Belakangan ini saya kembali membaca soal kerajaan Sriwijaya dan saya menemui lagi satu pertanyaan sama yang sampai kini tidak bisa terjawab: Siapa dan darimanakah asal usul wangsa Syailendra?
18 Comments
Bambang
21/1/2019 05:12:04 pm
Saya juga ingin tau kenapa raja Jawa hrs menyerang raja Sumatra? Bunakha di Jawa raja sdh jaya, berkuasa penuh. Tdkkah ada rasa ingin membina hubungan yg baik yg win win?
Reply
Dapunta
19/2/2019 12:02:12 am
Salam saya dari Sumatera
Reply
Judhazt
15/9/2019 08:13:05 pm
Sejak jaman Dapunta Hyang, Fokus Sriwijaya adalah menaklukan Jawa. Dan mengingat kerajaan sebesar Tarumanegara bisa ditaklukan dengan cepat, maka sangat mungkin bahwa keruntuhan kerajaan Galuh dan Kalingga disebabkan karena penaklukan Sriwijaya. Prasasti sojomerto yang berbahasa Melayu adalah bukti yg sangat kuat dari kekuasaan Sriwijaya di bumi Jawa.
Reply
Satria
20/6/2021 08:35:05 pm
Bagaimana bisa? 9/12/2019 06:20:03 pm
Wah, info yang sangat menarik mas. Saya catat dan pelajari. (Admin)
Reply
Salam
26/9/2019 08:42:02 am
Dinasti sailendra itu jelas orang Melayu. Bahasa prasasti sojomerto, gondosuli, bukitteja, manjusrigrah, dewadrabya, kayumwungan itu berbahasa Melayu .tdak mungkin raja mengeluarkan prasasti yg tidak dimengerti penduduknya. Raja mengeluarkan prasasti berbahasa melayu karena rajanya itu sudah jelas orang melayu.
Reply
Yassalam
13/10/2021 08:43:58 am
Kalau Syailendra merupakan orang Melayu lalu mengapa tidak ada peninggalan Syailendra di Bumi Melayu, prasasti dari Medang pun ada yang berbahasa Jawa Kuno, Sansekerta dan Melayu Kuno. Lalu kenapa juga di Prasasti Nalada di sebutkan bahwa Balaputradewa keturunan Raja Jawa yang menikah dengan Dara putri Dharmasetu. Lalu kenapa juga Syailendra tidak membangun candi yang begitu megah di tanah kelahirannya. Prasasti yang kau sebutkan pun ditulis dengan huruf Kawi (Jawa Kuno). Kalau emang Syailendra keturunan Melayu harusnya jenis prasasti turunannya pakai aksara yang serupa dengan yang dipakai Dapunta Hyang di Prasasti Kedukan Bukit dong, buktinya peninggalan Syailendra justru pakai aksara Kawi. Bahkan Prasasti Ligor di Thailand yang diklaim peninggalan Sriwijaya pun malah ditulisnya pakai Aksara Kawi yang dipakai Medang. Kalau pakai logikamu raja tidak mungkin mempersulit diri sendiri, harusnya jika Syailendra berasal dari Melayu prasasti Sojomerto ditulis dengan aksara yang serupa Pallawa di Sumatera ini kok malah ditulis dalam aksara khas Jawa......
Reply
Aditwayarman
29/6/2023 12:53:17 am
Tulisan kawi paling awal diguna adalah prasasti melayu kuno muka dari prasasti sojomerto, jadi tidak ada istilah kawi dari suku jawa.
sitii
29/10/2019 03:28:01 pm
kak mau yg lebih pasti kak.. maksudnya gimana yak kak???
Reply
Doni
11/9/2020 07:10:53 am
Balaputra dewa bukanlah berperang dengan pramodawardani karena rebutan tahtah di Jawa/ medang mataram. Karena tidak ada prasasti yg menjelaskan itu. Balaputra memerangi rakai pikatan karena menentang keras pernikahan pikatan dengan pramodawardani. Jadi sejak awal Balaputra adalah calon raja/putra mahkota Sriwijaya. Balaputra kesriwijaya memang karena mengambil tahtanya di sriwijaya, bukan karena Sriwijaya bawahan medang di jawa. Sebab balaputra disriwijaya sangat berkuasatidak pernah menghantar upeti ke pada pikatan/pramodawardani. Dan pula bala putra melakukan hubungan luar negri ke india srilangka dan asia tenggara secara bebas. Sedangkan rakai pikatan pramodawardani atau jawa atau mataram tidak pernah melakukan hubungan internasional hanya berkutat di Jawa saja. Artinya jelas mataram kuno adalah bawahan Sriwijaya. Tidak mungkin Sriwijaya bisa bebas melakukan hubungan internasionalnya ke India ke Cina bahkan ketimur Tengah kakau Sriwijaya adalah bawahan mataram/ Jawa. Seharusnya yg melakukan itu adalah Mataram, tapi kan tidak. Atau seharusnya mataram atau pikatan marah besar ketika Sriwijaya hubungan Internasional. Tapi rakai pikatan tak berani menyerang Sriwijaya. Bahkan sebaliknya sriwijaya yg berkali kali menyerang mataram yg menyebabkan ibukota mataram bergeser ke timur terus.
Reply
Yassalam
13/10/2021 09:00:57 am
Pernah lihat isi prasasti Nalada ?? Disitu disebutkan secara jelas bahwa Balaputradewa adalah penguasa Sumatera keturunan Raja Jawa yang menikah dengan Tara putri Dharmasetu. Raja Jawa tidak pernah melakukan hubungan internasional??? Coba baca lagi mengenai buku Whetsley Paul mengenai Histrory of Malay Peninsular justru pelabuhan-pelabuhan di Jawa (Chopo) saat itu lebih besar daripada Pelabuhan di Sumatera (Sanfotsi). Prasasti Ligor B yang berada di Thailand pun ditulis oleh Rakai Panangkaran dengan Aksara Kawi harusnya itu peninggalan Medang dong bukan peninggalan Sriwijaya. Balaputradewa tidak pernah menyerahkan upeti ke Pikatan??? Ya pasti tidak pernah lah, Sriwijaya dan Medang pada masa Pikatan udh tidak ada hubungan dan ini menguatkan Pendapat kalau Balaputradewa terdesak dan hanya menerima tahta di sebagian wilayah Medang. Kronologi sejarah dalam Sriwijaya itu panjang coba lu bacanya pada masa Rakai Panangkaran, Samaragrawira dll Sribuja masuk kekuasaan mana??? Sangat jauh tentang waktunya kalau mengaitkan Dapunta Hyang dengan Balaputradewa. Bukti ambisi penaklukan Bhumi Jawa oleh Sriwijaya di pun hanya ada di Sumatera gk ada buktinya di Jawa. Medang hanya berkutat di Jawa??? Lalu kenapa di Kamboja justru tertulis merdeka dari Jawa dan kenapa di Manila justru tercatat kerajaan Medang bukan Sriwijaya. Medang tidak pernah menyerang Sriwijaya??? Justru pernah terjadi penyerangan Medang ke Sriwijaya masa Dharmawangsa Teguh. Namun Medang tidak berhasil karena Sriwijaya dibantu oleh Tiongkok. Mengenai penyerangan Sriwijaya ke Medang coba baca lagi mengenai kasus Mahapralaya di Medang. Justru yang menyerang Medang itu adalah Kerajaan Lwaram dengan rajanya yang bernama Worawari yang nantinya dibalas oleh Airlangga. Sampai saat ini pun tidak ada yang peninggalan sejarah yang menyebutkan kalau Lwaram adalah vassal Sriwijaya.
Reply
Aditwayarman
29/6/2023 12:57:35 am
Kawi diguna melayu kuno dulu bukan jawa harus tulisan melayu dong, zaman majapahit juga candi kecil…ekspedisi sriwijaya tercatat di ligor malah ke sri lanka, sri Dharmaraja atau ligor juga serang ke Angkor lavo dan haripunjaya.
Achmad rivai
25/9/2020 12:43:52 am
Pendapat bung doni bisa benar bisa jadi salah terkait hubungan internasional bala putradewa ... dan penguasa medang samaratungga yang tidak berhubingan dengan internasional ... dalam catanan sejarah tidak pernah ada raja jawa yang sowan ke kaisar china maupun india bahkan sampai dengan kerajaan Majapahit pun tidak ada catatan bahwa raja jawa sowan ke kaisar china demi oengakuan sebagai raja karena raja jawa tidak pernah mau tunduk walaupun dengan kerajaan super powerpun ... bahkan kertanegara raja singasaripun sangat menolak jika harus tunduk dengan mongol Dengan memotong kuping mengci sampai terjadi perang antara mongol melawan jawa .. beda dengan raja2 melayu yang selalu berlindjng ke china dan india ... raja ponei atau sekarang brunai sampai sowan ke ke kaisar china untuk minta perlindumgan atas ancaman jawa (majaphit) dengan memberikan upeti ke kaisaran china ... presiden soekarno tidak pernah mau tunduk dengan penjajah bahkan beliau mendirikan organisasi asia afrika demi memerdekan bangsa2 asia dan afrika ... beda dengan malaysia yg dengan rela tetap dibawah inggris yang penting dapat kemerdekaan .. artinya raja2 jawa tidak butuh legitimasi dari bangsa asing karena menganggap mitra setata dan bukan bawahan ... ini kembali lagi ke kultur jawa dan melayu yang sangat berbeda
Reply
Saya setuju dengan pendapat ini. Tidak ada bukti sejarah yang mengungkapkan kerajaan di Jawa tunduk dengan Sriwijaya, bahkan sebaliknya, tercatat dalam Prasasti yang ditemukan di Thailand dan Kamboja, raja jawa bernama Dharanindra menyerang kerajaan Melayu dan Kamboja. Raja Dharanindra, sudah sangat jelas raja Jawa keturunan Sanjaya. Dapunta Syailendra sering ditafsirkan salah dengan ditafsirkan sebagai raja taklukan Dapunta Jayanasa, padahal pada masa awal Jawa dan Sumatera, gelar Dapunta Hyang memang digunakan sebagai nama lain gelar raja. Dalam hal ini, Raja Dharanindra menyebut dalam prasasti Ligor sebagai permata wangsa Syailendra, yang artinya sebagai keturunan Syailendra. Syailendra sering dianggap sama dengan Prabu Kartikeyasingha, Sang Mokteng Murwacala, raja di pegunungan (Syailan-Indra) daerah Dieng, suami Ratu Shima, dimana Sanjaya atau Prabu Harisdharma, buyut Maharaja Dharanindra merupakan keturunan cicit Ratu Shima dengan Dapunta Syailendra (Sang Mokteng Murwacala, Prabu Kartikeyasingha)
Reply
Yassalammmm
13/10/2021 09:24:01 am
Prasasti Sojomerto yang ditulis dengan Bahasa Melayu bukan merupakan acuan yang langsung bisa diambil kalau Syailendra berasal dari Melayu.... Coba lihat aksara yang dipakai pada Prasasti Sojomerto itu adalah aksara Jawa Kuno (Kawi) yang digunakan di wilayah Jawa. Kalau emang Syailendra berasal dari Sumatera harusnya pakainya aksara yang serupa dengan aksara Pallawa di Kedukan Bukit dong. Coba lihat peninggalan-peninggalan Syailendra justru mempunyai bahasa yang beranekaragam seperti Jawa Kuno, Sansekerta dan Melayu Kuno. Tapi lihat aksara nya pakai aksara apa... Hampir semuanya pakai aksara Kawi.... Medang pernah menguasi Sriboja (Sriwijaya) pada masa Rakai Panangkaran.... Hal ini dapat dilihat dari Prasasti Ligor yang yang bagian A ditulis dengan Aksara Pallawa yang serupa dengan prasasti Kedukan Bukit dan Ligor B yang ditulis dengan aksara Kawi.... Belum lagi terdapat kata Medang pada lempengan prasasti di Manila dan pernyataan Jayawarman raja Kamboja yang menyatakan bahwa dulu Kambujadesa merdeka dari Jawa bukan dari Sriwijaya. Serangan Jawa ke Sumatera selalu berakhir dengan kegagalan??? Serangan Jawa ke Sumatera yang gagal cuma itu terjadi pada masa Dharmawangsa Teguh yang berupaya menyatukan kembali Medang seperti jaman Panangkaran. Namun tidak berhasil karena Balaputradewa sudah berhubungan baik dan beralinasi dengan Kerajaan di dataran Asia. Selebihnya seperti Ekspedisi Pamalayu bahkan penaklukan Singapura dalam Sulalatus Salatin pun pasukan Jawa memperoleh keberhasilan. Serangan Gajah Masa ke Pasai pun berhasil menguasai ibukotanya dan ibukota Pasai bergerak ke wilayah Pegunungan. Serangan Sumatera ke Jawa yang mengakhiri kekuasaan pun itu cuma saat Mahapralaya jaman Dharmawangsa Teguh. Itu pun sebenarnya yang disebutkan di prasasti bukan Sriwijaya yang mengalahkan Medang namun Kerajaan Lwaram dengan Rajanya yang bernama Worawari. Itupun cuma beberapa tahun karena dibalas oleh Airlangga menantu Dharmawangsa Teguh yang berakibat pada hancurnya Kerajaan Lwaram.
Reply
.
5/11/2021 06:06:33 pm
Coba cari berita tahun 2009 tentang kunjungan sultan yogyakarta ke kota pagaralam setelah itu coba anda hipotesis dengan sumber lain dan jika berkenan berbagi disini
Reply
ttc
6/6/2023 11:55:28 am
非常に有益で有益な記事です。下のリンクをクリックしてご覧ください。ありがとうございました。
Reply
Leave a Reply. |
TOPICS
All
MONTHS
December 2019
|