 - 3 juta. d. Membawa Koper Karena beberapa orang membeli buku di BBW dalam jumlah besar, baik untuk digunakan sendiri ataupun dijual lagi, saya perhatikan mereka selalu membawa koper. Koper ini boleh dibawa masuk ke ruang pameran dan nantinya harus ditunjukan isinya ketika keluar. Anda pun bisa melakukan ini bila berencana membeli dalam jumlah besar. 3. CARA EKSPLORASI BUKU DI PAMERAN Mengingat judul buku yang dijual di BBW berjumlah lebih dari 5 juta (5,5 juta seperti pada BBW 2018), maka ada beberapa hal yang perlu kita ketahui ketika kita telah berada di lokasi dan sebelum mulai mengeksplorasi. a. Perhatikan Layout Pameran dan Papan Informasi yang Ada di Setiap Meja Buku Perlu dipahami bahwa buku-buku yang dijual di BBW terbagi dalam beberapa kategori. Mengambil contoh dari BBW 2018, ada 4 kategori besar: (1) Fiction (dewasa), (2) Non-Fiction (dewasa), (3) Children (fiksi & non-fiksi), (4) Mandarin (anak-anak) dan (5) Indonesian (buku-buku bahasa Indonesia). Beberapa kategori di atas memiliki kategori-kategori kecil. Misalnya Non-Fiction memiliki sub-kategori Architecture, History, Business, Crafts & Hobbies, Cookery, Travel, Photography, Movies & Music, Biographies, dan Health & Well Being. Children memiliki sub-kategori Sticker Books, Picture Books, Reader (buku bacaan), Activity Books, dan Young Adult (buku remaja). Nah, kategori-kategori besar, seperti Fiction ataupun Non-Fiction, yang saya tulis di atas bisa dilihat perletakannya di pameran pada layout pameran yang biasanya diletakkan di dekat pintu masuk. Di tiap meja pun terdapat papan informasi yang menjelaskan tergolong ke kategori besar dan kategori kecil manakah buku-buku yang diletakan di meja tersebut. Papan-papan informasi tersebut biasanya diberi warna, seperti ungu untuk Non-Fiction, biru untuk Fiction, oranye untuk Children dan merah untuk Indonesian. Lihat lingkaran kuning yang saya buat di gambar terlampir. Dengan memahami kategori-kategori dan perletakan buku yang ada di BBW, kita bisa langsung menuju kategori-kategori buku favorit kita. b. Cara Eksplorasi Buku Secara Sistematis Bila Anda memiliki ketertarikan terhadap lebih dari 1 kategori buku ataupun ingin mengeksplorasi semua kategori buku yang ada seperti saya, maka saya sangat menyarankan agar eksplorasi dilakukan secara sistematis agar tidak ada buku yang terlewat dan waktu terlewati secara efisien. Mulailah dari satu kategori besar. Non-Fiction misalnya. Sisir setiap deret yang ada di kategori besar tersebut dari ujung ke ujung. Bila semua deret di kategori tersebut telah selesai, Anda bisa melanjutkan ke kategori lainnya. Saya sendiri biasanya memulai dengan kategori besar dan deret yang terdekat dengan pintu masuk untuk memudahkan mengingat dimana saya memulai dan di titik mana saya harus selesai. Gerakan ekplorasi saya bisa dilihat melalui panah-panah berwarna kuning di gambar terlampir. Untuk menghemat waktu, saya sangat menyarankan untuk langsung mengambil buku-buku yang menarik minat Anda sebelum buku tersebut habis diambil orang lain lalu menyortir kembali sebelum Anda masuk antrian membayar. Di beberapa titik tersedia tempat menumpuk buku yang tidak jadi dibeli. Dari pengalaman saya, diperlukan waktu sekitar 3 jam untuk mengeksplorasi seluruh judul buku yang ada di kategori Non-Fiksi dan 0,5-1 jam untuk pekerjaan mempelajari kembali isi buku dan menyortirnya. 4. MEMILIH JALUR ANTRIAN MEMBAYAR Setelah kita selesai menyortir buku, maka waktunya untuk mulai antri membayar. Di BBW 2017 dan 2018, kita perlu masuk ke satu jalur antrian besar yang berbelok-belok dan dibatasi oleh pembatas di kanan-kirinya, sebelum antrian besar itu dipecah menjadi antrian-antrian kecil di depan kasir-kasir. Total ada 60 kasir di BBW 2018. Bila kita merupakan pemilik kartu debit/kredit Mandiri, maka kita tidak perlu masuk ke jalur antrian besar. Terdapat jalur antrian terpisah yang langsung bisa mengakses jalur-jalur antrian kecil di depan kasir-kasir yang ada. Satu lagi tip hendak saya berikan di sini. Ketika tiba saatnya kita memilih jalur antrian kecil di depan kasir, maka adalah penting untuk memahami perletakan kasir di BBW. Kasir-kasir di BBW tidak hanya berderet ke samping, tapi juga ke belakang. Di BBW 2018 ada 3 deretan kasir ke belakang. Betul adalah penting untuk memilih jalur antrian yang terpendek. Namun ketika sudah masuk jalur antrian kecil di depan kasir, jangan lupa untuk melihat 2 kasir di belakangnya. Bila ada salah satu kasir di belakangnya yang kosong, maka kita bisa langsung menuju kasir tersebut. Orang-orang biasanya tidak memperhatikan kasir-kasir yang ada di belakang tersebut dan antrian menumpuk di kasir terdepan. Demikianlah tip-tip dari saya terkait ekplorasi pameran buku BBW secara optimal dan efisien. Semoga bermanfaat. Kalau diingat-ingat, dulu saya beralih dari toko buku lokal ke toko buku import karena sulit menemukan topik-topik bacaan kesukaan saya di toko buku lokal. Sebagai contoh, nyaris tidak pernah ada buku-buku terkini soal Geopolitik atau Fisika Kuantum di toko buku lokal.
Dan sekarang, seiring makin spesiknya tema-tema bacaan saya, saya merasa toko buku import mulai membosankan. Sebagai contoh, saya tidak bisa menemukan buku yang membahas soal 'quantum entanglement' (Fisika Kuantum), 'proxy war' (Geopolitik), ataupun agama-agama prasejarah (Antropologi). Kelihatannya sudah waktunya mengucapkan 'sayonara' pada toko buku import dan memenuhi kebutuhan baca saya dengan mengimport buku-buku secara langsung. Menanggapi tulisan di bawah ini:
http://finance.yahoo.com/news/muslims-see-anti-mosque-bias-landmarking-decision-135704147.html?soc_src=mediacontentsharebuttons&soc_trk=fb Di Amerika dan Eropa, bangun ataupun renovasi masjid itu susah. Padahal katanya masyarakat Barat itu liberal. Di Indonesia, bangun ataupun renovasi gereja juga susah. Padahal UUD kita bicara soal kebebasan beragama. Ini semua menunjukkan apa? Pertama, "liberalisme" dan "kebebasan beragama" itu cuma jargon; gak ada masyarakat yang benar-benar bebas bias. Kedua, ini sebenarnya bukan masalah Muslim atau Kristiani. Ini lebih condong ke kecurigaan, kekhawatiran atau ketakutan masyarakat mayoritas terhadap masyarakat minoritas dan bisa terjadi ke umat agama manapun; indikasi masih buruknya komunikasi, informasi dan pemahaman yang ada. Toleransi yang sering didengung-dengungkan banyak pihak masih sebatas formalitas di permukaan; belum menyentuh akar rumput. Perlu kerja keras semua pihak supaya umat mayoritas dan minoritas bisa saling memahami niat ataupun kekhawatiran masing-masing pihak dan menjaga kepercayaan.
Penggunaan aromaterapi, baik berupa lilin, ekstrak tanaman, maupun minyak tanaman sudah lama dikenal di berbagai peradaban, termasuk Nusantara.
Apa yang ditulis di artikel di tautan di bawah ini bisa jadi adalah sebab rendahnya minat baca dan tulis buku di Indonesia. Dari tingginya harga jual buku di toko buku, 36% ternyata diambil toko buku. Penerbit & penulis hanya dapat 10% masing-masing. Bila memang demikian, berarti ada praktek kapitalisme yang dilakukan toko-toko buku besar Indonesia.
Setelah membaca artikel di tautan di bawah, saya baru faham fungsi dari Materai.. Yaitu supay suatu dokumen nantinya bisa dijadikan sebagai alat pembuktian di pengadilan. Dokumen yg tidak disertai materai tetap bisa dijadikan sebagai alat pengikat perjanjian antara 2 pihak. Tapi kalau nanti mau dijadikan sebagai alat pembuktian di pengadilan, dokumen itu harus diberi materai..
Yesterday was the 10th annual comemoration of the 9/11 tragedy. On TV channels, like History Channel, I saw heart touching programmes, like the Last Calls (made by victims) from the Twin Towers. I, personally, condemn any act of terrorism, regardless of by whom it is done.
While 10 years have passed and many of the victims' family members have tried to learn something from the tragedy, I doubt if the American government has done the same thing. While George W. Bush immediately aired after the disaster and announced that he condemned such an act of homicide, he should have also reflected, why such a terrible thing could have happened. What triggered those terrorists in the first place to do such an act?
For me, as what those terrorists themselves might have shown, it is the American foreign policy of double standard. The negligence of the US government of the homicide that takes place almost everyday in the Palestine and the support that it shows to Israel are immediate examples. Those terrorists wish to teach the American government a lesson! That's an important thing that must come to our attention. Yet has the US government really learned something? From what I saw from the TV, where Bush has only condemned such act of terrorism, without seemingly having tried to understand the reasons of its occurence, followed by the agressions he launched to Afghanistan and Iraq, to me it appears that NOT a lesson has been learned by the US government. Measured from the toll of innocent victims that 9/11 has brought, it is such a big shame for the US government. I've found a very good website for backpackers. It is www.priceoftravel.com.Here you can read a quick review about any city you wish to visit, check the local attractions' entry fees (museums, etc), accomodations' cost, as well as various meals' cost. This helps you bring along the correct sum of money before you are bound to Milan, Istanbul, or any distant destination.Tepat 3 bulan yang lalu kita ngerayain hari kemerdekaan negara kita. Macem2 cara orang ngerayain hari kemerdekaan ini: ada yang bikin pawai di jalan, ngehias kampungnya atopun bikin lomba2. Nah, apa yang gw lakuin pas hari kemerdekaan itu? Seinget gw, gw gak ngelakuin kesibukan apa2 selain santai2 di rumah sehabis ngelembur di kantor beberapa hari sebelumnya, nguber deadline desain Kedutaan Besar Quwait di Brunei. Yup, kantor gw sebagai salah satu perusahaan arsitektur terbesar Indonesia gak cuma ngegarap desain dari negeri sendiri, tapi jg dari negara2 seberang.
Nah, sebuah pengalaman menarik terjadi pas gw ngelembur di kantor itu. Sehabis jam kerja resmi di kantor selesai, gw gak langsung ngegarap kerjaan lemburan gw itu. coz sering gw harus nunggu kerjaan dari temen arsitek gw selesei dulu sebelum dioper ke gw. or kadang gw mesti nunggu arsitek senior gw buat dapet approval buat tahap desain yg sebelumnya, sebelum bs masuk ke tahap berikutnya. Kadang si arsitek senior itu suka rapat di luar kantor en baru nongol di kantor lagi jm 7.30 malem. Nah, waktu luang itu gw gunain buat ngelakuin sesuatu. Kalo gak surfing di internet, ya biasanya gw ngobrol ma temen2 gw or baca2 buku. Pas arsitek senior gw belum nongol, berkeliling gak jelas lah gw di dalem ruangan kerja divisi gw. tau2 di pojok ruangan gw nemuin sebuah buku tebel yang ukurannya sebuku Harry Potter. Gak jelas itu buku punya sapa. Kayaqnya punya seorang arsitek senior gw yang resign sebelumnya. itu buku udah uzur banget en berjudul ‘Bung Karno: Sang Penyambung Lidah Rakyat’. Gw baca sekilas prolog di belakang bukunya. Oh, ternyata buku biografi bung Karno. Alah, males lah gw. Emang udah jadi kebiasaan gw jadi males banget kalo mesti baca buku yang tebel banget en isinya monoton. Monoton itu ya kayak biografi or pikiran2 para ahli politik yang seringkali ngebosenin buat gw. Termasuk ngebosenin juga adalah roman2 cinta or novel2 tebel, yang kadang kalo liat ada orang tekun banget baca buku gitu bikin gw suka bertanya: ngapain orang itu demen bener ngabisin waktu baca buku setebel itu? padahal isinya bo’ongan, alias fiktif. Terkecuali itu cerita beneran, barulah ada tamsil yang bisa dipetik dari situ (sori para pecinta novel. he2.). tapi gak termasuk dalem kategori ini buku2 tebel tentang science, coz gw hobi banget –seperti ‘the origin of species’nya Charles Darwin-, antropologi –seperti tentang asal usul bangsa Eropa-, or hal2 lain yg emang jadi minat gw. Karena gw gak terlalu niat ngebacanya, so gw cuma fast read aja daftar isi itu biografi. Kali aja ada hal yg gw belum tau or menarik. Ah, ada bab tentang Pledoi (pembelaan) bung Karno di depan pengadilan Belanda yang udah nahan bung Karno, karena bung Karno protes ngeliat papan tulisan ‘Honden zijn verboden. Inlanders zijn verboden (Anjing dilarang masuk. Pribumi dilarang masuk)’ di depan kolam renang Karang Setra di Bandung. gw ambil kursi kerja gw en mulei baca bab itu. Uih, menarik juga ternyata isi itu bab. dengan gaya bercerita orang pertama, yakni dari sudut bung Karno sendiri, diceritakan dengan detail sekali, mulei gmana bung Karno waktu itu protes, lantas jadi intenir, en mesti mengalami hari2 yang mengenaskan di penjara Banceuy. Di sebuah ruangan berukuran 2x2 m tanpa jendela dan ventilasi sedikitpun –ventilasi hanya dari slot udara kecil di pintu besi hitam yang jadi pintu ruangan itu-, sangat lembab, dingin, dan banyak cecak, bung Karno mesti melewati hari2nya tanpa pasti. Bung Karno yang tadinya berpikir hanya akan berada di penjara itu selama 2-3 minggu ternyata harus mendekam di sel hingga 2 tahun –kalo gw gak keliru- sampe datang hari-H!! Hari-H adalah hari paling penting, yaitu waktu diberitahukannya hari peradilan bung Karno. Waktu itu temen2nya bung Karno –ada yang pengacara, ambtenaar, dll- datang untuk menawarkan bantuan hukum. tapi bung Karno menolak en memilih untuk menyusun pidato pembelaannya sendiri dalam bahasa Belanda. Yang bikin gw salut adalah usia bung Karno waktu itu 25 tahun, cuma lebih tua 3 taun dari usia gw sekarang, tapi dia udah berani nantangin hakim2 Belanda bangkotan yang usianya udah diatas 50-an waktu itu! d’amazing moment adalah ketika si hakim2 itu gak nemuin fakta2 lagi buat ngebantah bung Karno en akhirnya bung Karno ‘terpaksa’ dibebaskan, meskipun masih dalam pengawasan Nederlandse gouvernement. ah, gila bener ni orang.. Gw selesei baca itu bab bertepatan ma datengnya senior arsitek gw dari rapat. So, I gotta get back to work. Keesokan harinya, kejadian ini berulang lagi. coz gw mesti lembur en mesti nunggu sesuatu, gw liat lagi, apa ada bagian menarik dari buku itu yang bisa gw baca. Ah, ini dia! Ada bagian perkawinan bung Karno dengan istri pertamanya, cerai dari istri pertamanya en kemudian merit ma istri kedua –bu Inggit Ganarsih-. Baru setelah gw baca buku itu gw ngerti bahwa bung Karno ternyata bukan tipe demen maen cewek kayak yang didesas-desusin orang. cukup logiclah alasannnya ninggalin sang istri pertama –buat gw sbg co- en kemudian berpaling ke istri kedua. Lama2 gw perhatiin juga daftar isi itu biografi. Oh, ada bagian tentang orang tuanya bung Karno, terus ada bab tentang masa muda bung Karno waktu menuntut kuliah di Bandung, sampe saat2 genting waktu bung Karno mesti ngadepin kembalinya tentara KNIL ke Indonesia, padahal Indonesia –dlm hal teknologi & kesiapan perang- waktu itu outnumbered banget. Kebetulan besok itu libur 17 Agustus en gw gak ada gawe, so gw ambil lah itu biografi buat gw baca di rumah. Besoknya, seabis gw bangun, solat, senam, en makan, langsung gw baca buku itu. waktu gak kerasa berlalu. Mulai dari jam 8 pagi ampe jam 6 magrib gw baca itu buku. 10 jam gw baca buku itu non-stop tanpa beranjak dari sofa di ruang keluarga lantai-2 rumah gw. gw ninggalin sofa cuma buat makan en solat doang, abis itu duduk lagi di situ. Yah, gitulah kelakuan gw kalo dah ‘obsessed’ ma sesuatu. If I have started it, I MUST finish it. Seabis selesai gw baca, gw letakkan buku itu dengan sejuta kekaguman yang sebelumnya gak gw miliki terhadap bung Karno. Ah, gendeng banget lah ini orang. Bangga rasanya pernah punya presiden kayak gini. Gw merasa terenyuh dan masuk ke dalam cerita, waktu Bung Karno nyeritain masa kecilnya yang dipenuhi kemiskinan. Orang tuanya yang harus bener2 berjuang supaya anak2nya bisa sekolah, bung Karno yang makanan hariannya nasi jagung en jarak bersekolah bung Karno yang jauh banget yang harus ditempuh jalan kaki. Sampe perjuangannya masuk kampus yg pernah jd kampus gw juga: Bandoengsche Technische Hoogeschool a.k.a ITB. Waktu itu bung Karno cuma jadi salah satu dari 3 siswa pribumi yang bisa sekolah di situ. Sisanya siswa2 Londo yang notabene anak2 ambtenaar Belanda yang kaya raya. Termasuk pelecehan en perendahan2 martabat manusia yang mesti dialamin bung Karno selama beliau kuliah 7 tahun di situ. Tapi bung Karno terus istiqomah. Satu hal yang sangat gw kagumi dari Bung Karno yakni ternyata telah adanya visi dari orang tersebut sejak usia mudanya tentang kemerdekaan bangsanya. Ini sangat istimewa waktu itu karena waktu itu orang2 Indonesia asli di sekeliling bung Karno sudah dihinggapi rasa inferior terhadap bangsa2 Barat. Entah visi ini muncul dari mana. Bung Karno itu sejak mudanya –sejak usia belasan taun kalo menurut buku itu- udah punya rasa ingin tau yang teramat kuat en suka melahap buku2 kelas berat, kayak buku ‘Trias Politica’nya Voltaire, ‘Das Kapital’nya Karl Marx dll. Sambil dapet bimbingan dari orang2 pentolan Indonesia waktu itu, kayak Cipto Mangunkusumo –kalo gak keliru-, Musolini, en dll, pak Karno tumbuh jadi individu dengan ide2 yang gendeng en revolusioner. Yup! Bung Karno ternyata pernah jadi muridnya Musolini! So, ternyata di Indonesia waktu itu, para ahli politik itu ternyata kenal satu sama lain. Cipto, Musolini, dll. Para pecinta debat politik itu punya suatu perkumpulan. Mereka punya satu tujuan sama: Indonesia merdeka, meskipun ideologi mereka beda2. Bentrok baru terjadi di kemudian hari setelah Indonesia merdeka en mereka masing2 punya massa, dimana setiap pihak merasa berhak u/ jadi penentu arah Indonesia. Termasuk Soekarno akhirnya harus mengeksekusi Musolini karena sudah mencoba mengkudetanya. Padahal notabene Musolini itu ternyata pernah jadi gurunya. Hal laen yang gw kagumin dari bung Karno adalah ketidakterlalucintaannya terhadap hal duniawi. Tergambar jelas di buku itu, gimana keadaan serbakekurangan yang sering harus dialami pak Karno en istrinya –bu Inggit Garnasih-, meskipun waktu itu bung Karno udah jadi ketua PNI. Dalam situasi itu, bung Karno menolak segala bantuan duniawi dari teman2nya. Dia malah masih mencoba berbagi dengan orang2 yang kekurangan. Wah, bener2 hebat. Periode pengasingan bertahun2 di Ende en Bovendigul (Papua) juga menyentuh hati gw. bener2 baru tau gw kalo waktu itu tu disana bener2 gak ada listrik. Bung Karno bener2 harus hidup di sebuah situasi yang asing en gak ramah. Penduduk local yang gak mau deket2 ma bung Karno karena tau bung Karno itu tahanan politik yang dibenci Belanda. Mereka takut ikut terseret punya masalah dengan pihak Belanda. Lingkungan sekitar yang sepenuhnya hutan dan banyak nyamuk malaria, dimana bung Karno dan istrinya harus hidup dari bertanam ubi dll. Sunyi. Terisolir. Persis kayak film Castaway lah! Bung Karno yang intelek itu sontak dipaksa hidup kayak orang hutan. Tapi bung Karno emang orangnya tabah banget. Dia itu orangnya gak macem2 en mau nrimo situasi hidup apapun yang dihadapinya. Gak ada gerutu sedikitpun. Pilihan hidup katanya. Wah, lagi2 gendeng. Hebat. So, meskipun tadinya gw pikir buku biografi tokoh politik itu membosankan, khusus buat biografi bung karno ini boleh lah temen2 baca. Gw recommend. Asik banget, kayak ketemu dengan bung Karno-nya bercerita langsung. Judul bukunya ‘Bung Karno: Penyambung LIdah rakyat’. Setelah baca biografi ini, beberapa tanda Tanya seputar bung Karno yang pernah ada di kepala gw pun jadi jelas. Mungkin temen2 pun menghadapi hal yang sama. So gw jelasin dikit lah: APAKAH BUNG KARNO ITU PRO-KOMUNIS? Kalo yang dimaksud pro-Komunis disini adalah bahwa Bung Karno seorang penganut ideologi komunis, jelas gak! Coz di buku itu sendiri ybs nerangin bahwa dia bukanlah komunis, meskipun memang dia mengakui bahwa dia adalah sosialis. Yang dimaksud komunis itu adalah mau mengikuti ajarannya Karl Marx, Lenin, ataupun Stalin bahwa kontrol mutlak atas negara ataupun rakyat harus dipegang secara terpusat oleh pemerintah. Juga ajaran bahwa agama adalah candu bagi rakyat, karena agama mengajarkan manusia untuk tidak percaya akan kemampuan dirinya sendiri memecahkan segala masalah. Bung Karno bukan pengikut hal2 ini. Bung Karno adalah sosialis dalam arti bahwa sosialisme adalah paham yang mementingkan hajat hidup rakyat banyak, terutama golongan bawah yang sering gak dibela. Pasca kemerdekaan, sikap bung Karno thdp negara liberal en negara komunis sebenernya sama terbukanya. Tapi bung Karno menjelaskan bahwa ternyata negara komunis lebih suka memberikan bantuan tanpa neko2. Sementara negara liberal, macam Amerika, kalo mo ngasi bantuan waktu itu ternyata netapin bunga yang ampun tingginya en syarat2 menjerat rakyat Indonesia lainnya. Ini yang sering bikin bung Karno lebih banyak minta bantuan ke negara komunis ketimbang liberal, en akhirnya malah dapet cap komunis. Maklum, Indonesia waktu abis merdeka kan miskin banget brur. Ybs sendiri yang jelasin. APAKAH BUNG KARNO ITU DOYAN CEWEK? Nah, ini dia sebuah pertanyaan menarik. Kalo yang dimaksud doyan cewek disini adalah bung Karno gemar ‘melahap’ cewek, jelas gak. Alasan perceraian pertama bung Karno jelas banget: istri pertama bung Karno terlalu kekanak2an. Gak bisa ngimbangin sisi bung Karno yang dewasa en butuh sokongan moril. Jiwa mereka berdua terlalu beda. Alasan perceraian kedua juga jelas: bu Inggit Garnasih gak bisa ngasi keturunan. Sbenernya bung Karno masih mencintai bu Inggit, hanya saja bung Karno minta ijin bu Inggit supaya boleh menikahi bu Fatmawati karena ingin punya keturunan. Tapi bu Inggit murka en minta cerai. Sementara itu alasan bubarnya keharmonisan bung Karno dan bu Fatmawati karena kehadiran Ratnasari Dewi (yang nama asli Jepangnya gw lupa) adalah karena bung Karno melihat bu Ratna sebagai seorang wanita yang penuh dinamisme dan antusiasme, hampir seperti dirinya. Sementara bu Fatmawati mungkin orangnya tipe penurut, tidak banyak bicara, en adem ayem. Waktu bung Karno mencoba jujur bahwa memang ada wanita lain yang tengah menarik hatinya, bu Fatmawati menjadi mutung en meninggalkan rumah. Kalo temen2 lantas melihat bahwa bung Karno adalah tipe cowok yang gampang terpesona oleh kilau suatu cewek en lantas gampang punya hati ma cewek itu, itu adalah hak temen2 buat nilai. Tapi bung Karno sendiri berkata bahwa ‘wanita memang diciptakan indah. Sama indahnya seperti Tuhan telah menciptakan seni dan hal2 indah lainnya di muka bumi.’
|
TOPICS
All
MONTHS
December 2019
|