ARIEF ONLINE
  • Home
  • Curriculum Vitae
  • Thoughts
  • Photographs
  • Poems
  • Languages Learning
    • Indonesian Phrases
    • Persian Phrases
    • French Phrases
    • German Phrases
    • Dutch Phrases
    • Learning Materials
  • Contact

Penggunaan Istilah-istilah Hindu-Buddha dalam Ajaran Islam di Nusantara 

20/4/2015

0 Comments

 
Picture

Salah satu keunikan Islam di Nusantara buat saya adalah digunakannya istilah-istilah Hindu-Buddha untuk menjelaskan beberapa ajaran inti dalam Islam. Sebagaimana umumnya diketahui, Hindu-Buddha adalah agama mayoritas penduduk beberapa kepulauan di Nusantara sebelum Islam datang. 

Penggunaan
 istilah-istilah Hindu-Buddha ini selain mencerminkan lansekap keagamaan di Nusantara sebelum Islam hadir, juga menunjukkan bahwa ketika memperkenalkan Islam, para pendakwah Islam tidak serta merta menggunakan istilah-istilah baru untuk memperkenalkan ajaran Islam, melainkan menggunakan istilah-istilah yang sudah dikenal masyarakat dan memberikannya makna baru. 

Istilah-istilah Hindu-Buddha apa sajakah yang digunakan oleh Islam di Nusantara dan pergeseran makna apa sajakah yang telah terjadi? Berikut adalah hasil pengamatan saya: 

1. "Sembahyang"
Kata "sembahyang" berasal dari kata "sembah hyang", yang berarti "menyembah Tuhan". 

Pada masa Hindu-Buddha, ini merujuk pada ritual-ritual untuk menunjukkan ketundukan pada kekuatan-kekuatan adikuasa yang dikenal dalam agama Hindu-Buddha, sementara pada masa Islam, ini adalah nama lain dari "sholat", salah satu rukun Islam (ibadah-ibadah yang wajib dikerjakan seorang Muslim). Istilah "sembahyang" tidak hanya dikenal oleh masyarakat Islam Indonesia, namun juga masyarakat Islam Malaysia. 

2. "Puasa"
Kata "puasa" berasal dari kata Sansekerta "upawasa", yang berarti menahan diri dari mengonsumsi sesuatu. 

Pada masa Hindu-Buddha, puasa pada umumnya menjadi bagian dari ritual pembersihan diri, seperti semedi. Pada masa Islam, puasa adalah padanan dari kata "shaum" (bermakna hampir sama dengan "puasa") dan merujuk pada shaum wajib pada bulan Ramadhan ataupun shaum sunnah (dianjurkan, namun tidak wajib) pada waktu-waktu lainnya. 

3. "Pahala"
Kata "pahala" berasal dari kata Sansekerta "karma pahala" (atau "karma pala") yang berarti "buah perbuatan". ("Karma" sendiri berarti "perbuatan"). 

Pada masa Hindu-Buddha, pahala berarti konsekuensi baik ataupun buruk pada kehidupan sekarang ataupun masa mendatang (setelah reinkarnasi) yang harus diterima seseorang berkaitan dengan perbuatan yang pernah dilakukannya di kehidupan saat ini ataupun sebelumnya. Dalam ajaran Hindu-Buddha, tumimbal lahir (reinkarnasi) masih akan terjadi selama seseorang masih memiliki pahala buruk yang harus ditebusnya. 

Pada masa Islam, pahala seringkali dipahami pemeluk Islam sebagai nilai baik yang didapat seseorang setelah melakukan sebuah perbuatan baik. Nilai baik ini dapat dikumpulkan dan nantinya dapat ditukarkan dengan sebuah tempat di surga. 

Meski demikian, perlu dipahami bahwa konsep Islam yang sebenarnya untuk "pahala" ini adalah "khair" atau "hasanah" (arti literal: "kebaikan"), yang berarti kebaikan yang akan diterima seseorang karena telah melakukan perbuatan baik. 

4. "Dosa"
"Dosa" sejatinya adalah kata Sansekerta dan Pali yang berarti "kebencian". Pada masa Hindu-Buddha, ini adalah suatu perbuatan yang bila dilakukan dapat menimbulkan perasaan tidak tenang dalam hidup dan menyebabkan seseorang tidak dapat keluar dari siklus tumimbal lahir. 

Pada masa Islam, "dosa" seringkali dimaknai pemeluk Islam sebagai sebuah nilai buruk yang didapat seseorang manakala melakukan perbuatan buruk. Nantinya, dosa yang terakumulasi dapat menyebabkan seseorang masuk neraka.

Konsep Islam yang sebenarnya untuk "dosa" ini sendiri adalah "sayyiah" (arti literal: "keburukan"), yakni keburukan yang akan diterima seseorang karena telah melakukan perbuatan buruk. 

5. "Surga"
Kata "surga" berasal dari kata Sansekerta "swarga loka" yang berarti "tempat cahaya".

Dalam perspektif Hindu-Buddha, "swarga loka" adalah tempat tinggal sementara makhluk-makhluk hidup yang telah mencapai taraf dewa karena perbuatan-perbuatan baiknya di masa lalu. 

Meski demikian, dalam Hindu-Buddha, makhluk-makhluk hidup yang telah tinggal di "surga" belumlah terlepas dari siklus tumimbal lahir. Mereka masih akan mengalami kelahiran kembali dan dapat terlahir di tempat lain, tergantung pada perbuatan mereka selama tinggal di "surga". Suatu makhluk hanya dapat terlepas dari siklus kelahiran ulang ini bila mereka telah benar-benar suci dan tidak lagi menanggung karmapala buruk dari kehidupan sebelumnya, sehingga mereka bisa menyatu dengan Tuhan (konsep Hindu) ataupun mencapai pari-nirvana/pari-nibbana (konsep Buddha) yang menjadi tujuan akhir. 

Setelah kedatangan Islam, "surga" menjadi padanan bagi "jannah", sebagai tempat kekal yang penuh dengan kesenangan bagi orang-orang yang berbuat baik semasa hidupnya dan orang-orang yang diridhai oleh Allah untuk tinggal di dalamnya. 

6. "Neraka"
"Neraka" berasal dari kata Sansekerta "naraka".

Dalam perspektif Hindu-Buddha, "neraka" adalah alam penuh keburukan yang dihuni sementara oleh makhluk-makhluk hidup yang melakukan keburukan pada kehidupan sebelumnya. Alam ini dianggap sebagai alam tingkat rendah, bersama dengan alam binatang ataupun alam siluman. 

Makhluk hidup hanya dapat meninggalkan alam-alam tingkat rendah ini dengan melakukan perbuatan baik selama tinggal di dalamnya, untuk menuju alam tingkatan yang lebih tinggi, seperti alam manusia, di kehidupan yang berikutnya. 

Setelah kedatangan Islam, "neraka" menjadi padanan "an-naar", sebagai tempat penuh siksaan bagi manusia-manusia yang melakukan perbuatan buruk selama hidupnya. Lama tinggal manusia di "neraka" ini ditentukan oleh ada/tidak-adanya iman selama seseorang pernah hidup di dunia dan besarnya keburukan yang pernah dilakukan orang tersebut semasa hidupnya. 

7. "Bidadari"
"Bidadari" berasal dari kata "vidhya dari", yang sebenarnya berarti "yang berpengetahuan" ("vidhya" = pengetahuan). 

Dalam perspektif Hindu, "bidadari" atau "apsara" adalah makhluk berwujud manusia berjenis kelamin perempuan yang tinggal di "swarga loka". Tugas dan fungsi mereka adalah melayani dewata ataupun menjadi penyampai pesan para dewa kepada manusia, sebagaimana para malaikat dalam kepercayaan Semit. 

Ada kalanya mereka diutus untuk menguji sejauh mana ketekunan seseorang (pria) dalam bertapa, dengan cara mencoba membangunkan para petapa dari tapa mereka. Para bidadari memanfaatkan kecantikan fisik mereka untuk menguji para petapa. Tapi dalam Islam, bidadari akan menjadi istri-istri bagi orang-orang beriman yang masuk surga atau "jannah"

0 Comments



Leave a Reply.

    TOPICS

    All
    Anthropology
    Archaeology
    Architecture
    Astronomy & Cosmology
    Biology
    Book Recommendation
    Business & Property
    Economy
    Education
    Film Recommendation
    General Science
    Geography
    Geology
    Geopolitics
    History
    Life
    Linguistics
    Others
    Philosophy
    Photography
    Place Recommendation
    Poem
    Politics
    Psychology
    Quantum Physics
    Religion
    Sociology

    RSS Feed

    MONTHS

    December 2019
    November 2019
    October 2019
    June 2019
    May 2019
    March 2019
    February 2019
    November 2018
    October 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    November 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    February 2017
    January 2017
    December 2016
    November 2016
    October 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014
    May 2014
    April 2014
    March 2014
    February 2014
    January 2014
    December 2013
    November 2013
    September 2013
    August 2013
    June 2013
    May 2013
    April 2013
    March 2013
    February 2013
    January 2013
    December 2012
    November 2012
    October 2012
    September 2012
    August 2012
    July 2012
    June 2012
    May 2012
    March 2012
    February 2012
    November 2011
    December 2009
    November 2009
    January 2009
    May 2008
    March 2008
    January 2008
    December 2007

  • Home
  • Curriculum Vitae
  • Thoughts
  • Photographs
  • Poems
  • Languages Learning
    • Indonesian Phrases
    • Persian Phrases
    • French Phrases
    • German Phrases
    • Dutch Phrases
    • Learning Materials
  • Contact