Sudah agak lama saya tidak menulis tentang sains. Kali ini saya ingin membahas tentang rahasia yang ada di balik angka-angka di dalam semua hukum alam yang membangun jejaring alam semesta. Semoga bermanfaat.
Bagi mereka yang sering membaca buku-buku tentang atau bersinggungan dengan ilmu Kosmologi, Fisika, ataupun Kimia, ada satu fakta yang tidak bisa dibantah, bahkan oleh ilmuwan atheis sekalipun, yaitu: Seluruh konstanta (angka-angka) yang ada di dalam semua hukum alam (contoh: hukum gravitasi Newton, Relativitas, dll) "bekerja sama" sehingga makhluk hidup bisa tercipta di muka Bumi. Ketika salah satu angka di dalam salah satu hukum tersebut dirubah sedikit saja, maka makhluk hidup, termasuk manusia, tidak akan mungkin hadir di muka Bumi. Saya akan beri sedikit contoh saja dari luar biasa banyaknya angka yang sebenarnya ada di alam semesta: 1. Alam semesta kita bersifat 3 dimensi. Bila jumlah dimensi ini dirubah, maka keseimbangan gaya tarik menarik yang sudah ada antara benda-benda langit akan berubah. Sebagai contoh, bintang seperti matahari kita akan ditarik oleh gravitasi ke dalam intinya sendiri dan berubah menjadi lubang hitam yang justru akan menyedot seluruh benda di sekelilingnya. 2. Proton memiliki massa 1.6726 x 10-27 kg. Jika massanya lebih besar 0,2% saja, maka ia akan menjadi neutron dan membuat konstruksi atom apapun menjadi tidak stabil. 3. Gaya nuklir kuat dan gaya elektromagnetik adalah 2 dari 4 gaya fundamental yang mengatur alam semesta. Bila besaran gaya nukir kuat dirubah sebesar 0,5% saja dan besaran gaya eletromagnetik dirubah sebesar 4%, maka seluruh karbon dan oksigen yang menjadi bahan dasar kehidupan tidak mungkin tercipta di alam semesta. 4. Matahari kita memiliki massa 1.989 × 10^30 kg. Bila massa tersebut lebih kecil atau besar 20% saja, maka Bumi kita akan menjadi sedingin Mars atau sepanas Venus dan tidak bisa mendukung kehidupan. 5. Bumi berada pada jarak 149,6 juta km dari matahari. Bila Bumi berada lebih dekat sedikit saja, seluruh makhluk hidup akan terpanggang. Sementara bila Bumi berada lebih jauh sedikit saja dan panas matahari yang diterima Bumi berkurang hingga 13%, akan terbentuk lapisan es setebal 1 km di muka Bumi. 6. Bumi berotasi pada sumbunya dengan kecepatan 1.670 km/jam di khatulistiwa. Bila kecepatan ini berkurang, molekul-molekul gas yang terbentuk di muka Bumi akan terserap ke dalam Bumi oleh efek gravitasi. Sementara bila kecepatan ini meningkat, atmosfer akan menjadi terlalu panas. 7. Kemiringan Bumi terhadap sumbu rotasinya adalah 23,27 derajat. Bila kemiringan ini berkurang atau bertambah, maka perbedaan suhu antara kutub dan khatulistiwa akan menjadi terlalu besar. Suhu di daerah kutub dan khatulistiwa sendiri akan menjadi terlalu panas atau dingin untuk didiami makhluk hidup. 8. Orbit Bumi dalam mengelilingi matahari berbentuk bulat dan hanya memiliki kelonjongan 2%. Planet lain, seperti Merkurius, memiliki orbit dengan kelonjongan 20%. Ini menyebabkan permukaan planet tersebut meningkat 93 derajat celcius ketika berada di titik terdekat dengan matahari dan membuat kehidupan tidak mungkin. 9. Atmosfer Bumi terdiri dari 78% nitrogen, 21% oksigen, 1% argon dan 0,03% karbondioksida. Bila kadar oksigen lebih sedikit, maka pernapasan makhluk hidup akan menjadi sulit dan lebih sedikit ozon yang dihasilkan untuk menghalangi sinar UV. Sementara bila kadar oksigen lebih banyak, maka oksidasi di permukaan Bumi akan meningkat dan batuan serta logam akan terkikis sangat cepat. Hal yang sama berlaku untuk CO2. Bila jumlah CO2 lebih sedikit, jumlah senyawa bikarbonat di laut akan berkurang dan membuat lautan jadi asam. Sementara bila jumlahnya meningkat, akan menyebabkan suhu Bumi meningkat dan membentuk residu alkali berbahaya di laut. Di dalam ilmu Kosmologi, Fisika dan Kimia, fenomena sebagaimana dicontohkan di atas disebut "fine tuning", dimana semua angka yang ada di seluruh hukum alam dipilih secara cermat ("fine tuning") sehingga makhluk hidup, termasuk manusia, bisa muncul di planet yang bernama Bumi ini. Saya pertama kali membaca soal fenomena ini pada awal-awal masa kuliah di dalam buku yang berusaha mempopulerkan kreasionisme (keyakinan bahwa alam semesta diciptakan Tuhan) karya penulis Muslim, Harun Yahya. Namun ketika beberapa tahun kemudian saya mempelajari Kosmologi dan Fisika Kuantum secara otodidak dan melahap buku-buku karya Stephen Hawking, Neil de Grasse Tyson, Lawrence M. Krauss, dll, saya menemukan lagi pembahasan soal fenomena "fine tuning" ini yang diamini oleh ilmuwan-ilmuwan yang sebenarnya mayoritas agnostik dan atheis tersebut. Sebagai contoh, di dalam salah satu bukunya yang saya baca dan berjudul "The Grand Design", Hawking yang atheis mengakui bahwa pemilihan seluruh angka yang ada di semua hukum alam sungguh cermat, sehingga kehidupan yang sebenarnya bersifat sangat rapuh akhirnya bisa muncul di muka Bumi. Bila salah satu angka tersebut dirubah sedikit saja, maka kehidupan pasti akan musnah. Bagi mereka yang percaya Tuhan, fenomena ini jelas menunjukkan keberadaan Tuhan, dimana Tuhan yang tahu bagaimana supaya kehidupan bisa muncul di Bumi telah memilih setiap angka tersebut secara tepat. Hanya saja, ilmuwan-ilmuwan atheis semacam Hawking berusaha mencari penjelasan lain tentang bagaimana angka-angka tersebut bisa terpilih secara tepat, misalnya melalui keberadaan alam semesta jamak (multiverse) yang selama ini merupakan hipotesa paling populer dari kalangan atheis. Sebenarnya hipotesa alam semesta jamak banyak dibantah oleh kalangan ilmuwan atheis sendiri dan akan saya bahas secara terpisah di tulisan saya yang lain. Sumber: - Stepehen Hawking & Leonard Mlodinow, "The Grand Design", Bantam Books - Harun Yahya, "Menyingkap Rahasia Alam Semesta", penerbit Dzikra - https://en.m.wikipedia.org/wiki/Fine-tuned_Universe
0 Comments
Hingga kini sudah ada ratusan ribu judul buku dan artikel tentang berbagai hal yang saya baca. Dari semua itu, hanya beberapa yang benar-benar memiliki pengaruh mendalam pada saya.
Walaupun buku ini baru saya baca, tapi kelihatannya ini akan jadi buku berpengaruh berikutnya. Anda tahu bahwa kualitas sebuah buku sangat tinggi sejak Anda membaca beberapa halaman pertama. Gandhi: "Kita sering berpikir bahwa musuh kemanusiaan terbesar adalah benci. Musuh kita terbesar bukanlah rasa benci, tapi rasa takut". Best seller Penerbit: Vermillion, UK Harga: 9 Poundsterling (tidak termasuk ongkir) Bisa pesan dari toko buku online manapun (Amazon, Book Depository, dll). Ada hal menarik lain yang saya temukan selama saya melakukan blusukan ke berbagai kota kuno di Thailand utara, tengah, dan Kamboja. Yakni saya selalu menemukan adanya warga lokal yang Muslim. Banyak diantara mereka ikut berjejalan di bus butut yang saya naiki atau berjualan di pasar-pasar tradisional yang saya datangi.
Sebelumnya saya selalu menduga bahwa Muslim lebih banyak di bagian selatan Thailand, seperti daerah Pattani dan Surathani, yang dulunya merupakan bagian kerajaan Melayu. Tapi ternyata penemuan saya ini membuktikan saya keliru. Saya menduga bahwa orang-orang Islam yang saya temui di pelosok utara dan tengah Thailand dan Kamboja ini bukanlah keturunan Melayu seperti yang ada di daerah Pattani dan Surathani, melainkan orang-orang Champa. Ketika saya mencoba berkomunikasi dengan bahasa Melayu, seperti ustadz yang saya temui di perkampungan Muslim di Ayutthaya, yang bersangkutan tidak bisa mengerti. Bahasa Inggrisnya pun tidak lancar. Ia hanya bisa bahasa lokal. Orang-orang Islam keturunan Melayu seperti yang ada di Pattani dan Surathani umumnya masih mewariskan kemampuan bahasa Melayunya. Kerajaan Champa adalah kerajaan yang pernah berkuasa di Vietnam utara dan selatan mulai abad ke-2 hingga ke-19. Pada mulanya kerajaan ini bercorak Hindu-Buddha. Namun di abad ke-12, mulai banyak raja dan bangsawan kerajaan Champa yang memeluk agama Islam. Kita tentunya tidak boleh lupa dengan raja terakhir Majapahit yang menikah dengan putri Champa. Meski demikian, masih ada sebagian kecil orang Champa kini yang beragama Hindu/Buddha dan disebut orang Balamon Cham. Kerajaan ini mulai surut pengaruhnya semenjak kerajaan Dai Viet di utara Vietnam berkembang. Pada 1832 M, raja Dai Viet, Minh Mang, menaklukkan sisa kerajaan Champa yang terakhir di selatan Vietnam. Sejak saat itu, orang-orang Champa tidak memiliki kerajaannya sendiri dan banyak yang menyebrang ke Kamboja. Menarik untuk diketahui juga bahwa bahasa Champa memiliki hubungan yang amat dekat dengan salah satu bahasa daerah di Indonesia, yaitu Aceh. Ini dibuktikan oleh penelitian-penelitian linguistik. Mungkin dulu pernah ada hubungan dekat dan migrasi manusia antara dua daerah ini. Hal ini tentu akan menarik untuk jadi obyek penelitian akademis lebih lanjut. Bila AUSTRONESIA dan MELANESIA adalah rumpun-rumpun yang berkuasa di Asia Tenggara KEPULAUAN (Austronesia menurunkan hampir semua suku di Filipina dan Indonesia bagian barat dan tengah; Melanesia menurunkan mayoritas suku di Indonesia bagian timur), maka di Asia Tenggara DARATAN ada 3 rumpun yang berkuasa dan selalu saling berperang antara satu sama lain: SINO-TIBETAN (menurunkan orang Myanmar dan sebagian besar orang Tiongkok), TAI-KADAI (menurunkan sebagian besar orang Thailand dan Laos) dan MON-KHMER (menurunkan sebagian besar orang Kamboja dan Vietnam). Sementara rumpun Austronesia (berasal dari Taiwan), Melanesia (berasal dari arus migrasi terakhir keluar Afrika), Sino-Tibetan (berasal dari pegunungan Himalaya) dan Mon-Khmer (berasal dari delta sungai Mekong) sudah memasuki Asia Tenggara sejak masa Pra-sejarah, orang-orang Tai-Kadai baru masuk ke Asia Tenggara daratan pada 1000 M dari Cina Selatan dan turut meramaikan konstelasi politik di Asia Tenggara. Sepanjang sejarah, tiap rumpun tersebut menurunkan berbagai kerajaannya masing-masing, dimana meskipun mereka berasal dari rumpun yang sama, kerajaan-kerajaan tersebut juga sering berperang satu sama lain. Bagi saya, di Asia Tenggara kepulauan, kerajaan kuno berpengaruh yang harus selalu diingat namanya adalah Sriwijaya, Mataram Kuno, dan Majapahit (ketiganya dari rumpun Austronesia), sementara di Asia Tenggara daratan adalah kerajaan Khmer (dari rumpun Mon-Khmer) dan Champa (dari rumpun Austronesia). Kerajaan-kerajaan tersebut memiliki wilayah yang luas, berkuasa, dan mempengaruhi kerajaan-kerajaan di sekitarnya, baik dalam hal tatanan sosial, agama, bahasa, dan juga arsitektur. Video singkat ini dapat memberi gambaran tentang konflik dan luas wilayah setiap kerajaan dari tiap rumpun di atas sepanjang sejarah. #Blusukan #Hari11 Kalau ke Phnom Penh, jangan sampai lupa mendatangi Tuol Sleng dan Choeng Eik alias the Killing Field, bukti kekejaman rezim Polpot. Polpot adalah pemimpin organisasi komunis di Kamboja, Khmer Merah, yang mengkudeta pemerintahan yang sah dan berkuasa di sekitar tahun 1970-an. Di bawah pemerintahannya, 3 dari 8 juta rakyat Kamboja mati karena kelaparan dan siksaan. Tuol Sleng adalah bangunan SD yang dirubah oleh Duch, tangan kanan Polpot, untuk menyiksa 30.000 orang. Tak hanya laki-laki yang disiksa, tapi juga wanita dan anak-anak yang suami atau ayahnya adalah tokoh intelektual atau politik. Sementara itu, Choeng Eik adalah kuburan Cina yang diubah Duch menjadi ladang pembantaian dan penguburan massal dekat kota Phnom Penh. Untuk menghemat peluru, seluruh orang disini dibunuh dengan cangkul, linggis, dll. Banyak diantara korban yang merupakan wanita dan anak-anak. Ada sebuah pohon dimana anak-anak dan bayi-bayi dibunuh dengan dipegang kakinya dan dihantamkan kepalanya ke pohon tersebut. Semoga semua ini menjadi pengingat betapa manusia bisa menjadi makhluk yang kekejiannya melebihi binatang. #Blusukan #Hari10 Naik bus butut lagi, karena dapatnya cuma ini. Kali ini arah Phnom Penh. 5 jam perjalanan cuma bayar US$ 7. Di tiket tulisannya pakai AC, ternyata cuma semburan angin. Gang tengah dipakai duduk penumpang menggunakan kursi kecil. #Blusukan #Hari8 Siem Reap, kota dengan rasa kampung. Semua yang mau ke kota kuno Angkor biasanya menginap disini, karena tidak ada penginapan di area Angkor. Walaupun seperti kampung, jangan tertipu. Semua harga dalam dollar dan serba mahal. Bahkan untuk tiket masuk Angkor mahal sekali (US$37 untuk 1 hari, US$ 62 untuk 3 hari). Kecuali untuk hal-hal yang sudah ditetapkan pemerintah (seperti tiket masuk Angkor), hal-hal lainnya sebaiknya ditawar. Bahkan untuk makanan di restoran yang sudah ada tertera harganya masih saya tawar. Saya jadikan harga Jakarta sebagai patokan maksimum. Hari kedua di Kambujadesa, bekas daerah jajahan Jawa di abad ke-8 menurut informasi prasasti Vat Sangrom (Kamboja). Raja Kambujadesa dulunya dididik di keraton Jawa dan berhasil membebaskan diri dari penjajajahan Jawa di abad ke-9 menurut prasasti Sdok Kok Thom (Kamboja). Dari semua candi di Asia Tenggara daratan, candi-candi Kamboja lah yang arsitekturnya paling mirip candi Jawa Tengah. #Blusukan #Hari7 Sudah 7 bulan sejak raja Thailand, Bhumibol Adulyadej, wafat. Tapi di berbagai kota saya masih melihat fotonya dipampang di depan rumah, toko atau gedung pemerintah dengan karangan bunga.
Tadi jam 08.00 ada tayangan tentang jasa-jasa raja Bhumibol semasa hidup di TV selama 5 menit diiringi lagu. Seluruh orang Thai di food court terminal bus tempat saya makan langsung berhenti bicara dan berdiri selama 5 menit. Penghormatan yang luar biasa dari rakyat ke rajanya. #Blusukan #Hari7 Mini bus subuh dari Ayutthaya ke Bangkok. Untuk menguber bus pagi (9:00 AM) dari Bangkok ke Siem Reap (Kamboja). Still 13 hours to go.
#Blusukan #Hari5 Dari semua candi yang sudah saya datangi di Thailand sampai hari ini, hanya satu inilah (Wat Si Sawat) yang berhasil saya ketahui dulunya merupakan candi Hindu sebelum dirubah menjadi candi Buddha. Candi Hindu yang lainnya entah kemana.
Hari ini bergerak ke Sukhothai, bekas ibukota kerajaan dengan nama yang sama, 6 jam di selatan.
Di Asia Tenggara daratan, hampir semua bekas ibukota kerajaan memiliki dinding dan parit keliling, untuk meredam serbuan bangsa-bangsa tetangga, seperti Thai, Mon, Khmer, Dai Viet, Lanna, Cham, dll. Di Indonesia, tidak semua kota kuno memiliki dinding keliling. Parit keliling juga setahu saya tidak ada. Di Indonesia, serbuan tidak berasal dari bangsa lain, tapi dari bangsa sendiri, berupa pemberontakan, perebutan tahta putra raja, dll. Pindah ke bus butut buat melanjutkan perjalanan ke Sukhothai. Ada tulisan wajib pakai sabuk pengaman, tapi kursi busnya saja tidak dibaut. Entah efektif atau gak. #Blusukan Di masa ketika Majapahit berkuasa di Indonesia, peta perpolitikan di Asia Tenggara daratan kurang lebih seperti ini. Tujuan blusukan kali ini adalah mendatangi bekas kota-kota utama kerajaan yang berwarna ungu, kuning, dan merah tua di peta. Sisanya lain waktu insya Allah
|
TOPICS
All
MONTHS
December 2019
|