ARIEF ONLINE
  • Home
  • Curriculum Vitae
  • Thoughts
  • Photographs
  • Poems
  • Languages Learning
    • Indonesian Phrases
    • Persian Phrases
    • French Phrases
    • German Phrases
    • Dutch Phrases
    • Learning Materials
  • Contact

Relativitas Bunyi

28/10/2018

0 Comments

 
Picture

Minggu lalu saya membuat kuis di wall FB saya: Apabila ada pohon besar jatuh di tengah hutan dan tidak ada siapa-siapa di situ, apakah jatuhnya pohon tersebut menimbulkan bunyi?


70% responden menjawab Ya, menimbulkan bunyi dan 30% menjawab Tidak menimbulkan bunyi. Lalu jawaban apa yang benar?
...
...

Jawaban yang benar ialah Tidak menimbulkan bunyi.

Lhooo, kok bisa?

Nah begini.

Bunyi ialah fenomena yang dialami manusia/makhluk hidup yang memiliki gendang telinga, bukan fenomena yang sebenarnya terbentuk secara serta merta/ langsung di alam bebas.

Manusia mengalami bunyi ketika ada gelombang dari luar yang masuk ke dalam kanal telinganya dan berada dalam frekuensi yang tepat, yaitu antara 20 Hz dan 20 KHz, sehingga bisa menggetarkan gendang telinga manusia yang memang hanya akan bergetar di frekuensi tersebut.

Di gendang telinga itulah gelombang tersebut diubah menjadi sinyal-sinyal listrik dan seterusnya dibawa ke otak kita melalui syaraf-syaraf (nerves). Di otak kitalah persepsi bunyi dibentuk.

Hal ini tampak jelas ketika gendang telinga seseorang rusak/jebol. Gelombang bunyi akan masuk ke kanal telinganya tapi akan berlalu begitu saja ke 'eustachian tube' tanpa menggetarkan gendang telinga (karena jebol). Akibat gendang telinga tidak digetarkan, maka tidak ada sinyal listrik yang dibawa oleh syaraf ke otak dan otak pun tidak mendengar adanya bunyi.

Begitu juga bila gelombang yang masuk tidak berada dalam frekuensi yang bisa menggetarkan gendang telinga manusia. Gendang telinga akan diam sehingga tidak ada sinyal listrik yang dibentuk dan otak pun tidak mendengar bunyi.

Ketika sebuah pohon besar jatuh di hutan, pohon tersebut jelas akan menimbulkan getaran hebat di tanah dan kemungkinan akan mendorong kepadatan udara di sekitarnya dan menimbulkan hembusan angin. Getaran dan hembusan angin tersebut adalah 2 bentuk gelombang. Tapi tanpa adanya gendang telinga dan otak makhluk hidup, bunyi tidak akan hadir. Karena bunyi hanya hadir di otak makhluk hidup.

Untuk memahami bagaimana perbedaan alam sekitar yang dipersepsi oleh manusia (melalui keterbatasan panca inderanya) dan alam sekitar yang sebenarnya, silakan baca: Biocentrism, oleh Robert Lanza, MD, seorang dokter terkemuka di AS di bidang genetika dan neurologi.
0 Comments

Keinginan Saya Menjadi Science Communicator

6/5/2018

0 Comments

 
Picture

​Saya hampir tidak tertarik membuat postingan-postingan tentang politik atau agama. Saya jauh lebih tertarik menyebarkan ilmu pengetahuan dari setiap hal baru yang saya pelajari ke orang-orang di sekitar saya.

Bagi saya pribadi, Indonesia adalah negeri yang besar namun kekurangan sumber informasi ataupun bahan-bahan bacaan yang bagus terkait sains. Di mana publik yang ingin tahu tentang Kosmologi bisa memperoleh buku berbahasa Indonesia yang bagus tentang itu? Atau tentang migrasi manusia? Atau tentang proses pembentukan bahasa? Atau tentang Fisika Kuantum? Padahal Indonesia memiliki generasi muda dalam jumlah besar yang, saya yakini, akan semakin kritis tiap hari seiring perkembangan zaman.

Karena kekurangan bahan bacaan yang bagus tersebut, saya sendiri akhirnya sejak 7 tahun yang lalu sudah sedikit membeli buku dari toko-toko buku lokal. Saya harus memenuhi kebutuhan membaca saya dengan mengimpor buku-buku dari luar.

Di negara-negara maju, ada orang-orang yang menjalankan peranan sebagai "science communicator (SC)" untuk mengedukasi masyarakat tentang sains. SC bukanlah orang yang sehari-harinya berprofesi sebagai ilmuwan, melainkan orang yang biasanya berlatar belakang ilmu Teknik dan memiliki ketertarikan tinggi terhadap sains dan suka menyebarluaskan berbagai informasi baru dari dunia sains ke publik. Dalam hal ini, Bill Nye yang saya unggah fotonya disini adalah salah satu SC yang terkenal.

Saya sendiri berharap bahwa di samping profesi saya sebagai Arsitek, saya juga dapat menjalankan peranan sebagai SC untuk orang-orang di sekitar saya. Karena waktu saya yang terbatas, informasi yang dapat saya sebarkan belum dapat berupa buku-buku tentang sains yang saya tulis sendiri, namun hanya berupa esai-esai singkat.
​
Arsitektur bukan satu-satunya ilmu yang menarik menurut saya. SEMUA ilmu menarik dalam pandangan saya. Dan publik berhak mengetahui kenapa.
0 Comments

Golden Ratio (1 : 1,618), Proporsi yang Ada di Tubuh Semua Makhluk Hidup di Alam

30/6/2017

1 Comment

 
Max Tegmark, seorang fisikawan kuantum, pernah berkata bahwa segala sesuatu di alam semesta, termasuk keindahan, sesungguhnya dibangun di atas matematika.

Kalau teman-teman ingat, beberapa waktu yang lalu saya pernah menulis tentang konstanta-konstanta (angka-angka tetapan) di semua hukum alam yang tampaknya telah dipilih secara seksama supaya pada akhirnya lingkungan yang mendukung kehidupan bisa muncul di Bumi ("anthropocentric principle").
Kali ini saya juga ingin membahas tentang angka yang ada di alam, yaitu Phi dan Golden Ratio.

Phi adalah angka di dalam matematika yang dihasilkan dari perhitungan (1+✓5)/2, yaitu 1,618033..dst. Sementara Golden Ratio adalah angka satu (1) berbanding Phi (1,618033..dst).

Hal yang menarik tentang Phi dan Golden Ratio ini adalah ukuran anggota-anggota tubuh seluruh makhluk hidup di Bumi tampaknya memiliki proporsi yang mengikuti Golden Ratio ini, sebagaimana ditunjukkan oleh video di bawah.

Setahu saya, Phi dan Golden Ratio ini menjadi populer dan diketahui luas sejak seniman-seniman dan ilmuwan-ilmuwan Eropa di era Renaissans banyak meneliti dan menulis tentangnya. Pada saat itu Eropa tengah menggandrungi kegiatan mempelajari dan mencari pola di alam yang di kemudian hari akan membawa mereka kepada Era Pencerahan.

Penemuan tentang Phi dan Golden Ratio ini banyak manfaatnya, apalagi untuk dunia seni dan arsitektur seperti yang saya tekuni. Di dunia arsitektur, pada umumnya bangunan yang dianggap memiliki proporsi yang enak dipandang mata adalah yang mengikuti Golden Ratio. Atau, bila Anda ingin mendesain bangunan yang enak dipandang mata, cobalah mengaplikasikan Golden Ratio pada semua komponen bangunan yang Anda desain.
​
Bagaimana Phi dan Golden Ratio bisa ada di tubuh semua makhluk hidup? Bila Anda percaya tentang keberadaan Tuhan, bisa jadi Phi dan Golden tersebut adalah "tanda tangan" yang sengaja dibubuhkan pada tubuh semua makhluk hidup sebagai bukti bahwa semuanya adalah karya Seniman Besar yang tunggal.
1 Comment

Seluruh Angka dalam Hukum-hukum Alam Diatur Agar Manusia Bisa Tercipta di Muka Bumi

22/6/2017

0 Comments

 
Picture
Sudah agak lama saya tidak menulis tentang sains. Kali ini saya ingin membahas tentang rahasia yang ada di balik angka-angka di dalam semua hukum alam yang membangun jejaring alam semesta. Semoga bermanfaat.

Bagi mereka yang sering membaca buku-buku tentang atau bersinggungan dengan ilmu Kosmologi, Fisika, ataupun Kimia, ada satu fakta yang tidak bisa dibantah, bahkan oleh ilmuwan atheis sekalipun, yaitu: Seluruh konstanta (angka-angka) yang ada di dalam semua hukum alam (contoh: hukum gravitasi Newton, Relativitas, dll) "bekerja sama" sehingga makhluk hidup bisa tercipta di muka Bumi.

Ketika salah satu angka di dalam salah satu hukum tersebut dirubah sedikit saja, maka makhluk hidup, termasuk manusia, tidak akan mungkin hadir di muka Bumi.

Saya akan beri sedikit contoh saja dari luar biasa banyaknya angka yang sebenarnya ada di alam semesta:

1. Alam semesta kita bersifat 3 dimensi. Bila jumlah dimensi ini dirubah, maka keseimbangan gaya tarik menarik yang sudah ada antara benda-benda langit akan berubah. Sebagai contoh, bintang seperti matahari kita akan ditarik oleh gravitasi ke dalam intinya sendiri dan berubah menjadi lubang hitam yang justru akan menyedot seluruh benda di sekelilingnya.

2. Proton memiliki massa 1.6726 x 10-27 kg. Jika massanya lebih besar 0,2% saja, maka ia akan menjadi neutron dan membuat konstruksi atom apapun menjadi tidak stabil.

3. Gaya nuklir kuat dan gaya elektromagnetik adalah 2 dari 4 gaya fundamental yang mengatur alam semesta. Bila besaran gaya nukir kuat dirubah sebesar 0,5% saja dan besaran gaya eletromagnetik dirubah sebesar 4%, maka seluruh karbon dan oksigen yang menjadi bahan dasar kehidupan tidak mungkin tercipta di alam semesta.

4. Matahari kita memiliki massa 1.989 × 10^30 kg. Bila massa tersebut lebih kecil atau besar 20% saja, maka Bumi kita akan menjadi sedingin Mars atau sepanas Venus dan tidak bisa mendukung kehidupan.

5. Bumi berada pada jarak 149,6 juta km dari matahari. Bila Bumi berada lebih dekat sedikit saja, seluruh makhluk hidup akan terpanggang. Sementara bila Bumi berada lebih jauh sedikit saja dan panas matahari yang diterima Bumi berkurang hingga 13%, akan terbentuk lapisan es setebal 1 km di muka Bumi.

6. Bumi berotasi pada sumbunya dengan kecepatan 1.670 km/jam di khatulistiwa. Bila kecepatan ini berkurang, molekul-molekul gas yang terbentuk di muka Bumi akan terserap ke dalam Bumi oleh efek gravitasi. Sementara bila kecepatan ini meningkat, atmosfer akan menjadi terlalu panas.

7. Kemiringan Bumi terhadap sumbu rotasinya adalah 23,27 derajat. Bila kemiringan ini berkurang atau bertambah, maka perbedaan suhu antara kutub dan khatulistiwa akan menjadi terlalu besar. Suhu di daerah kutub dan khatulistiwa sendiri akan menjadi terlalu panas atau dingin untuk didiami makhluk hidup.

8. Orbit Bumi dalam mengelilingi matahari berbentuk bulat dan hanya memiliki kelonjongan 2%. Planet lain, seperti Merkurius, memiliki orbit dengan kelonjongan 20%. Ini menyebabkan permukaan planet tersebut meningkat 93 derajat celcius ketika berada di titik terdekat dengan matahari dan membuat kehidupan tidak mungkin.

9. Atmosfer Bumi terdiri dari 78% nitrogen, 21% oksigen, 1% argon dan 0,03% karbondioksida.
Bila kadar oksigen lebih sedikit, maka pernapasan makhluk hidup akan menjadi sulit dan lebih sedikit ozon yang dihasilkan untuk menghalangi sinar UV. Sementara bila kadar oksigen lebih banyak, maka oksidasi di permukaan Bumi akan meningkat dan batuan serta logam akan terkikis sangat cepat.

Hal yang sama berlaku untuk CO2. Bila jumlah CO2 lebih sedikit, jumlah senyawa bikarbonat di laut akan berkurang dan membuat lautan jadi asam. Sementara bila jumlahnya meningkat, akan menyebabkan suhu Bumi meningkat dan membentuk residu alkali berbahaya di laut.

Di dalam ilmu Kosmologi, Fisika dan Kimia, fenomena sebagaimana dicontohkan di atas disebut "fine tuning", dimana semua angka yang ada di seluruh hukum alam dipilih secara cermat ("fine tuning") sehingga makhluk hidup, termasuk manusia, bisa muncul di planet yang bernama Bumi ini.

Saya pertama kali membaca soal fenomena ini pada awal-awal masa kuliah di dalam buku yang berusaha mempopulerkan kreasionisme (keyakinan bahwa alam semesta diciptakan Tuhan) karya penulis Muslim, Harun Yahya.

Namun ketika beberapa tahun kemudian saya mempelajari Kosmologi dan Fisika Kuantum secara otodidak dan melahap buku-buku karya Stephen Hawking, Neil de Grasse Tyson, Lawrence M. Krauss, dll, saya menemukan lagi pembahasan soal fenomena "fine tuning" ini yang diamini oleh ilmuwan-ilmuwan yang sebenarnya mayoritas agnostik dan atheis tersebut.

Sebagai contoh, di dalam salah satu bukunya yang saya baca dan berjudul "The Grand Design", Hawking yang atheis mengakui bahwa pemilihan seluruh angka yang ada di semua hukum alam sungguh cermat, sehingga kehidupan yang sebenarnya bersifat sangat rapuh akhirnya bisa muncul di muka Bumi. Bila salah satu angka tersebut dirubah sedikit saja, maka kehidupan pasti akan musnah.

Bagi mereka yang percaya Tuhan, fenomena ini jelas menunjukkan keberadaan Tuhan, dimana Tuhan yang tahu bagaimana supaya kehidupan bisa muncul di Bumi telah memilih setiap angka tersebut secara tepat.

Hanya saja, ilmuwan-ilmuwan atheis semacam Hawking berusaha mencari penjelasan lain tentang bagaimana angka-angka tersebut bisa terpilih secara tepat, misalnya melalui keberadaan alam semesta jamak (multiverse) yang selama ini merupakan hipotesa paling populer dari kalangan atheis.

Sebenarnya hipotesa alam semesta jamak banyak dibantah oleh kalangan ilmuwan atheis sendiri dan akan saya bahas secara terpisah di tulisan saya yang lain.
​
Sumber: 
- Stepehen Hawking & Leonard Mlodinow, "The Grand Design", Bantam Books
- Harun Yahya, "Menyingkap Rahasia Alam Semesta", penerbit Dzikra
- https://en.m.wikipedia.org/wiki/Fine-tuned_Universe
0 Comments

Kesadaran Hadir Lebih Dulu Sebelum Munculnya Alam Semesta?

30/10/2016

0 Comments

 
Belakangan ini saya menerima hadiah beberapa buku dari beberapa teman, meskipun saya sedang tidak ulang tahun. Rasa terima kasih saya haturkan kepada teman-teman yang sudah memberikan perhatiannya tersebut.

Sebuah buku yang saya terima paling akhir adalah salah satu buku sains dengan penjualan terbaik (best seller) ini.

Di buku ini, Robert Lanza, seorang ilmuwan di bidang kloning (Biologi), dan Bob Berman, seorang astronom, mencoba berargumentasi dengan menunjukkan bukti-bukti yang ada dari bidang Fisika Kuantum dan Neurosains bahwa kesadaran (consciousness) sudah ada sebelum alam semesta ini ada.
​
Ini tentu saja sesuatu yang menarik, karena selama ini para materialis meyakini bahwa alam semesta lalu tubuh-tubuh makhluk hidup haruslah muncul terlebih dahulu, sebelum kesadaran hadir di diri makhluk-makhluk hidup tersebut. Kesadaran ini pun, menurut para materialis, muncul sebagai efek samping dari aktivitas neural yang dilakukan jutaan hingga milyaran sel yang ada di dalam otak makhluk hidup tersebut.
Picture
0 Comments

Buku "Beragama dalam Era Sains Modern": Argumentasi Kaum Ateis

20/10/2016

0 Comments

 
Picture
Akhirnya selesai juga baca buku setebal 500 halaman ini. Walaupun penulis buku ini, seorang doktor Teologi mantan gembala jemaat, menyatakan bahwa dirinya bukan seorang Ateis, namun bagi saya jelas bahwa buku ini mempromosikan Ateisme. Malah dapat saya katakan, kalau Anda ingin mengetahui tentang landasan-landasan keyakinan orang Ateis, Anda dapat membeli buku yang hanya bisa dipesan dari penulisnya langsung ini.

Dalam 14 babnya, buku ini membahas banyak hal, mulai dari bagaimana, dalam pandangan orang Ateis, alam semesta dan makhluk hidup bisa ada tanpa adanya Pencipta, kenapa ruh tidak ada, kenapa hantu dan pengalaman-pengalaman supranatural hanyalah ilusi, hingga bagaimana manusia bisa bermoral tanpa memerlukan agama.

Di akhir buku ini, sang Penulis mengajak para pembaca untuk beragama secara "modern" dan "dewasa", dimana dalam beragama para pembaca harus meninggalkan pemahaman literal terhadap beberapa hal dalam kitab sucinya, yang dalam pandangan Penulis, tak lain hanyalah mitos dan terbukti bertentangan dengan sains, seperti kisah turunnya Adam dan Hawa dari surga, kisah banjir nabi Nuh, hingga keberadaan makhluk bernama setan.

Terus terang saya mengetahui beberapa hal baru melalui buku ini. Namun saya juga harus mengatakan, bahwa menurut saya sang Penulis terlalu naif karena percaya bahwa sains sudah menemukan jawaban untuk beberapa pertanyaan besar, seperti apa yang ada sebelum Dentuman Besar, darimana makhluk hidup pertama berasal, dsb.

Sebagai contoh, di ranah Fisika Kuantum, banyak penentangan terhadap hipotesa Kehampaan Vakum yang dikutip di buku ini dan menurut pencetusnya, Lawrence M. Krauss, memungkinkan alam semesta hadir dari ketiadaan tanpa adanya Pencipta. Malah, mayoritas hasil ulasan di berbagai jurnal sains terhadap buku Krauss yang membahas hal ini, "Why There Is Something Rather Than Nothing?", adalah negatif.

Saya juga bukan orang yang mudah percaya bahwa teori Evolusi bisa menjelaskan keanekaragaman dan kerumitan berbagai spesies makhluk hidup yang ada saat ini, karena ada fenomena-fenomena yang tidak bisa dijelaskan teori ini dan bisa mengancam validitas teori ini. Beberapa hal ini dibahas dalam buku "Darwin's Black Box" karya Michael Behe, seorang ahli biokimia.

Meski demikian, saya juga bukan orang yang puas terhadap hipotesa Kreasionisme yang ada saat ini, karena hipotesa ini belum dielaborasi sedemikian rupa dan cukup sehingga mampu menjelaskan keanekaragaman spesies yang ada saat ini.

Bagi saya, buku ini akan jauh lebih menarik bila sang Penulis menjelaskan secara obyektif tentang kendala-kendala apa yang masih kita temui dalam sains saat ini ketika kita hendak membahas beberapa topik, seperti awal mula alam semesta, asal-usul kehidupan di Bumi, dan lain-lain.
​
Entah hal ini memang akan selalu demikian adanya ataukah karena sains modern sesungguhnya masih berusia amat muda, yang saya pahami melalui pembelajaran saya selama ini melalui banyak membaca berbagai buku adalah, ketika kita hendak membahas topik-topik di atas, maka sains kita saat ini belumlah konklusif dan masih memuat banyak perbedaan pendapat diantara para ahli sendiri.
Mungkin, ketika kita menginginkan jawaban yang pasti, sebagaimana pernah dibahas di tulisan saya yang lain, mempelajari dan mengkaji bukti-bukti yang ditawarkan sains saja tidak cukup.
0 Comments

Borong Buku di Big Bad Wolf 2016

2/5/2016

1 Comment

 
Setelah menyisir setiap jengkal di bazaar buku import "Big Bad Wolf Books" (BBWB) di ICE BSD selama 3,5 jam, akhirnya sampai juga saya di rumah.

Buat teman-teman pecinta buku, pastikan jangan sampai kehilangan event langka ini! Di BBWB ada ratusan ribu (atau mungkin jutaan?) judul buku import BARU (bukan bekas) dari kategori fiksi, non-fiksi, komik, dan anak-anak yang dijual dengan diskon s/d 80%!

Untuk memberi ilustrasi, 17 buah majalah dan buku tebal yang penuh foto dan warna ini saya beli 'hanya' dengan harga Rp. 1,265 juta! Walau angka ini pada awalnya mungkin terlihat besar, tapi kalau sudah dibagi 17, itu artinya tiap barang berharga rata-rata hanya Rp.75 ribu!

Jangan tertipu dengan judul-judul buku yang sampai sekarang masih terus diunggah ke website event ini: www.bigbadwolfbooks.com. Jumlah judul yang akan Anda temui di event ternyata beratus-ratus kali lebih banyak! Ada buku roman, biografi, memasak, hasta karya, berkebun, golf, otomotif, militer, seni, arsitektur dan banyak topik lainnya.
​
Hanya segelintir topik yang bukunya tidak saya temui di pameran ini: Filsafat, Agama, Astrofisika (bukan astronomi) dan Fisika Kuantum.
1 Comment

Mengenang Encarta

12/3/2016

0 Comments

 

Setiap orang pasti memiliki momen-momen penting yang merubah hidupnya. Dalam hidup saya, salah satu momen itu adalah ketika saya duduk di bangku SMP dan bertemu dengan orang yang menjadi sahabat dekat saya hingga kini dan telah mengajarkan dan mengenalkan saya kepada banyak hal. 

Salah satu hal yang dikenalkannya kepada saya ketika itu adalah Encarta, sebuah software ensiklopedia yang tidak hanya sangat lengkap isinya, namun juga menarik karena penuh dengan grafik, suara, video, dan dilengkapi fitur-fitur seperti peta dunia interaktif, pojok belajar frasa-frasa dasar dari ratusan bahasa dunia, kamus lintas bahasa, animasi-animasi penjelasan berbagai hal (cara kerja roket, dsb), pemandangan 360 derajat dari ratusan tempat di berbagai belahan dunia, dan tur 3 dimensi bebas ke berbagai tempat kuno di dunia, seperti kuil Abu Simbel di Mesir, Piramida Maya, dll.

Selama bertahun-tahun sebelum populernya Wikipedia, Encarta adalah salah satu media belajar utama saya tentang berbagai hal sejak awal SMP, diluar buku. Ketika tidak ada PR yang harus dikerjakan di malam hari sepulang sekolah, maka hampir bisa dipastikan saya mengakses Encarta dan membaca semua artikel yang ada disana berkaitan dengan subyek-subyek yang saya gemari, seperti Fisika, Astronomi, Bahasa, Agama, ataupun Arkeologi. 

Ketika hampir semua artikel yang berhubungan dengan topik-topik kegemaran saya sudah habis saya baca pada masa akhir SMA, saya mulai menambah satu lagi ensiklopedia elektronik ke komputer saya: Encyclopaedia Britannica. Britannica tidak menampilkan banyak foto, suara, video ataupun menampilkan fitur-fitur interaktif sebagaimana Encarta, namun pembahasan berbagai topik di Britannica umumnya jauh lebih dalam daripada Encarta. Sebuah topik yang hanya memiliki beberapa sub-bab di Encarta bisa memiliki puluhan sub-bab bagaikan sebuah buku di Britannica. Britannica tampaknya dirilis untuk para akademisi dan memang menambah pengetahuan yang sebelumnya tidak bisa saya dapatkan di Encarta. 

Sedihnya, Encarta kini tidak lagi ada. Encarta 2009 adalah edisi terakhir dari Encarta. Tidak disebutkan secara eksplisit apa sebab diberhentikannya pengembangan Encarta, namun di website Microsoft disebutkan bahwa hal ini terkait dengan "cara-cara baru yang kini tersedia bagi orang-orang untuk memperoleh informasi secara digital", dimana banyak orang mengkaitkannya dengan kepopuleran Wikipedia. Meski demikian, Encyclopaedia Britannica masih ada hingga kini dan, menurut saya, merupakan ensiklopedia digital paling serius dan professional yang ada saat ini.  

0 Comments

Tentang Berpikir dan Pikiran

22/12/2015

0 Comments

 

Apa itu logika? Kapan sebuah pernyataan bisa dikatakan logis? Bagaimana cara otak manusia bekerja? Bagaimana otak bisa menjebak kita utk berpikir tidak logis? Kenapa banyak hal yang diajarkan kepada Anda harus dipertanyakan kembali? Buat mereka yang senang berpikir dan menganalisa segala sesuatu dengan menggunakan bukti dan logika, ini adalah buku yang harus dibaca.

Tebal: 235 halaman 
Harga: Rp. 258.000
Dijual di: Kinokuniya

Picture
0 Comments

Saintisme: Radikalisme di Kalangan Ilmuwan, Mirip Radikalisme Beragama

18/7/2015

0 Comments

 

Buat rekan-rekan yang sudah cukup sering baca buku-buku karya ilmuwan Barat dalam berbagai bidang, terutama yg kontraproduktif, seperti Fisika Kuantum, Kosmologi, ataupun Biologi Evolusioner, pasti akan menemui beberapa ilmuwan (tidak semuanya) yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

- Menganggap bahwa sains (setidaknya yang ada saat ini) dapat memberi jawaban untuk semua pertanyaan. 

- Cenderung mempertuhankan sains. 

- Merendahkan agama ataupun spiritualisme.

- Mempertahankan pendapatnya secara mati-matian, bahkan cenderung fanatik dengan pendapatnya, tanpa mau mendengarkan ataupun mengakomodasi kritik-kritik yg ditujukan pada pendapatnya.

Dalam bidang sains, ilmuwan yang memenuhi kriteria di atas baru-baru ini dinamai sebagai pengikut paham 'Saintisme' (bukan 'Scientology' lho ya, agamanya Tom Cruise!).

Soal Saintisme ini sendiri pertama kali saya baca di buku 'Science Delusion'-nya DR. Rupert Sheldrake. Penyinggungan soal Saintisme ini kemudian juga banyak saya dapati di buku-buku lainnya, seperti yg ditulis Deepak Chopra. Saintisme secara sederhana bisa dikatakan sebagai paham yg memuja sains (secara berlebihan).

Saya sendiri tidak setuju dengan Saintisme. Kenapa? Pertama, bagi saya usia sains modern masih sangat muda. Setidaknya hingga yang saya lihat saat ini, sains modern masih mengumpulkan terlalu sedikit alat bukti untuk bisa menjawab beberapa pertanyaan yang sifatnya fundamental secara meyakinkan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut seperti: Apa yang ada sebelum 'Big Bang'? Bagaimana kehidupan pertama kali muncul? dsb.

Kedua: Sains hanyalah alat kita untuk memahami cara alam semesta bekerja. Masing-masing dari kita dapat saja menemui fakta-fakta yg berbeda yang pada akhirnya menggiring kita kepada kesimpulan yang berbeda-beda. Bahkan seringkali, dengan basis data yg sama, kita dapat mencapai kesimpulan yang berbeda bila menggunakan metode analisa yang berbeda.

Oleh karena itu, bila seorang ilmuwan ingin hipotesa/teorinya mendekati benar, mau tidak mau ia harus mendengarkan pendapat-pendapat yg berbeda yg dapat menunjukkan kelemahan dalam hipotesa/teorinya. Ia kemudian harus menyempurnakan atau bahkan mengganti hipotesanya.

Lucu bagi saya bila kemudian ada beberapa ilmuwan yang sedari awal sudah keras kepala dan mempertahankan pendapatnya mati-matian, karena bagi saya, ilmuwan tersebut seperti orang yang paling tahu soal cara bekerja alam semesta -Padahal ia bukan alam semesta itu sendiri!

Sains adalah ranah yang seharusnya diisi dengan semangat kerendahan hati, semangat mau belajar dari satu sama lain, berpikiran terbuka, obyektif, dan melandaskan kesimpulan pada fakta dan logika semata (Bukan pada kehendak ataupun pendirian si ilmuwan sejak awal!).

Ketika ada ilmuwan-ilmuwan yg sejak awal sudah fanatik dengan pendapatnya sendiri dan tidak mau menghargai pendapat rekan sejawatnya yang lain, buat saya ilmuwan-ilmuwan tersebut nyaris tidak beda dengan orang-orang radikal di luar sana yang sangat fanatik dengan ideologinya dan menjadikan agama sebagai tamengnya.

Picture
0 Comments

Keterkaitan Semua Cabang Ilmu Pengetahuan

2/7/2015

0 Comments

 

Kalau kita cukup konsisten dalam mengembangkan pertanyaan-pertanyaan kita tentang kehidupan dan bersedia mempelajari hal-hal yang berbeda untuk menemukan jawabannya, pada akhirnya kita akan benar-benar belajar banyak hal dan sadar bahwa sebenarnya semua cabang ilmu pengetahuan itu saling terkait. Bahkan untuk cabang-cabang ilmu pengetahuan yang tampaknya tidak terkait, seperti Linguistik dan Fisika Kuantum. 

Setidaknya itu yang saya rasakan berdasarkan pengalaman saya pribadi. 

Dulu, saya ingin tahu, kenapa berbagai bahasa di dunia punya tata bahasa yang berbeda dengan tata bahasa saya. Itu yang membuat saya tertarik mempelajari Linguistik, ilmu yang mempelajari soal pola, sejarah, dan asal-usul bahasa.

Saya kemudian bertanya, dari mana asal usul bangsa-bangsa yg menggunakan bahasa-bahasa yg saya pelajari? Saya lantas tertarik mempelajari Sejarah, Arkeologi, dan Genetika Populasi dengan penekanan pada sejarah migrasi umat manusia. 

Setelah saya cukup mendapat gambaran soal asal-usul berbagai bangsa di dunia, saya bertanya soal manusia pertama di muka Bumi. Ini yg membuat saya tertarik mempelajari Antropologi, ilmu yg mempelajari soal sejarah spesies manusia sebagai salah satu spesies makhluk hidup - Sejak kemunculan pertamanya di catatan fossil hingga dominasinya di muka Bumi saat ini. 

Saya kemudian beralih mempertanyakan asal-usul berbagai makhluk hidup yg ada di muka Bumi. Ini yg membuat saya tertarik untuk mempelajari Biologi Evolusioner dan mempelajari lagi Paleontologi, kegemaran saya ketika SD. Biologi Evolusioner menawarkan satu diantara beberapa alternatif penjelasan soal kemunculan makhluk hidup di muka Bumi, sementara Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari makhluk-makhluk hidup yang sudah punah jutaan tahun silam (dinosaurus, dsb). 

Karena banyak ahli Biologi yang berkeyakinan bahwa makhluk hidup pertama tidak mungkin tercipta di muka Bumi, namun berasal dari luar angkasa (teori Pan-spermia), maka saya pun tertarik mempelajari Astronomi. 

Karena sejak kecil saya sebenarnya juga sudah tertarik pada Astronomi dan akhir-akhir ini saya sering mempertanyakan soal asal-usul alam semesta, maka saya pun tertarik mempelajari Kosmologi, sebuah ilmu yang terkait erat dengan Astronomi, Fisika, dan mempelajari soal asal-usul dan evolusi alam semesta. 

Salah satu pertanyaan terbesar dalam ilmu Kosmologi adalah: Darimana asal-usul materi pertama di alam semesta? Karena ingin mengetahui jawabannya, saya pun merasa tidak mungkin untuk tidak melirik Fisika Kuantum, ilmu yg mempelajari soal hakikat materi. Disini saya berkenalan dengan teori-teori Hawking, Tegmark, dll.

Bagi saya pribadi, seperti itulah rasa penasaran saya sudah membawa saya jauh berkelana melewati bidang yang justru saya geluti sehari-hari: Arsitektur, sebuah ilmu merancang bangunan yang sebenarnya lebih banyak bersinggungan dengsn Teknik Sipil, Interior, dan beberapa cabang ilmu lainnya yang justru tidak saya sebut di atas.

Picture
0 Comments

Filsafat vs Sains

22/2/2015

0 Comments

 

​Nonton lagi 'Interstellar' dan beberapa episode 'Cosmos: A Spacetime Odyssey' mengingatkan saya lagi, kenapa saya lebih menyukai sains daripada filsafat sebagai alat untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan.

Untuk menjawab suatu pertanyaan, filsafat lebih banyak menggunakan logika murni dan penarikan analogi dari peristiwa-peristiwa sederhana yang terjadi di sekeliling manusia. Sains juga menggunakan logika. Meski demikian, sains mengharuskan pengumpulan bukti secara lengkap atau pengadaan suatu eksperimen secara mendetail sehingga dugaan untuk suatu jawaban atas suatu pertanyaan bisa dibenarkan.

Masalahnya, sains modern yang lahir sejak Abad Pertengahan sudah banyak menemukan bahwa banyak hukum alam ternyata tidak bekerja menurut cara yang diprediksi oleh manusia pada awalnya. Misalnya soal percepatan gravitasi ataupun relativitas waktu. Disinilah filsafat kalah.

​Meski demikian, ada juga pertanyaan-pertanyaan yang lebih cocok dijawab dengan menggunakan filsafat daripada sains. Yakni untuk pertanyaan-pertanyaan dimana untuk menjawabnya kita tidak mungkin mengumpulkan bukti-bukti fisik, seperti pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan tentang relativitas persepsi, ego, atau etika.

0 Comments

Perbedaan Filsafat, Sains, dan Agama

14/7/2014

0 Comments

 
Picture

Apa perbedaan antara filsafat, sains, dan agama? 

Ketiga-tiganya sama-sama berupaya memberikan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan manusia, namun dengan menempuh cara yang berbeda.

Filsafat berusaha mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan manusia hanya dengan melakukan sedikit pengamatan dan kemudian lebih banyak menggunakan rasio.


Sains berusaha mencari jawaban dengan melakukan pengamatan di alam, melakukan eksperimen, lantas membuat kesimpulan. 

Agama berusaha memberi jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan manusia dengan mengandalkan pada wahyu eksternal (contoh: Islam, Kristen, Yahudi, Hindu) ataupun mengikuti penjelasan tokoh-tokoh yang dianggap bijak (contoh: Buddha, Konghucu). 

Pada kasus kedua dimana suatu agama didasarkan pada ajaran-ajaran suatu tokoh yang dianggap bijak dan tidak mengandalkan pada wahyu eksternal, maka tokoh ini seringkali pula merupakan seorang tokoh filsafat.

0 Comments

Berpikir Ilmiah

14/7/2014

0 Comments

 
Picture

Apakah kepercayaan tentang keberadaan UFO adalah sesuatu yang saintifik? Apakah ramalan astrologi itu ilmiah? Apakah Fengshui itu ilmiah? Bagaimana caranya membedakan sesuatu yang ilmiah dengan yg tidak ilmiah? 

Dalam sains, suatu pernyataan, argumen, kesimpulan ataupun keyakinan disebut ilmiah apabila argumen /keyakinan tersebut diperoleh dengan melalui Metode Ilmia
h, yaitu:

1. Didasarkan pada pengamatan. Sebagai bukti bahwa pengamatan ini sudah dilakukan, maka harus ada bukti berupa data. 

2. Harus ada metode penarikan kesimpulan berdasarkan data yang jelas. Sangat baik apabila metode penarikan kesimpulan ini dijelaskan dalam sebuah pemaparan resmi. Metode penarikan kesimpulan ini harus didasarkan pada hukum Deduksi atau Induksi menurut ilmu Logika. Tentu saja penarikan kesimpulan yang didasarkan pada hukum Deduksi lebih kuat kedudukannya daripada yang menggunakan hukum Induksi. 

3. Harus bisa diciptakan ulang di laboratorium ATAU bisa meramalkan kejadian di masa mendatang secara akurat. Sebagai contoh: Hukum gravitasi tidak bisa diciptakan ulang di laboratorium, tapi bisa meramalkan secara tepat bahwa semua benda yang dilemparkan ke atas di Bumi pasti akan meluncur kembali ke tanah. 

Bila sebuah argumen tidak bisa dibuktikan keilmiahannya di laboratorium atau tidak bisa memprediksi secara tepat hal yang akan terjadi, maka argumen tersebut dinyatakan cacat.

0 Comments

Rekomendasi Buku Filsafat dan Fisika

30/6/2014

1 Comment

 
Picture

Minggu lalu. sambil malam mingguan, saya mampir sebentar ke Kinokuniya buat cari bahan bacaan buat 1 bulan ke depan. Pilihan saya jatuh pada: 1) "Philosophy: The Basics" karya DR. Nigel Warburton. 2) "Physics of The Impossible" karya DR. Michio Kaku. 

Di buku pertama, Nigel membahas 8 buah topik mendasar dalam Filsafat, seperti Tuhan, Moralitas, dll, dan berbagai pandangan yang ada di dunia filsafat berkaitan topik-topik tsb. 

Buku ini adalah buku yang bisa direkomendasikan untuk teman-teman yang suka bertanya dan berpikir. Buku ini membahas pertanyaan-pertanyaan paling mendasar dalam hidup, seperti "Apa Tuhan itu ada?" ataupun "Apa tolak ukur benar dan salah dalam hidup?" dengan mengupas berbagai sudut pandang para filosof dari zaman dulu hingga modern. 

Buku ini tidak menghakimi, tapi memperkaya pemahaman. Harga buku kecil ini yang cukup mahal (Rp.400 ribu) sudah ditebus oleh isinya yang bagus. Dijual di Kinokuniya Plaza Senayan. 

Di buku kedua, Kaku, pakar filsafat teori dan kuantum, membahas kemungkinan berbagai hal tidak lazim, seperti kemampuan telepati, mesin waktu, dll dari sudut pandang Fisika. 


Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat. Amin.

1 Comment
<<Previous

    TOPICS

    All
    Anthropology
    Archaeology
    Architecture
    Astronomy & Cosmology
    Biology
    Book Recommendation
    Business & Property
    Economy
    Education
    Film Recommendation
    General Science
    Geography
    Geology
    Geopolitics
    History
    Life
    Linguistics
    Others
    Philosophy
    Photography
    Place Recommendation
    Poem
    Politics
    Psychology
    Quantum Physics
    Religion
    Sociology

    RSS Feed

    MONTHS

    December 2019
    November 2019
    October 2019
    June 2019
    May 2019
    March 2019
    February 2019
    November 2018
    October 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    November 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    February 2017
    January 2017
    December 2016
    November 2016
    October 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014
    May 2014
    April 2014
    March 2014
    February 2014
    January 2014
    December 2013
    November 2013
    September 2013
    August 2013
    June 2013
    May 2013
    April 2013
    March 2013
    February 2013
    January 2013
    December 2012
    November 2012
    October 2012
    September 2012
    August 2012
    July 2012
    June 2012
    May 2012
    March 2012
    February 2012
    November 2011
    December 2009
    November 2009
    January 2009
    May 2008
    March 2008
    January 2008
    December 2007

  • Home
  • Curriculum Vitae
  • Thoughts
  • Photographs
  • Poems
  • Languages Learning
    • Indonesian Phrases
    • Persian Phrases
    • French Phrases
    • German Phrases
    • Dutch Phrases
    • Learning Materials
  • Contact