ARIEF ONLINE
  • Home
  • Curriculum Vitae
  • Thoughts
  • Photographs
  • Poems
  • Languages Learning
    • Indonesian Phrases
    • Persian Phrases
    • French Phrases
    • German Phrases
    • Dutch Phrases
    • Learning Materials
  • Contact

Misteri Asal-Usul Syailendra, Dinasti Yang Amat Berkuasa di Nusantara Era Hindu-Buddha 

30/11/2015

15 Comments

 
Picture

Belakangan ini saya kembali membaca soal kerajaan Sriwijaya dan saya menemui lagi satu pertanyaan sama yang sampai kini tidak bisa terjawab: Siapa dan darimanakah asal usul wangsa Syailendra? 

Wangsa (dinasti) Syailendra adalah wangsa yang amat berkuasa di Nusantara masa silam. Diketahui bahwa beberapa raja Sriwijaya, seperti Balaputradewa, adalah keturunan wangsa ini. Sementara itu di tanah Jawa, wangsa ini dikenal lewat peninggalan2nya yang megah, seperti candi Borobudur, Kalasan, dll. Nama wangsa tsb tercatat di beberapa prasasti sebagai pendiri bangunan-bangunan monumental tsb.

Kalau merujuk pada pendapat Poerbatjaraka dan Boechari, di kerajaan Mataram Kuno, kerajaan yang membangun candi Borobudur, Prambanan, Sewu, Plaosan, dan ratusan candi lain di area Yogyakarta dan Magelang, hanya ada wangsa Syailendra. 

Wangsa Sanjaya tidak ada karena tidak pernah ada prasasti yang menyebutkan soal wangsa Sanjaya. Mereka yang disebutkan sebagai anggota Sanjaya sebenarnya tidak lain adalah anggota wangsa Syailendra juga, namun beragama Hindu. 

Artinya, menurut Poerbatajaraka dan Boechari, Sanjaya, raja pertama kerajaan Mataram Kuno yang menurut Carita Parahyangan merupakan keturunan raja Galuh tatar Sunda (dari pihak bapak) dan Kalingga di pesisir utara Jawa (dari pihak ibu), adalah seorang Syailendra. 

Tapi kalau demikian, kenapa prasasti tertua (Sojomerto, tahun 680-an) yang menyebutkan dan mengukuhkan wangsa Syailendra justru berbahasa Melayu Kuno, seakan-akan wangsa ini bukan asli dari tanah Jawa? Di prasasti ini juga tidak disebut-sebut soal Sanjaya. 

Namun bila wangsa Syailendra berasal dari luar Jawa, maka raja Mataram Kuno manakah yang berasal dari trah ini? Karena pada umumnya orang memahami bahwa semua raja Mataram Kuno adalah keturunan Sanjaya, pendiri pertama Mataram yang notabene adalah keturunan Jawa-Sunda? 

Apakah diantara raja Mataram Kuno yang kita kenal selama ini justru ada beberapa wangsa Syailendra yang bukan merupakan keturunan Sanjaya? Kalau demikian, hipotesa lama soal adanya 2 wangsa yang saling bersaing di Mataram Kuno (Syailendra vs Sanjaya) yang diusulkan Bosch dan Slamet Muljana benar adanya. 

Lalu bagaimanakah wangsa Syailendra bisa memegang kekuasaan di Sriwijaya? 

Walau ada beberapa yang berpendapat bahwa wangsa ini melakukan penyerbuan ke Sriwijaya dan mengambil alih kekuasaan namun untuk yang satu ini saya punya pendapat sendiri: Wangsa Syailendra mendapatkan tampuk kekuasaan di Sriwijaya ketika raja Mataram Kuno yang bernama Samaratungga menikahi Dewi Tara, putri Dharmasetu, maharaja Sriwijaya. Dalam hal ini Samaratungga pastilah seorang Syailendra. 

Sulit membayangkan bahwa wangsa Syailendra melakukan penyerangan ke Sumatra untuk mendapatkan tahta disana, karena dalam catatan-catatan prasasti, serangan-serangan yang dilaksanakan Jawa terhadap Sumatra biasanya berakhir dengan kegagalan. Sebaliknya, serangan-serangan raja-raja Sumatra terhadap Jawa seringkali mengakibatkan berakhirnya masa kekuasaan sebuah kerajaan di Jawa. 

15 Comments
Bambang
21/1/2019 05:12:04 pm

Saya juga ingin tau kenapa raja Jawa hrs menyerang raja Sumatra? Bunakha di Jawa raja sdh jaya, berkuasa penuh. Tdkkah ada rasa ingin membina hubungan yg baik yg win win?
Ada dikesankan, sepertinya raja Jawa itu haus kekuasaan, haus wilayah, tdk puas dg keadaannya . Padahsl merek mnganyt agama Budha atau Hindu yg bertuntunan baik..

Reply
Dapunta
19/2/2019 12:02:12 am

Salam saya dari Sumatera
Saya mempunyai informasi sedikit tentang wangsa Syailendra walaupun sebenarnya berasal dari sebuah legenda di pedalaman Sumsel walaupun sekedar legenda namun ada sedikit informasi mengenai wangsa tersebut
Dimana sebelum coedes menyampaikan kepada publik bahwa di Palembang pernah berdiri kerajaan Sriwijaya
Dipedalaman justru sudah terdapat sebuah legenda yang menceritakan tentang 3 buah kerajaan yang bersatu karena ikatan perkawinan yaitu raja ranggolaut dari kerajaan Ipuh di pesisir timur sumatera selatan tepatnya di Tulung selapan sekarang lalu sebuah kerajaan di ulu Sumatera Selatan yang rajanya bernama dempu Awang dimana mereka berdua menikah dengan putri dari kerajaan danau Pedamaran yang rajanya bernama tuan tigo tanah danau dimana selanjutnya raja ranggolaut yang sebelumnya menguasai wilayah maritim disekitar pesisir timur sumatera selatan dan juga menguasai pulau Bangka mendapatkan sebuah nama/gelar baru yaitu Sailandarah menurut saya hal ini unik karena dari gelar beliau tersebut sangat mirip dengan nama dapunta Syailendra
Dan ini juga sesuai dengan sumber sumber dari masyarakat Melayu pedalaman Sumsel bahwa dahulu kala terdapat sebuah kerajaan besar yang merupakan gabungan dari 3 kerajaan tersebut yaitu kerajaan seribu daya /sribujaye/Sriwijaya?
Ini juga mirip dengan penelitian sejarah di Sumsel karena dipesisir timur sumatera selatan sudah ditemukan sebuah wilayah yang menunjukkan bahwa wilayah tersebut pernah berdiri kerajaan dan pernah menjadi pusat perdagangan internasional kala itu seperti yang dulu pernah ditayangkan di TV one dan trans 7 dalam acara Indonesiaku dimana banyak orang yang berburu harta Karun di wilayah itu
bukti arkeologi di pesisir timur sumatera selatan ialah ditemukan tiang tiang istana kuno berusia ribuan tahun, kerangka kapal yang mirip dengan kerangka kapal zaman Sriwijaya tapi usianya lebih tua ,artefak ,cincin dan perhiasan emas, manik manik,bahkan juga ditemukan sebuah prasasti pendek namun sedang dibawa oleh balai pelestarian cagar budaya Jambi untuk diteliti lebih lanjut , sedangkan di ulu Sumatera Selatan terdapat sebuah wilayah yang dulunya sering disebut pernah berdiri sebuah kerajaan, dan sebutan masyarakat asli di wilayahTersebut disebut sebagai suku Minanga Komering dan letak daerah itu juga tak terlalu jauh antara pesisir timur dan gunung dempu/Dempo
Yang merupakan wilayah peradaban tertua di Sumsel
Dengan demikian saya berpendapat bahwa wangsa Syailendra memanglah berasal dari Sriwijaya/sumatera atau mungkin dapunta hyang srijayanasa pendiri kerajaan Sriwijaya dipalembang juga merupakan leluhur dari wangsa yang sama karena secara logika tidak mungkin raja bawahan sriwijaya dapat bergelar dapunta (yang dipertuan) seperti dapunta hyang karena gelar tersebut merupakan gelar bagi Maharaja Sriwijaya dimana raja raja yang merupakan bawaan/vassal Sriwijaya seringkali disebut sebagai haji/aji(bahasa Melayu kuno haji=raja contoh;seperti haji/raja wurawari) dengan demikian dapat dipastikan bahwa asal usul dapunta Syailendra memang benar adanya berasal dari Sriwijaya/sumatera karena anda dan juga saya tahu bahwa prasasti sojomerto yang menceritakan tentang dapunta Syailendra menggunakan bahasa Melayu kuno yang biasanya digunakan oleh kerajaan Sriwijaya berbeda dengan keadaan di pulau Jawa saat itu dimana kerajaan kerajaan Jawa di masa lampau menggunakan bahasa sansekerta dan juga bahasa Jawa kuno
Namun meskipun begitu saya juga mempunyai dugaan lain karena pendiri kerajaan Medang merupakan keturunan dari ratu Shima dan kartikeyasingha kerajaan Kalingga, kartikeyasingha sendiri sebelumnya adalah salah satu dari bangsawan Melayu dari kerajaan sribuja ,sedangkan ratu Shima yang juga berasal dari palembang lebih tepatnya merupakan anak seorang Pendeta dari kerajaan sribuja di Palembang dimana mereka mengungsi ke Jawa akibat invasi militer Sriwijaya dan Minanga yang menyerbu sribuja di Palembang sehingga bisa saja gelar "dapunta" sebelumnya merupakan gelar pemimpin bagi kerajaan sribuja dan ketika srijayanasa berhasil menjadi penguasa baru di Palembang srijayanasa menggunakan gelar dapunta dan menambahkan nama hyang yang menunjukkan keunggulannya yang berhasil menguasai wilayah tersebut dan harus diketahui gelar hyang juga digunakan oleh leluhur leluhur Melayu di pedalaman Sumsel dengan diawali dengan kalimat "pu" sehingga sampai sekarang kami masih menyebut leluhur kami dengan nama Puyang/puhyang seperti Puyang Atung bungsu, Puyang serunting sakti/sipahit lidah, dll ini juga sesuai dengan catatan itsing yang mengatakan bahwa di wilayah sekitar pusat Sriwijaya kebanyakan orang menggunakan nama yang diawali dengan kalimat "pu"
Namun mengenai bahwa dapunta Syailendra memang merupakan keturunan dari ratu Shima saya juga masih memiliki keraguan besar sebab dari Suami ratu Shima sendiri dan pendahulunya tidak tercatat menggunakan gelar dapunta seperti yang digunakan oleh Syailendra dengan demikian saya lebih percaya kepada pendapat saya yang pertama te

Reply
Judhazt
15/9/2019 08:13:05 pm

Sejak jaman Dapunta Hyang, Fokus Sriwijaya adalah menaklukan Jawa. Dan mengingat kerajaan sebesar Tarumanegara bisa ditaklukan dengan cepat, maka sangat mungkin bahwa keruntuhan kerajaan Galuh dan Kalingga disebabkan karena penaklukan Sriwijaya. Prasasti sojomerto yang berbahasa Melayu adalah bukti yg sangat kuat dari kekuasaan Sriwijaya di bumi Jawa.
Satu logika lagi: Apabila kita melihat ukiran relief di Borobudur, maka ada banyak ukiran seperti armada Kapal2. Borobudur diresmikan oleh Samaratungga dari Wangsa syailendra, wangsa Syailendra adalah penguasa Sriwijaya. Maka dari situ kita bisa menyimpulkan ada dua kemungkinan: 1. Pada era ini Sriwijaya memindahkan pusat kekuasaannya di pulau jawa, setelah menaklukan kerajaan2 di jawa. 2. Jika Samaratungga bukanlah maharaja Sriwijaya (karena tidak ada gelar Dapunta pada namanya) maka, mungkin dia adalah raja feodal setingkat Gubernur di masa itu, yg diatasnya lagi masih ada Maharaja Dapunta Syailendra yg lain.
Pendapat kedua diperkuat dengan hijrahnya Balaputradewa ke Sumatera sepeninggal Samaratungga (sama sekali bukan akibat pertikaian dengan keponakannya yg menikah dengan wangsa Sanjaya, dibuktikan dengan informasi dari prasasti di kompleks Candi Boko). Seakan-akan Balaputradewa kembali ke kampung halaman dan menjabat di sana.

Jadi kalau boleh saya membuat kronologi yg tersambung dari pendapat di atas, Sriwijaya terbentuk oleh gabungan tiga kerajaan melayu, ------> pada masa Sri Jayanasa Dapunta Hyang, Sriwijaya memperluas kekuasaannya ke pulau Jawa dengan menaklukan tiga kerajaan besar waktu itu yaitu Tarumanegara, Galuh, dan Kalingga.-------> Abad 8 Sriwijaya diperintah Wangsa Syailendra, sebagian anggota wangsa menjadi raja-raja feodal/ gubernur untuk memperkuat sistem Mandala Sriwijaya -----> Borobudur diresmikan Samaratungga ------> Balaputradewa kembali ke Sumatera.

Reply
Satria
20/6/2021 08:35:05 pm

Bagaimana bisa?
Padahal Prasasti sojomerto bersifat Siwais alias hindu, sementara Sriwijaya budha.

M. Arief Wibowo link
9/12/2019 06:20:03 pm

Wah, info yang sangat menarik mas. Saya catat dan pelajari. (Admin)

Reply
Salam
26/9/2019 08:42:02 am

Dinasti sailendra itu jelas orang Melayu. Bahasa prasasti sojomerto, gondosuli, bukitteja, manjusrigrah, dewadrabya, kayumwungan itu berbahasa Melayu .tdak mungkin raja mengeluarkan prasasti yg tidak dimengerti penduduknya. Raja mengeluarkan prasasti berbahasa melayu karena rajanya itu sudah jelas orang melayu.
Jaman dulu belum ada bahasa nasional apalagi bahasa indonesia. Raja pastilah mengeluarkan prasasti dengan bahasanya sendiri baik itu bahasa agamanya dan bahasa daerahnya/suku bangsanya.

Reply
Yassalam
13/10/2021 08:43:58 am

Kalau Syailendra merupakan orang Melayu lalu mengapa tidak ada peninggalan Syailendra di Bumi Melayu, prasasti dari Medang pun ada yang berbahasa Jawa Kuno, Sansekerta dan Melayu Kuno. Lalu kenapa juga di Prasasti Nalada di sebutkan bahwa Balaputradewa keturunan Raja Jawa yang menikah dengan Dara putri Dharmasetu. Lalu kenapa juga Syailendra tidak membangun candi yang begitu megah di tanah kelahirannya. Prasasti yang kau sebutkan pun ditulis dengan huruf Kawi (Jawa Kuno). Kalau emang Syailendra keturunan Melayu harusnya jenis prasasti turunannya pakai aksara yang serupa dengan yang dipakai Dapunta Hyang di Prasasti Kedukan Bukit dong, buktinya peninggalan Syailendra justru pakai aksara Kawi. Bahkan Prasasti Ligor di Thailand yang diklaim peninggalan Sriwijaya pun malah ditulisnya pakai Aksara Kawi yang dipakai Medang. Kalau pakai logikamu raja tidak mungkin mempersulit diri sendiri, harusnya jika Syailendra berasal dari Melayu prasasti Sojomerto ditulis dengan aksara yang serupa Pallawa di Sumatera ini kok malah ditulis dalam aksara khas Jawa......

Reply
sitii
29/10/2019 03:28:01 pm

kak mau yg lebih pasti kak.. maksudnya gimana yak kak???

Reply
Doni
11/9/2020 07:10:53 am

Balaputra dewa bukanlah berperang dengan pramodawardani karena rebutan tahtah di Jawa/ medang mataram. Karena tidak ada prasasti yg menjelaskan itu. Balaputra memerangi rakai pikatan karena menentang keras pernikahan pikatan dengan pramodawardani. Jadi sejak awal Balaputra adalah calon raja/putra mahkota Sriwijaya. Balaputra kesriwijaya memang karena mengambil tahtanya di sriwijaya, bukan karena Sriwijaya bawahan medang di jawa. Sebab balaputra disriwijaya sangat berkuasatidak pernah menghantar upeti ke pada pikatan/pramodawardani. Dan pula bala putra melakukan hubungan luar negri ke india srilangka dan asia tenggara secara bebas. Sedangkan rakai pikatan pramodawardani atau jawa atau mataram tidak pernah melakukan hubungan internasional hanya berkutat di Jawa saja. Artinya jelas mataram kuno adalah bawahan Sriwijaya. Tidak mungkin Sriwijaya bisa bebas melakukan hubungan internasionalnya ke India ke Cina bahkan ketimur Tengah kakau Sriwijaya adalah bawahan mataram/ Jawa. Seharusnya yg melakukan itu adalah Mataram, tapi kan tidak. Atau seharusnya mataram atau pikatan marah besar ketika Sriwijaya hubungan Internasional. Tapi rakai pikatan tak berani menyerang Sriwijaya. Bahkan sebaliknya sriwijaya yg berkali kali menyerang mataram yg menyebabkan ibukota mataram bergeser ke timur terus.

Reply
Yassalam
13/10/2021 09:00:57 am

Pernah lihat isi prasasti Nalada ?? Disitu disebutkan secara jelas bahwa Balaputradewa adalah penguasa Sumatera keturunan Raja Jawa yang menikah dengan Tara putri Dharmasetu. Raja Jawa tidak pernah melakukan hubungan internasional??? Coba baca lagi mengenai buku Whetsley Paul mengenai Histrory of Malay Peninsular justru pelabuhan-pelabuhan di Jawa (Chopo) saat itu lebih besar daripada Pelabuhan di Sumatera (Sanfotsi). Prasasti Ligor B yang berada di Thailand pun ditulis oleh Rakai Panangkaran dengan Aksara Kawi harusnya itu peninggalan Medang dong bukan peninggalan Sriwijaya. Balaputradewa tidak pernah menyerahkan upeti ke Pikatan??? Ya pasti tidak pernah lah, Sriwijaya dan Medang pada masa Pikatan udh tidak ada hubungan dan ini menguatkan Pendapat kalau Balaputradewa terdesak dan hanya menerima tahta di sebagian wilayah Medang. Kronologi sejarah dalam Sriwijaya itu panjang coba lu bacanya pada masa Rakai Panangkaran, Samaragrawira dll Sribuja masuk kekuasaan mana??? Sangat jauh tentang waktunya kalau mengaitkan Dapunta Hyang dengan Balaputradewa. Bukti ambisi penaklukan Bhumi Jawa oleh Sriwijaya di pun hanya ada di Sumatera gk ada buktinya di Jawa. Medang hanya berkutat di Jawa??? Lalu kenapa di Kamboja justru tertulis merdeka dari Jawa dan kenapa di Manila justru tercatat kerajaan Medang bukan Sriwijaya. Medang tidak pernah menyerang Sriwijaya??? Justru pernah terjadi penyerangan Medang ke Sriwijaya masa Dharmawangsa Teguh. Namun Medang tidak berhasil karena Sriwijaya dibantu oleh Tiongkok. Mengenai penyerangan Sriwijaya ke Medang coba baca lagi mengenai kasus Mahapralaya di Medang. Justru yang menyerang Medang itu adalah Kerajaan Lwaram dengan rajanya yang bernama Worawari yang nantinya dibalas oleh Airlangga. Sampai saat ini pun tidak ada yang peninggalan sejarah yang menyebutkan kalau Lwaram adalah vassal Sriwijaya.

Reply
Achmad rivai
25/9/2020 12:43:52 am

Pendapat bung doni bisa benar bisa jadi salah terkait hubungan internasional bala putradewa ... dan penguasa medang samaratungga yang tidak berhubingan dengan internasional ... dalam catanan sejarah tidak pernah ada raja jawa yang sowan ke kaisar china maupun india bahkan sampai dengan kerajaan Majapahit pun tidak ada catatan bahwa raja jawa sowan ke kaisar china demi oengakuan sebagai raja karena raja jawa tidak pernah mau tunduk walaupun dengan kerajaan super powerpun ... bahkan kertanegara raja singasaripun sangat menolak jika harus tunduk dengan mongol Dengan memotong kuping mengci sampai terjadi perang antara mongol melawan jawa .. beda dengan raja2 melayu yang selalu berlindjng ke china dan india ... raja ponei atau sekarang brunai sampai sowan ke ke kaisar china untuk minta perlindumgan atas ancaman jawa (majaphit) dengan memberikan upeti ke kaisaran china ... presiden soekarno tidak pernah mau tunduk dengan penjajah bahkan beliau mendirikan organisasi asia afrika demi memerdekan bangsa2 asia dan afrika ... beda dengan malaysia yg dengan rela tetap dibawah inggris yang penting dapat kemerdekaan .. artinya raja2 jawa tidak butuh legitimasi dari bangsa asing karena menganggap mitra setata dan bukan bawahan ... ini kembali lagi ke kultur jawa dan melayu yang sangat berbeda

Reply
Sri link
17/8/2021 05:22:05 pm

Saya setuju dengan pendapat ini. Tidak ada bukti sejarah yang mengungkapkan kerajaan di Jawa tunduk dengan Sriwijaya, bahkan sebaliknya, tercatat dalam Prasasti yang ditemukan di Thailand dan Kamboja, raja jawa bernama Dharanindra menyerang kerajaan Melayu dan Kamboja. Raja Dharanindra, sudah sangat jelas raja Jawa keturunan Sanjaya. Dapunta Syailendra sering ditafsirkan salah dengan ditafsirkan sebagai raja taklukan Dapunta Jayanasa, padahal pada masa awal Jawa dan Sumatera, gelar Dapunta Hyang memang digunakan sebagai nama lain gelar raja. Dalam hal ini, Raja Dharanindra menyebut dalam prasasti Ligor sebagai permata wangsa Syailendra, yang artinya sebagai keturunan Syailendra. Syailendra sering dianggap sama dengan Prabu Kartikeyasingha, Sang Mokteng Murwacala, raja di pegunungan (Syailan-Indra) daerah Dieng, suami Ratu Shima, dimana Sanjaya atau Prabu Harisdharma, buyut Maharaja Dharanindra merupakan keturunan cicit Ratu Shima dengan Dapunta Syailendra (Sang Mokteng Murwacala, Prabu Kartikeyasingha)

Reply
Yassalammmm
13/10/2021 09:24:01 am

Prasasti Sojomerto yang ditulis dengan Bahasa Melayu bukan merupakan acuan yang langsung bisa diambil kalau Syailendra berasal dari Melayu.... Coba lihat aksara yang dipakai pada Prasasti Sojomerto itu adalah aksara Jawa Kuno (Kawi) yang digunakan di wilayah Jawa. Kalau emang Syailendra berasal dari Sumatera harusnya pakainya aksara yang serupa dengan aksara Pallawa di Kedukan Bukit dong. Coba lihat peninggalan-peninggalan Syailendra justru mempunyai bahasa yang beranekaragam seperti Jawa Kuno, Sansekerta dan Melayu Kuno. Tapi lihat aksara nya pakai aksara apa... Hampir semuanya pakai aksara Kawi.... Medang pernah menguasi Sriboja (Sriwijaya) pada masa Rakai Panangkaran.... Hal ini dapat dilihat dari Prasasti Ligor yang yang bagian A ditulis dengan Aksara Pallawa yang serupa dengan prasasti Kedukan Bukit dan Ligor B yang ditulis dengan aksara Kawi.... Belum lagi terdapat kata Medang pada lempengan prasasti di Manila dan pernyataan Jayawarman raja Kamboja yang menyatakan bahwa dulu Kambujadesa merdeka dari Jawa bukan dari Sriwijaya. Serangan Jawa ke Sumatera selalu berakhir dengan kegagalan??? Serangan Jawa ke Sumatera yang gagal cuma itu terjadi pada masa Dharmawangsa Teguh yang berupaya menyatukan kembali Medang seperti jaman Panangkaran. Namun tidak berhasil karena Balaputradewa sudah berhubungan baik dan beralinasi dengan Kerajaan di dataran Asia. Selebihnya seperti Ekspedisi Pamalayu bahkan penaklukan Singapura dalam Sulalatus Salatin pun pasukan Jawa memperoleh keberhasilan. Serangan Gajah Masa ke Pasai pun berhasil menguasai ibukotanya dan ibukota Pasai bergerak ke wilayah Pegunungan. Serangan Sumatera ke Jawa yang mengakhiri kekuasaan pun itu cuma saat Mahapralaya jaman Dharmawangsa Teguh. Itu pun sebenarnya yang disebutkan di prasasti bukan Sriwijaya yang mengalahkan Medang namun Kerajaan Lwaram dengan Rajanya yang bernama Worawari. Itupun cuma beberapa tahun karena dibalas oleh Airlangga menantu Dharmawangsa Teguh yang berakibat pada hancurnya Kerajaan Lwaram.

Reply
.
5/11/2021 06:06:33 pm

Coba cari berita tahun 2009 tentang kunjungan sultan yogyakarta ke kota pagaralam setelah itu coba anda hipotesis dengan sumber lain dan jika berkenan berbagi disini

Reply
Aski link
12/8/2022 12:35:40 am

Candinya di jawa y tetp org jawa yg punya.
Gitu aj ko repot..

Reply



Leave a Reply.

    TOPICS

    All
    Anthropology
    Archaeology
    Architecture
    Astronomy & Cosmology
    Biology
    Book Recommendation
    Business & Property
    Economy
    Education
    Film Recommendation
    General Science
    Geography
    Geology
    Geopolitics
    History
    Life
    Linguistics
    Others
    Philosophy
    Photography
    Place Recommendation
    Poem
    Politics
    Psychology
    Quantum Physics
    Religion
    Sociology

    RSS Feed

    MONTHS

    December 2019
    November 2019
    October 2019
    June 2019
    May 2019
    March 2019
    February 2019
    November 2018
    October 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    November 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    February 2017
    January 2017
    December 2016
    November 2016
    October 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014
    May 2014
    April 2014
    March 2014
    February 2014
    January 2014
    December 2013
    November 2013
    September 2013
    August 2013
    June 2013
    May 2013
    April 2013
    March 2013
    February 2013
    January 2013
    December 2012
    November 2012
    October 2012
    September 2012
    August 2012
    July 2012
    June 2012
    May 2012
    March 2012
    February 2012
    November 2011
    December 2009
    November 2009
    January 2009
    May 2008
    March 2008
    January 2008
    December 2007

  • Home
  • Curriculum Vitae
  • Thoughts
  • Photographs
  • Poems
  • Languages Learning
    • Indonesian Phrases
    • Persian Phrases
    • French Phrases
    • German Phrases
    • Dutch Phrases
    • Learning Materials
  • Contact