ARIEF ONLINE
  • Home
  • Curriculum Vitae
  • Thoughts
  • Photographs
  • Poems
  • Languages Learning
    • Indonesian Phrases
    • Persian Phrases
    • French Phrases
    • German Phrases
    • Dutch Phrases
    • Learning Materials
  • Contact

Sejarah Kelam di Balik Punahnya Penduduk Pulau Paskah

25/9/2014

0 Comments

 

Pulau Paskah atau Rapa Nui, menurut sebutan penduduk setempat, adalah pulau yang terkenal karena patung kepala (disebut Moai) berjumlah 887 patung yang berdiri di sekeliling pesisir pantai pulau ini. (Berdasar penggalian-penggalian arkeologis terakhir, diketahui bahwa ternyata moai-moai ini pun memiliki badan).

Pulau ini jauh dari mana-mana, terpencil di lautan Pasifik. Pulau terdekat adalah Mangareva sejauh 2600 km yang bisa dicapai dengan sampan dalam waktu 19 hari perjalanan. 

Pulau ini pertama kali dikunjungi bangsa Barat dan diperkenalkan ke dunia luar pada tahun 1722 oleh pelaut Belanda, Jacob Roggeveen. Karena Jacob tiba di pulau ini pada hari Paskah, maka pulau ini diperkenalkan ke dunia sebagai pulau Paskah. 

Ketika Jacob pertama kali mengunjungi pulau ini, penduduk pulau ini diperkirakan berjumlah 2000-3000 orang. Setelah bangsa-bangsa Barat yang lain mulai datang menetap di pulau ini dan melakukan berbagai penelitian arkeologis dan etnologis, mereka menemukan bahwa ternyata di masa lalu penduduk pulau ini ternyata pernah berjumlah 15.000 orang! 

Lantas kemana hilangnya sebagian besar penduduk pulau Paskah? Pulau Paskah ternyata pernah mengalami sebuah periode kelam yang mengakibatkan hilangnya sebagian besar penduduk pulau ini.

Penelitian arkeologis dan etnologis menunjukan bahwa pulau ini pertama kali didatangi manusia pada rentang waktu tahun 700-1200 Masehi, suatu periode yang sebetulnya masih dekat dengan periode modern. 

Orang-orang pertama yang tiba di pulau ini dan kemudian menjadi penduduk asli pulau ini diperkirakan berasal dari pulau-pulau terdekat yang jaraknya 2600-3500 km. Orang-orang ini berasal dari kelompok bangsa Austronesia, dimana orang Indonesia, Melayu, Madagaskar, Filipina, Hawaii, penduduk asli New Zealand dan pulau-pulau di laut Pasifik masuk ke dalamnya. 

Ketika pertama kali ditemukan, diketahui bahwa pulau ini bagaikan surga: penuh dengan pohon, sungai, dan keanekaragaman satwa. Tapi kemudian pulau ini berubah menjadi neraka hidup, tak lain karena tangan-tangan penduduknya sendiri. 

Penduduk asli pulau Rapa Nui hidup dalam beberapa klan, dimana dulunya klan-klan ini memiliki rasa gengsi yang tinggi dan rivalitas antara satu sama lain. Di masa lalu, rivalitas ini ditunjukkan dengan membangun moai-moai raksasa dari batu utuh, dimana satu moai bisa memiliki tinggi 10 m dan berat 86 ton! 

Moai-moai ini, menurut penelitian etnologi, melambangkan wajah ketua-ketua klan mereka. Semakin banyak dan besar ukuran moai yang dimiliki suatu klan, maka semakin tinggi prestise yang dimiliki sebuah klan. 

Sayangnya, proyek membangun moai dalam jumlah besar-besaran selama beberapa generasi ini memiliki implikasi yang sangat besar bagi ekologi pulau Rapa Nui. Tak terhitung jumlah pohon yang harus ditebang untuk dijadikan bantalan-bantalan dalam proses pemindahan moai-moai ini dari tempat sumber batu ke pesisir pantai yang berkilometer-kilometer jauhnya. Juga untuk dijadikan alat ungkit dan alat-alat lainnya dalam proses pembuatan moai. Sedemikian parahnya deforestasi di Rapa Nui, sehingga ketika pulau ini ditemukan bangsa Belanda, pulau ini gundul dengan sedikit pohon. 

Hancurnya ekosistem hutan di Rapa Nui ini membawa implikasi serius bagi biota di Rapa Nui: dalam waktu cepat, satwa-satwa yang hidup di Rapa Nui mati kelaparan dan punah. Penduduk Rapa Nui pun mulai menghadapi bencana kelaparan karena sumber makanan di sekitar mereka habis. Mereka pun tidak dapat pergi melaut karena pohon-pohon besar untuk membuat perahu disana habis ditebangi. Tak lama kemudian, penduduk Rapa Nui pun masuk ke periode gelap dalam sejarah mereka: Periode Kanibalisme. 

Kelaparan mengakibatkan persaingan yang tidak sehat antara klan-klan di pulau Rapa Nui. Mereka memperebutkan sumber-sumber makanan yang jumlahnya sudah terlalu sedikit. Peperangan merebak di seantero pulau dan penduduk yang satu memangsa penduduk yang lain. Bukti-bukti kanibalisme ini ditemukan dimana-mana di pulau ini. 

Pulau Rapa Nui pun menjadi neraka hidup bagi para penduduknya yang tidak bisa keluar dari sana. Dalam waktu singkat, jumlah penduduk pulau Rapa Nui merosot tajam hingga akhirnya mencapai jumlah kecil yang masih dapat disokong ekosistem pulau Rapa Nui yang sudah rusak. Alam memberikan pelajarannya karena manusia-manusia yang ada selama ini tak mau belajar. 

Kini ratusan moai yang menatap laut dan menjadi saksi sejarah pulau ini masih bisa kita temukan di sekeliling pulau ini. Banyak diantara mereka ditemukan dalam keadaan wajahnya tertelungkup ke permukaan pasir pantai. Keadaan moai yg seperti ini menjadi saksi dari peperangan antara sesama manusia yang pernah terjadi disana. 

Hikmah? Ambil sendiri ya. Kan sudah pada dewasa. Hehe.

Sumber: Sebuah tayangan Discovery Channel, Wikipedia

Picture
Picture
0 Comments



Leave a Reply.

    TOPICS

    All
    Anthropology
    Archaeology
    Architecture
    Astronomy & Cosmology
    Biology
    Book Recommendation
    Business & Property
    Economy
    Education
    Film Recommendation
    General Science
    Geography
    Geology
    Geopolitics
    History
    Life
    Linguistics
    Others
    Philosophy
    Photography
    Place Recommendation
    Poem
    Politics
    Psychology
    Quantum Physics
    Religion
    Sociology

    RSS Feed

    MONTHS

    December 2019
    November 2019
    October 2019
    June 2019
    May 2019
    March 2019
    February 2019
    November 2018
    October 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    November 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    February 2017
    January 2017
    December 2016
    November 2016
    October 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014
    May 2014
    April 2014
    March 2014
    February 2014
    January 2014
    December 2013
    November 2013
    September 2013
    August 2013
    June 2013
    May 2013
    April 2013
    March 2013
    February 2013
    January 2013
    December 2012
    November 2012
    October 2012
    September 2012
    August 2012
    July 2012
    June 2012
    May 2012
    March 2012
    February 2012
    November 2011
    December 2009
    November 2009
    January 2009
    May 2008
    March 2008
    January 2008
    December 2007

  • Home
  • Curriculum Vitae
  • Thoughts
  • Photographs
  • Poems
  • Languages Learning
    • Indonesian Phrases
    • Persian Phrases
    • French Phrases
    • German Phrases
    • Dutch Phrases
    • Learning Materials
  • Contact