ARIEF ONLINE
  • Home
  • Curriculum Vitae
  • Thoughts
  • Photographs
  • Poems
  • Languages Learning
    • Indonesian Phrases
    • Persian Phrases
    • French Phrases
    • German Phrases
    • Dutch Phrases
    • Learning Materials
  • Contact

5 Tahap Seseorang Menjadi Teroris Menurut Moghaddam

27/7/2017

1 Comment

 
Picture
​Sebagai pemeluk salah satu agama Abrahamik, sudah sering saya mendengarkan tuduhan bahwa adalah wajar untuk melihat teroris-teroris lahir dari tengah-tengan kalangan pemeluk agama-agama Abrahamik, karena agama-agama Abrahamik mempercayai bahwa hanya agama mereka masing-masing lah yang benar.

Anggapan tersebut perlu saya sanggah atas dasar dua hal:

(1) Sejujurnya, meskipun agama-agama lain di luar agama-agama Abrahamik tidak secara eksplisit menyatakan bahwa agama mereka adalah yang paling benar, namun umumnya terdapat juga kepercayaan di antara kalangan pemeluk agama-agama tersebut bahwa agama mereka adalah jalan spiritual paling pas menuju pencerahan berdasarkan pengalaman spiritual pendirinya. Bila tidak ada kepercayaan semacam ini, secara logika tidak akan pernah ada hal yang membuat seseorang menjadi penganut setia suatu agama.

(2) Sejarah membuktikan bahwa kekerasan dan terorisme dapat dan telah dilakukan oleh umat dari berbagai agama. Saya merasa tidak perlu untuk menuliskan daftar kekerasan yang pernah dilakukan umat setiap agama dalam sejarah di sini. Cukup bagi saya untuk mengatakan bahwa tidak ada satupun umat beragama (dan juga kaum tidak beragama) yang dapat mengatakan bahwa sejarah umatnya bebas noda.

Bila keyakinan bahwa agama kita adalah agama yang paling benar bukan merupakan motif melakukan tindak kekerasan, maka apa motif melakukan tindak kekerasan?

Untuk menjawab itu, saya berusaha melihat masa muda saya (SMP) ketika saya sangat dipenuhi perasaan keagamaan dan, sayangnya, juga kebencian yang meluap-luap terhadap pemeluk agama lain. Dalam definisi saya saat ini, saya pada saat itu dapat dikatakan cukup radikal.

Apa yang menyebabkan kebencian saya saat itu yang begitu meluap-luap? Pada saat itu, melalui pergaulan saya dan media-media yang saya baca, saya memiliki keyakinan bahwa umat agama saya selalu menjadi korban intimidasi dan ketidakadilan umat beragama lain dimana-mana. Kemudian timbul rasa dendam pada diri saya.

Pada saat itu saya belumlah paham bahwa meskipun memang ada bagian dari umat-umat beragama lain yang tindakannya tidak baik, namun sisanya adalah manusia persis seperti saya yang juga menginginkan hidup yang damai dan bahagia dengan manusia lainnya. Ini baru saya pahami ketika saya mulai banyak bertemu dan berdiskusi dengan orang-orang yang memiliki latar belakang berbeda dengan saya.

Selain itu, setelah saya banyak membaca sejarah, saya pun mulai mengetahui bahwa di beberapa tempat dan kesempatan, ada bagian umat beragama saya juga yang melakukan tindakan tidak adil terhadap umat beragama lainnya. Ternyata umat beragama saya pun tidak bebas noda.

Dari pengalaman saya, saya menyimpulkan bahwa seseorang bisa memiliki kebencian dan motif untuk melakukan tindak agresif terhadap kelompok lain, bila ia merasa bahwa ia adalah bagian dari kelompok tertindas (victim) dan tidak mengetahui/tidak bisa melihat bahwa kelompoknya sendiri juga tidak bebas noda dan barangkali malah pernah melakukan hal tidak adil/benar terhadap kelompok lain.

Kesimpulan saya ini kemudian diperdalam ketika kemudian saya mengetahui tentang teori "Staircase to Terrorism" (Tahap-tahap Menjadi Teroris) yang dikemukakan oleh Fathali M. Moghaddam, seorang psikolog senior Amerika yang selama ini meneliti motif orang-orang yang melakukan tindakan terorisme.

Hal yang menarik tentang teori Moghaddam ini adalah bahwa siapapun yang pada awalnya tidak memiliki pemikiran teroris, termasuk Anda, pada akhirnya bisa menjadi seseorang yang berpemikiran teroris, bila orang tersebut berada pada kondisi yang tepat dan menempuh jalan-jalan tertentu yang pada akhirnya akan mengubah dirinya.

Jalan-jalan tersebut diibaratkan oleh Moghaddam bagaikan anak-anak sebuah tangga. Ketika seseorang menaiki satu anak tangga, maka terjadi suatu transformasi pada dirinya yang lebih memudahkan ia untuk melakukan tindakan terorisme. Total ada 5 anak tangga menurut Moghaddam untuk mengubah seseorang menjadi teroris.

Hal menarik lainnya tentang penelitian Moghaddam adalah, berseberangan dengan pendapat umum, para pelaku teroris sebagian besar ternyata tidak memiliki masalah ekonomi dan bukan merupakan orang berpendidikan rendah.

Lantas apa saja tahap-tahap yang bisa membuat seseorang melakukan tindakan terorisme terhadap pihak tertentu dan diibaratkan sebagai 5 anak tangga oleh Moghaddam?

Perlu diingat lagi bahwa, sebagaimana telah disampaikan di bagian-1 dari tulisan ini, ketika seseorang naik tingkat, maka orang tersebut akan semakin agresif dan semakin mungkin melakukan tindakan terorisme.

Berikut adalah rangkuman saya dengan nama masing-masing tingkat sesuai yang diberikan oleh Moghaddam.

(1) "Ground Floor: Psychological Interpretations of Material Conditions"

Tahap ini merupakan prasayarat melakukan tindakan terorisme. Pada tahap ini muncul perasaan (subyektif) pada satu/sekelompok orang bahwa mereka telah mendapatkan perlakuan tidak adil di bawah suatu sistem.

(2) "First Floor: Perceived Options to Fight Unfair Treatment"

Orang-orang yang naik ke tahap ini adalah mereka yang melihat bahwa hanya ada sedikit atau malah sama sekali tidak ada jalan yang diakui di dalam sistem dimana mereka bisa menyuarakan ketidakpuasan atas ketidakadilan yang mereka terima ataupun memperbaiki ketidakadilan tersebut.

(3) "Second Floor: Displacement of Agression"

Mereka yang naik ke tingkat ini adalah mereka yang telah memiliki pandangan bahwa hanya ada sedikit atau malah satu pihak yang benar-benar bertanggung jawab atas ketidakadilan yang mereka alami.

(4) "Third Floor: Moral Engagement"

Orang-orang yang naik ke tingkat ini adalah segelintir orang yang telah memandang pihak yang menyebabkan ketidakadilan yang mereka terima sebagai musuh nyata dan meyakini bahwa harus diambil suatu tindakan fisik terhadap musuh ini.

Ini tidak ubahnya seperti pandangan orang awam yang melihat bahwa pihak/negara luar yang menginvasi negara mereka dan menyebabkan kekacauan di dalam negeri sebagai musuh yang harus diperangi balik.

Moghaddam juga menyebutkan bahwa di tahap inilah biasanya repertoar tentang moralitas bergaung di kalangan teroris. Sementara pihak oposisi melihat para teroris tersebut sebagai orang-orang tidak bermoral (karena melakukan tindakan tidak manusiawi), para teroris justru melihat bahwa pihak musuhlah yang sebenarnya tidak bermoral.

Kezaliman-kezaliman yang dilakukan pihak musuh sentiasa disebut berulang-ulang di dalam lingkaran para teroris, disertai pesan bahwa tindakan memerangi musuh adalah tindakan yang harus dilakukan untuk mengembalikan segala sesuatu ke keteraturan yang seharusnya.

Di tahap ini pula, orang-orang yang telah direkrut oleh organisasi-organisasi teroris akan mulai diisolasi dan dibatasi interaksinya dengan dunia luar, untuk menjamin bahwa mereka memiliki idealisme yang sama seperti organisasi perekrutnya dan terjaga "kemurnian" idealismenya dari pengaruh-pengaruh luar.

(5) "Fourth Floor: Solidification of Categorical Thinking and the Perceived Legitimacy of the Terrorist Organization"

Moghaddam menyebutkan bahwa mereka yang sudah masuk ke tahap ini hanya memiliki kesempatan kecil sekali atau sudah tidak akan bisa lagi keluar hidup-hidup.

Mereka yang berada di sini sudah memiliki program-program pasti yang akan mereka jalankan untuk memerangi musuh. Untuk menjalankan program-program tersebut, akan dibentuk kelompok-kelompok kecil (disebut sel-sel teroris) yang terdiri dari 4-5 orang, dimana setiap orang memiliki peranan.

Pembagian menjadi kelompok-kelompok kecil ini lazim dilakukan oleh organisasi-organisasi teroris, agar bila satu sel teroris terbongkar oleh musuh, maka sebagian besar struktur dan agenda organisasi teroris tersebut tetap tidak dapat diketahui.

Moghaddam juga menyebutkan bahwa setiap sel teroris tersebut umumnya dipimpin oleh seorang yang karismatik dan akan memberikan perhatiannya kepada para anggotanya yang telah direkrut hingga tahap ini. Pada saat yang sama, mereka terus diisolasi dan mengalami indoktrinasi bahwa apa yang sedang dan akan mereka lakukan adalah untuk mencapai tujuan yang mulia.

(6) Fifth Floor: The Terrorist Act and Sidestepping of Inhibitory Mechanisms

Pada tahap ini dilakukan persiapan-persiapan final sebelum tindakan terorisme dilakukan.

Hal-hal yang dianggap sebagai penghalang, menurut Moghaddam, akan disingkirkan. Termasuk rasa kemanusiaan dan belas kasih terhadap warga sipil, bila warga sipil tersebut harus menjadi target mereka. Ditanamkan pemahaman bahwa warga sipil hanya bisa dianggap sebagai teman bila warga sipil tersebut mendukung organisasi teroris mereka.

Menurut Moghaddam pula, rasa belas kasih otomatis terpinggirkan melalui mekanisme dan alat-alat yang dipilih para teroris untuk melakukan aksi terorisme mereka.

Organisasi-organisasi teroris umumnya memilih alat-alat atau metode-metode yang akan menimbulkan kematian seketika, baik pada target maupun pelaku. Hal ini menyebabkan mereka yang telah direkrut untuk melakukan aksi terorisme tidak dapat menyaksikan ketakutan pada wajah calon korban, permohonan mereka agar mereka diijinkan hidup (seandainya mereka tahu akan menjadi korban), ataupun kesusahan dan kedukaan mendalam yang akan ditinggalkan pada keluarga para korban; yang mana bila kesemuanya itu dapat disaksikan oleh para pelaku teror maka sesungguhnya bisa menimbulkan rasa belas kasih pada diri pelaku teror dan menyebabkan mereka mengurungkan niatnya.

Moghaddam mengatakan bahwa rasa belas kasih sebenarnya merupakan bagian alami dari jiwa manusia sebagai binatang. Bahkan seekor serigala yang pada dasarnya bersifat agresif pun, dalam contoh yang diberikan Moghaddam, akan merasakan iba dan mengijinkan serigala yang menjadi lawannya untuk pergi, bila setelah lawan tanding serigala yang menjadi lawan tersebut menderita luka hebat dan memberikan tanda-tanda bahwa ia mengaku kalah.

Untuk menutup teorinya, Moghaddam menyampaikan bahwa memburu para teroris dan menghancurkan organisasi mereka sebenarnya tidak akan pernah bisa mengakhiri terorisme. Karena terorisme dilahirkan melalui berbagai keadaan yang telah disebutkan, maka langkah terbaik untuk mengakhiri terorisme, menurut Moghaddam, adalah dengan merubah/memperbaiki keadaan-keadaan tersebut.

Selain memperbaiki ketidakadilan yang dapat dirasakan sebagian kalangan masyarakat, pemerintah, Moghaddam menyontohkan, harus memberi kesempatan kepada semua pihak untuk menyampaikan ketidakpuasannya dan turut serta memperbaiki keadaan yang ada.

Bila pihak yang merasa tidak mendapat ketidakadilan tersebut telah berubah menjadi organisasi teroris, maka, Moghaddam mengutarakan, bukanlah tidak mungkin untuk mengajak mereka berdialog dan ikut serta memperbaiki kondisi yang ada dengan mengasimilasi mereka ke dalam politik secara perlahan. Hal ini telah terjadi pada IRA (organisasi pemberontak di Irlandia Utara) (dan juga GAM, menurut hemat penulis).

Pada akhirnya, dalam perspektif Moghaddam, adalah lebih baik untuk mencegah kemunculan suatu penyakit daripada hanya terus menerus berusaha mengatasi gejalanya.

​
1 Comment

Sumber Rasa Takut

28/6/2017

0 Comments

 
Semua rasa takut berasal dari ketidaksanggupan kita menerima kondisi terburuk dalam kehidupan. Mereka yang pernah melewati hal-hal terburuk dalam kehidupan, biasanya tidak lagi dikekang rasa takut. Benar tidak?
0 Comments

Buku "Feel the Fear and Do It Anyway"

29/5/2017

0 Comments

 
Picture
Hingga kini sudah ada ratusan ribu judul buku dan artikel tentang berbagai hal yang saya baca. Dari semua itu, hanya beberapa yang benar-benar memiliki pengaruh mendalam pada saya.

Walaupun buku ini baru saya baca, tapi kelihatannya ini akan jadi buku berpengaruh berikutnya. Anda tahu bahwa kualitas sebuah buku sangat tinggi sejak Anda membaca beberapa halaman pertama.

Gandhi: "Kita sering berpikir bahwa musuh kemanusiaan terbesar adalah benci. Musuh kita terbesar bukanlah rasa benci, tapi rasa takut".
​
Best seller
Penerbit: Vermillion, UK
Harga: 9 Poundsterling (tidak termasuk ongkir)
Bisa pesan dari toko buku online manapun (Amazon, Book Depository, dll).
0 Comments

Buku tentang Pembentukan Kebiasaan

5/11/2016

0 Comments

 
Picture
Picture

​Menurut saya, banyak dari kita yang sebenarnya tahu, mana jalan yang akan membuat kita jadi lebih baik dan bahagia dalam hidup. Hanya saja, seringkali diri kita sendirilah yang jadi batu sandungannya, misalnya dalam bentuk kebiasaan-kebiasaan buruk kita yang sulit dirubah.

Semoga dari buku ini, saya pun bisa belajar, bagaimana saya bisa merubah kebiasaan saya yang saya nilai buruk.

Saya belum selesai baca buku ini, tapi sudah mulai mengetahui bahwa ketika kita melakukan sesuatu begitu sering, terutama karena ada motivasi berupa sesuatu yang kita anggap menyenangkan di akhir tindakan itu, struktur syaraf di bagian otak kita, bernama "basal ganglia" akan berubah untuk menyesuaikan, sehingga kita akan lebih mudah lagi melakukan hal tersebut di masa mendatang.

Kalau hal tersebut adalah sesuatu yang berakibat baik, seperti rajin berolahraga, maka kita beruntung. Tapi kalau hal itu adalah sesuatu yang merugikan, sepert merokok, maka kita akan merugi.
​
Mungkin ini ya yang dimaksud tokoh-tokoh spiritual seperti nabi Muhammad SAW ataupun Buddha bahwa perang terbesar adalah perang menaklukkan diri sendiri, yaitu kebiasaan-kebiasaan buruk kita sendiri?
0 Comments

Kesadaran Hadir Lebih Dulu Sebelum Munculnya Alam Semesta?

30/10/2016

0 Comments

 
Belakangan ini saya menerima hadiah beberapa buku dari beberapa teman, meskipun saya sedang tidak ulang tahun. Rasa terima kasih saya haturkan kepada teman-teman yang sudah memberikan perhatiannya tersebut.

Sebuah buku yang saya terima paling akhir adalah salah satu buku sains dengan penjualan terbaik (best seller) ini.

Di buku ini, Robert Lanza, seorang ilmuwan di bidang kloning (Biologi), dan Bob Berman, seorang astronom, mencoba berargumentasi dengan menunjukkan bukti-bukti yang ada dari bidang Fisika Kuantum dan Neurosains bahwa kesadaran (consciousness) sudah ada sebelum alam semesta ini ada.
​
Ini tentu saja sesuatu yang menarik, karena selama ini para materialis meyakini bahwa alam semesta lalu tubuh-tubuh makhluk hidup haruslah muncul terlebih dahulu, sebelum kesadaran hadir di diri makhluk-makhluk hidup tersebut. Kesadaran ini pun, menurut para materialis, muncul sebagai efek samping dari aktivitas neural yang dilakukan jutaan hingga milyaran sel yang ada di dalam otak makhluk hidup tersebut.
Picture
0 Comments

Apakah Berpikir Positif Selalu Baik?

6/12/2015

0 Comments

 

​Walaupun banyak orang meyakini bahwa dalam keadaan seburuk apapun kita harus tetap optimis dan berpikir positif, sedari dulu saya termasuk orang yg tidak setuju dgn hal tsb. Kenapa?

Karena itu seperti menipu diri sendiri dengan meyakini bahwa segala sesuatu akan baik-baik saja, padahal disitu perubahan sikap dan aksi cepat kita justru diperlukan. Berpikir realistis, dan bukan semata-mata optimis, adalah yg saya yakini.

Setelah memiliki keyakinan spt itu sedemikian lama, tempo hari tiba-tiba saya menemukan buku yg seakan-akan mengamini pendirian saya tsb. Lewat buku ini, sang pengarang mengajarkan bagaimana berpikir positif harus ditempatkan pada kadar yang sesuai, tidak berlebihan, agar bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk memotivasi hidup manusia.

​ Harga: Rp. 235 ribu
Bisa dibeli di: Periplus

Picture
0 Comments

Rasa Bosan

8/10/2015

0 Comments

 

Dari pengamatan saya, saya menyimpulkan bahwa rasa bosan akan menghinggapi manusia manakala ia merasa bahwa di situasi yang sedang dihadapinya, ia merasa dirinya tidak bertumbuh secara optimal. Sebagaimana segala sesuatu biasanya diciptakan Tuhan dengan tujuan, maka kelihatannya, hikmah dijadikannya rasa bosan ini adalah agar dalam waktu hidupnya yg terbilang singkat, manusia mau mencari dan merasakan sebanyak-banyaknya pengalaman dalam hidupnya.

0 Comments

Kaitan Kasih Sayang Orang Tua, Ketangguhan Anak, dan Kemampuan Anak Dalam Berdisiplin

20/9/2015

0 Comments

 

 Saya belum punya anak sih. Tapi saya ingin berbagi apa yang saya pelajari dari buku best seller "The Road Less Travelled"-nya Scott Peck yang selesai saya baca untuk ketiga kalinya beberapa bulan lalu.

Dulu sekali saya kira fokus pembahasan buku ini adalah pada perjalanan spiritualisme. Tapi ternyata, buku ini cukup banyak membahas soal perkawinan.

Di buku ini, Scott yang sehari-harinya bekerja sebagai seorang psikolog professional dan terapis bercerita, luar biasa banyaknya gangguan psikologis yang ia tangani pada diri pasien-pasiennya yang dewasa yang diakibatkan oleh kekurangan kasih sayang yang dialami pasien-pasien tsb ketika masih kecil.

Kasih sayang orang tua, yang dikombinasikan secara tepat dengan kedisiplinan, ternyata luar biasa penting dalam membentuk kualitas seorang anak ketika dewasa nanti.

Seorang anak yang kekurangan kasih sayang biasanya akan mengembangkan cara pandang terhadap dirinya sendiri sebagai manusia yang kurang atau tidak berharga. Ini wajar saja, karena sebagai orang yg terdekat kepada sang anak, orang tua seharusnya memberikan kasih sayang yang cukup sebagai bukti bahwa anak adalah pemberian Tuhan yang berharga di mata mereka.

Sikap rendah diri ini nantinya akan sangat berpengaruh ketika anak tersebut nanti menjadi dewasa dan harus menghadapi masalah-masalah hidup. Mereka akan cenderung lebih lemah dan mudah terjerumus ke dalam narkoba ataupun pemikiran-pemikiran bunuh diri.

Cukupnya kasih sayang juga diperlukan agar seorang anak nantinya bisa mengembangkan kemampuan disiplin. Karena pada dasarnya, kedisiplinan adalah tentang kepedulian terhadap diri sendiri yang hanya akan timbul bila seorang anak merasa dirinya berharga.

Meski demikian, Scott mengingatkan bahwa menyayangi seorang anak bukan berarti menturuti semua kemauannya. Sikap ini justru akan menyesatkan dan menjerumuskan si anak. Yang diperlukan adalah sikap disiplin yang dikombinasikan dengan rasa cinta dan kasih sayang terhadap anak.

Picture
0 Comments

Kemampuan Supranatural Makhluk Hidup 

26/4/2015

0 Comments

 

Catatan. Fenomena-fenomena pada alam dan makhluk hidup yang sudah diteliti DR. Shaldrake dalam bukunya "Science Set Free" dan sulit dijelaskan Sains Barat yang saat ini condong kepada materialisme antara lain:

- Binatang bisa mengetahui berbagai bencana alam bahkan s/d 3-5 hari sebelum bencana itu terjadi. Mengetahui keterbatasan alat-alat buatan manusia, pemerintah Cina sudah mulai memanfaatkan binatang utk memprediksi berbagai bencana alam.

- Binatang, terutama anjing, bisa tahu jika majikannya mengidap penyakit berat, bahkan sebelum majikannya sendiri tahu.

- Binatang, terutama anjing, bisa tahu ketika ajal akan menghampiri majikannya.

- Binatang, terutama anjing dan kuncing, bisa tahu bila majikannya akan pulang ke rumah, termasuk di luar jam-jam pulang kantor.

- Obat hanya bermanfaat bagi manusia HANYA bila manusia percaya obat itu bermanfaat (efek placebo).

- Manusia dapat sakit bila ia percaya dirinya sakit, meskipun ia sebenarnya sehat.

- Dua manusia yang memiliki kedekatan emosional biasanya akan membangun kemampuan telepati (merasakan dari jauh) secara tidak disadari. Kemampuan inilah yang memungkinkan orang tersebut untuk tahu bahwa orang yang dicintainya sedang ditimpa hal buruk, meski mereka berdua terpisah jarak.

- Ketika manusia menatap sesuatu, ternyata matanya mengeluarkan getaran halus. Ini yang menyebabkan beberapa orang bisa mengetahui bahwa sedang ada orang lain yang mengintainya. Ketika manusia dalam keadaan bahaya, kemampuannya menangkap getaran-getaran halus tersebut meningkat.

0 Comments

Premonisi dan Prekognisi vs Determinisme

2/4/2015

0 Comments

 

Saya yakin bahwa premonisi dan prekognisi memang ada. Buktinya cukup melimpah. Hanya saja masalahnya, menurut pemahaman saya hingga saat ini, premonisi dan prekognisi hanya bisa terjadi bila alam semesta bekerja sebagai sistem deterministik, sebagaimana yang diyakini fisikawan atheis Stephen Hawking.

Masalahnya lebih lanjut, dalam sistem deterministik, kehendak bebas makhluk hidup tidak mungkin ada. Bagaimana alam semesta bisa bers
ifat deterministik, namun juga mengizinkan terjadinya kehendak bebas?

Kelihatannya ini adalah PR jangka panjang untuk sains, sebagaimana para ilmuwan sekarang sedang mencoba memecahkan, dimana titik temu antara gaya gravitasi (yang bekerja menurut prinsip Newton) dengan gaya nuklir lemah, kuat, dan elektromagnetik (yang dibangun di atas fondasi Fisika Kuantum)? Keempat gaya ini adalah gaya-gaya yang telah diketahui ilmuwan modern sebagai 4 gaya paling dasar yang mengatur kerja alam semesta.

Picture
0 Comments

Kemampuan Supranatural Makhluk Hidup

30/4/2014

0 Comments

 
Picture

Berikut adalah fenomena-fenomena pada alam dan makhluk hidup yang sudah diteliti DR. Shaldrake dalam bukunya "Science Set Free" dan sulit dijelaskan Sains Barat yang saat ini condong kepada materialisme antara lain:

- Binatang bisa mengetahui berbagai bencana alam bahkan s/d 3-5 hari sebelum bencana itu terjadi. Mengetahui keterbatasan alat-alat buatan manusia, pemerintah Cina sudah mulai memanfaatkan binatang untuk memprediksi berbagai bencana alam.

- Binatang, terutama anjing, bisa tahu jika majikannya mengidap penyakit berat, bahkan sebelum majikannya sendiri tahu.

- Binatang, terutama anjing, bisa tahu ketika ajal akan menghampiri majikannya.

- Binatang, terutama anjing dan kuncing, bisa tahu bila majikannya akan pulang ke rumah, termasuk di luar jam-jam pulang kantor.

- Obat hanya bermanfaat bagi manusia HANYA bila manusia percaya obat itu bermanfaat.

- Manusia dapat sakit bila ia percaya dirinya sakit, meskipun ia sebenarnya sehat.

- Dua manusia yang memiliki kedekatan emosional biasanya akan membangun kemampuan telepati (merasakan dari jauh) secara tidak disadari. Kemampuan inilah ygan memungkinkan orang tersebut untuk tahu bahwa orang yang dicintainya sedang ditimpa hal buruk, meski mereka berdua terpisah jarak.

​- Ketika manusia menatap sesuatu, ternyata matanya mengeluarkan getaran halus. Ini yang menyebabkan beberapa orang bisa mengetahui bahwa sedang ada orang lain yang mengintainya. Ketika manusia dalam keadaan bahaya, kemampuannya menangkap getaran-getaran halus tersebut meningkat.

0 Comments

Science Set Free

26/4/2014

0 Comments

 

'Science Set Free' benar-benar buku yang bagus dan sangat saya rekomendasikan ke semua teman pecinta sains ataupun yang berprofesi sebagai dokter dan fisikawan. 

Walaupun pengarang buku ini, DR. Rupert Shaldrake, adalah seorang professor di bidang Biokimia, ia memahami Kosmologi dan Fisika dengan sangat baik 

Di buku ini dia menerangkan banyak fenomena pada alam dan manusia yang tidak bisa diterangkan oleh sains Barat yang kini condong pada materialisme dan atheisme. 

Pada akhirnya, Shaldrake mengajak semua ilmuwan untuk berpikiran terbuka dan menerima bahwa alam semesta bisa jadi bekerja dengan cara-cara diluar yang kita fahami.

Picture
0 Comments

    TOPICS

    All
    Anthropology
    Archaeology
    Architecture
    Astronomy & Cosmology
    Biology
    Book Recommendation
    Business & Property
    Economy
    Education
    Film Recommendation
    General Science
    Geography
    Geology
    Geopolitics
    History
    Life
    Linguistics
    Others
    Philosophy
    Photography
    Place Recommendation
    Poem
    Politics
    Psychology
    Quantum Physics
    Religion
    Sociology

    RSS Feed

    MONTHS

    December 2019
    November 2019
    October 2019
    June 2019
    May 2019
    March 2019
    February 2019
    November 2018
    October 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    November 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    February 2017
    January 2017
    December 2016
    November 2016
    October 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014
    May 2014
    April 2014
    March 2014
    February 2014
    January 2014
    December 2013
    November 2013
    September 2013
    August 2013
    June 2013
    May 2013
    April 2013
    March 2013
    February 2013
    January 2013
    December 2012
    November 2012
    October 2012
    September 2012
    August 2012
    July 2012
    June 2012
    May 2012
    March 2012
    February 2012
    November 2011
    December 2009
    November 2009
    January 2009
    May 2008
    March 2008
    January 2008
    December 2007

  • Home
  • Curriculum Vitae
  • Thoughts
  • Photographs
  • Poems
  • Languages Learning
    • Indonesian Phrases
    • Persian Phrases
    • French Phrases
    • German Phrases
    • Dutch Phrases
    • Learning Materials
  • Contact