Masuk BBW 7.30, selesai belanja 16.00. Jumlah hasil buruan: 25 buku dari genre arsitektur, sejarah, agama, transportasi, travelog.
0 Comments
Teringat diskusi tahun lalu dengan teman kantor di waktu istirahat soal filsafat dan soal bagaimana sesuatu yang tampak sudah pasti di depan banyak orang bisa jadi meragukan ketika diuji oleh filsafat.
Teman (T): Rief, kenapa ada orang yang mau pusing-pusing belajar filsafat? Apa manfaatnya? Saya (S): Filsafat emang sering bikin pusing dan gak wajib dipelajarin. Tapi kalo lo tipe orang yang gak suka gampang percaya sama orang lain dan ingin menguji klaim kebenaran yang diajuin orang lain, filsafat bisa jadi alat bantu yang bermanfaat. T: Oh. Misalnya gimana tuh? S: Misalnya gini. Ini kan buah apel ya (Saya ambil apel merah yang ada di mejanya). Apa warna dan rasanya? T: Warnanya merah dan rasanya manis. Tadi gue dah makan satu. S: Ok. Lo yakin banget kalo buah ini warnanya merah dan rasanya, termasuk apel yang lo makan tadi, manis? T: Yakin lah. S: Hmm, masalahnya, bisa jadi warna buah ini gak merah dan rasanya gak manis. Bahkan mungkin gak ada yang tau apa sebenernya warna dan rasa buah ini. T: Hah, kok bisa gitu? S: Gini. Kenapa lo yakin kalo warna buah ini merah? Saat ini buah ini keliatan merah buat loe karena pigmen yang ada di kulit buah ini mantulin panjang gelombang tertentu dari sinar lampu yang ada dan mengaktivasi sel-sel kerucut (cone cells) tertentu di retina mata loe yang kemudian memberi persepsi warna merah di otak. Pertanyaannya, kalo begitu, warna merah itu adanya di buah ini, di sensor mata lo, ato di otak lo? T: Ok.... S: Fakta ilmiahnya, ada orang-orang buta warna parsial yang sel-sel kerucut matanya gak akan bereaksi terhadap panjang gelombang yang akan menghasilkan persepsi warna merah di otak orang non-buta warna. Bahkan ada makhluk-makhluk hidup selain manusia yang sel-sel kerucut matanya jauh lebih sensitif dan memberi persepsi warna berbeda ketika panjang gelombang yang diterima matanya berubah sedikit saja. Di mata mereka, warna buah ini bisa jadi hijau, ungu, dan macem-macem. Ketika kita melihat apel ini berwarna merah hanya karena "keterbatasan" fisik kita, apa bisa kita mengatakan bahwa warna buah ini sejatinya adalah merah? T: Wow.. S: Begitu juga rasa buah ini. Manis. Dari mana lo tau kalo buah ini manis? Lo ngerasa buah ini manis karena buah ini punya kandungan kimia tertentu yang mengaktivasi sel-sel tertentu di lidah lo yang memberi persepsi rasa manis ke otak. Kalo kayak gini, rasa manis itu betul ada di buahnya ato justru di lidah lo ato di otak lo? Ada makhluk-makhluk hidup selain manusia yang lidahnya gak bereaksi terhadap zat kimia yang memberi rasa manis di otak kita. Bahkan ada makhluk-makhluk hidup yang lidahnya akan memberikan persepsi rasa yang jauh lebih banyak ke otaknya dibanding lidah kita. So, kalo kita ngerasa bahwa apel ini rasanya manis cuma karena keterbatasan fisik kita, bisakah kita bilang kalo apel ini sejatinya emang berasa manis? T: Wow, gak pernah terpikir oleh gue sebelumnya hal ini. S: Nah, itulah salah satu fungsi filsafat. Filsafat menguji hal-hal yang keliatannya udah pasti dan diterima begitu aja oleh orang banyak, padahal persepsi orang banyak itu gak didukung landasan yang kokoh. Cabang filsafat yang menguji apakah kita bener-bener bisa "tahu" tentang suatu hal secara benar ini adalah Epistemologi. Tokoh-tokohnya adalah John Locke, Thomas Hobbes, Descartes, Leibniz, dll. |
TOPICS
All
MONTHS
December 2019
|