ARIEF ONLINE
  • Home
  • Curriculum Vitae
  • Thoughts
  • Photographs
  • Poems
  • Languages Learning
    • Indonesian Phrases
    • Persian Phrases
    • French Phrases
    • German Phrases
    • Dutch Phrases
    • Learning Materials
  • Contact

Peta Persebaran Tempat Bersejarah & Wisata Bekasi

6/12/2019

1 Comment

 
Berikut adalah peta persebaran tempat bersejarah dan wisata alam di Bekasi yang saya buat berdasarkan informasi dari berbagai sumber.
​
Ada situs kubur prasejarah dengan tinggalan berbagai artefak emas, makam para penyebar Islam pertama di Bekasi, rumah kuno Betawi dari abad ke-16, klenteng kuno, sisa pondasi jembatan kereta Belanda, hingga rumah-rumah tuan tanah Tionghoa.
1 Comment

Kekuatan Lobi Israel dalam Angka

19/11/2019

0 Comments

 
Hari ini terjadi sebuah peristiwa penting terkait masa depan Palestina: AS mengumumkan bahwa mereka tidak lagi memandang pendudukan Israel atas Tepi Barat sebagai tindakan ilegal.

Bicara soal Israel, ini adalah negara dengan penduduk hanya 10 juta yang siap dicaplok oleh negara-negara Arab di sekelilingnya yang berpenduduk ratusan juta orang. Meski demikian, lobi Israel di AS luar biasa kuat.

Salah satu organisasi lobi pro-Israel terkuat di AS adalah AIPAC. Hanya dari iuran anggota saja, AIPAC dapat mengumpulkan US$ 90 juta dalam setahun. Pada pemilu tahun lalu, AIPAC dan organisasi-organisasi pro-Israel menggelontorkan US$ 14 juta untuk menyokong para caleg AS untuk menjamin bahwa mereka akan membela kepentingan Israel di legislasi AS.

Dari 435 anggota House of Representatives AS, 269 anggota menerima suntikan dana dari organisasi-organisasi lobi pro-Israel sebesar rata-rata US$ 23.000 per anggota dan dari 100 anggota Senat AS, 58 anggota menerima sokongan dana dari organisasi-organisasi tersebut sebesar rata-rata US$ 77.124 per anggota. Masih bingung kenapa politik luar negeri AS sangat pro-Israel?

Dalam sejarahnya, tingkat konflik orang Yahudi dan orang Barat sebetulnya sangat tinggi. Tapi dengan kekuatan keuangan Zionis saat ini, mereka mampu merubah lawan menjadi kawan yang akan membela kepentingan mereka.
​
0 Comments

Indahnya Keanekaragaman Bahasa

9/11/2019

0 Comments

 
Picture
Bagi saya, setiap bahasa, sebagaimana budaya, adalah keindahan. Oleh karena itu, bila bertemu orang lain yang bahasanya beda dengan saya, saya akan coba bicara dalam bahasa tsb dan aksennya, selama saya bisa. Itu adalah cara saya "menikmati" bahasa tersebut di lidah saya.

Kalau dia bicara bahasa Indonesia, saya akan pakai bahasa Indonesia.

Bila dia cakap bahasa Melayu, saya akan guna bahasa Melayu.

Mun manéhna maké basa Sunda nu loma, urang gé bakal maké Sunda nu loma.

Upami anjeunna nganggo basa Sunda nu lemes, abdi ogé janten nyarios nganggo Sunda nu lemes.

Nek dheweke nganggo boso Jowo Ngoko, aku yo melu nganggo boso Jowo Ngoko.

If he speaks English, likewise will I speak in English.

Wenn er Deutsch spricht, werde ich auch Deutsch benutzen.

Als hij Nederlands praat, zal ik ook Nederlands gebruiken.
​
Et si on parle Français, j'essay à parler au Français aussi.


Mari kita hargai keindahan yang sudah diciptakan Tuhan ini 🙏
0 Comments

Tata Basa Sunda Kiwari

4/11/2019

0 Comments

 
Nu diantosan téh tos dugi. Nuju rumaos bingah.
Picture
0 Comments

Lingga Kristal Candi Sukuh

28/10/2019

3 Comments

 
Temuan artefak arkeologis terhebat dan paling membingungkan di Nusantara buat saya adalah ini: Lingga kristal dari tahun 1400-an yang ditemukan di candi Sukuh, Jawa Tengah. Bagaimana nenek moyang kita dulu sudah bisa membuat barang semacam ini?

Sumber foto: Internet

Picture
3 Comments

Tingkatan Bahasa Jawa

20/10/2019

0 Comments

 
Bahasa Jawa itu bahasa yang rumit. Menurut penelitian Soepomo Poedjosoedarmo dari universitas Cornell, bahasa Jawa (di luar bahasa perwayangan) memiliki 9 tingkatan. Penggunaannya tergantung pada status sosial si pembicara, yang diajak bicara, dan derajat hormat kita pada obyek yang dijadikan bahan pembicaraan.

Sebagai contoh, bila kalimat "Ini anak saya Tini, yang saya ceritakan tadi" disampaikan dalam 9 tingkatan tersebut, maka menjadi:

1. Ngoko Lugu: "Iki anakku Tini, sing tak kandakké mau."
2. Antyo Boso: "Iki anakku Tini, sing tak aturké mau."
3. Boso Antyo: "Iki anak kulo Tini, sing tak aturké mau"
4. Madyo Ngoko: "Niki anak kulo Tini, sing tak kandakké wau."
5. Madyantoro: "Niki anak kulo Tini, sing kulo ceriyosaké wau."
6. Madyo Kromo: "Niki anak kulo Tini, sing kulo aturké wau."
7. Wredo Kromo: "Meniko anak kulo Tini, sing kulo ceriyosaké wau"
8. Kramantoro: "Meniko anak kulo Tini, ingkang kulo ceriyosaken wau"
9. Mudo Kromo: "Meniko anak kulo Tini, ingkang kulo aturaken wau."


Sebagai perbandingan, bahasa Sunda di daerah Priangan (Bandung, Garut, Ciamis) setidak-tidaknya hanya mengenal 3 tingkatan yang digunakan dalam bahasa sehari-hari: Loma, Lemes jang Sorangan, Lemes jang Batur. Itu pun setelah bahasa Sunda mendapat pengaruh dari bahasa Jawa era Mataram Islam. Sebelumnya bahasa Sunda hanya mengenal 1 tingkatan (lihat karya-karya sastra Sunda Kuno seperti Siksakanda ng Karesian).

Sumber foto: Internet
Picture
0 Comments

Proses Terciptanya Tingkat Bahasa Menengah dan Halus pada Bahasa Jawa dan Sunda

7/10/2019

0 Comments

 
Picture
Pada umumnya kita melihat kebudayaan Jawa era Hindu-Buddha sebagai kebudayaan yang sangat feodal dan hierarkis. Uniknya, bahasa Jawa Kuno dan Pertengahan yang digunakan di era tersebut justru tidak mengenal stratifikasi. Rakyat dan bangsawan menggunakan ragam bahasa yang sama untuk berkomunikasi terhadap satu sama lain. Hanya sebutan/cara memanggil satu sama lain saja yang dibedakan, sama seperti pada bahasa Melayu.

Sebaliknya, kebudayaan Jawa era Islam (kesultanan) biasanya dianggap lebih egaliter. Namun studi linguistik menunjukkan, tingkatan-tingkatan bahasa Jawa yang saat ini kita kenal, seperti Madyo, Kromo, dll, justru muncul di era ini. Penelitian-penelitian linguistik juga menunjukkam bahwa tingkatan-tingkatan bahasa ini muncul sebagai upaya kaum bangsawan untuk membedakan dirinya dengan rakyat jelata, salah satunya melalui bahasa yang mereka gunakan.

Penelitian yang dilakukan Soepomo Poedjosoedarmo (Universitas Cornell) mengungkapkan bahwa kata-kata Madyo dan Kromo sebetulnya adalah kata-kata buatan, bukan alami, yang dibuat oleh kaum bangsawan dengan menambahkan imbuhan-imbuhan tertentu pada kata-kata Ngoko ataupun menggali dan menghidupkan kembali kata-kata dari bahasa Jawa Kuno/Pertengahan. Padahal, di era Jawa Kuno/Pertengahan, kata-kata tersebut bersifat biasa-biasa saja dan digunakan rakyat jelata untuk berkomunikasi dengan satu sama lain.

Penelitian Soepomo tersebut bisa dibaca secara detail di tautan di bawah ini.
https://ecommons.cornell.edu/…/INDO_6_0_1107138592_54_81.pd…

Alhasil, dengan upaya-upaya pembedaan tersebut, kini bahasa Jawa Baru memiliki total 9 tingkatan, sesuai hasil penelitian Soepomo.

Di kemudian hari, ketika kesultanan Mataram melebarkan kekuasaannya ke tanah Priangan, bahasa Jawa Baru yang kini telah memiliki bermacam-macam tingkatan itu mempengaruhi bahasa Sunda yang digunakan oleh kaum bangsawan Priangan yang kemudian menjadi bawahan Mataram. Bahasa Sunda Priangan pun akhirnya memiliki setidaknya 3 tingkatan: Loma, Lemes Jang Sorangan, Lemes Jang Batur. Sementara itu, bahasa Sunda yang digunakan di luar Priangan, seperti di Banten misalnya, tetap hanya mengenal 1 tingkatan saja.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang hal di atas, silakan baca buku Sundanese Print Culture and Modernity in Nineteenth Century West Java oleh Mikihiro Moriyama (Singapore University Press) ataupun tautan berita berikut:
http://jabarkahiji.id/…/membongkar-kemunculan-hierarki-dal…/

Untuk masyarakat Priangan, bahasa Sunda yang digunakan oleh orang Sunda non-Priangan ini seringkali terdengar kasar. Karena memang banyak kata dari bahasa Sunda luar Priangan yang lantas masuk ke kategori kasar di bahasa Sunda Priangan. Sementara itu, untuk masyarakat Sunda non-Priangan, bahasa Sunda di daerah Priangan terdengar sangat feodal dengan aneka tingkatannya.
​
Saat ini, ada gerakan puritanisme di antara para budayawan Sunda untuk kembali menggunakan bahasa Sunda "kasar" seperti yang digunakan di daerah di luar Priangan. Bahasa inilah yang dianggap bahasa Sunda yang murni, yang mengenal semangat egaliter (kesetaraan) dan dianggap bebas dari jejak feodalisme yang ditinggalkan Jawa di sebagian negeri Pasundan.

Sumber foto: Internet
0 Comments

Lika-liku Menerbitkan Buku Non-Fiksi

4/10/2019

2 Comments

 
Menerbitkan buku non-fiksi itu ternyata sulit ya, meskipun buku itu kita tulis dengan riset lapangan dan literatur yang jelas dan dalam waktu yang lama (7+ tahun). Ya mungkin karena penulisnya belum ada nama (saya, hehe).

Belasan penerbit umum maupun sejarah yang saya kirimi naskah buku "Peradaban Jawa Kuno: Sebuah Gambaran Utuh" (486 hlm) mengatakan naskah buku ini bagus dan punya referensi sumber akademik dalam & LN yang sangat jelas. Namun diperkirakan target marketnya sangat kecil sekali. Mereka lebih tertarik menerbitkan buku yang lebih "ringan" dan diperkirakan punya target market yang lebih besar.

Ada pula penerbit yang hanya menerbitkan buku-buku sejarah yang disadur dari penulis luar negeri. Ada pula yang mau menerbitkan tapi menawarkan skema "kerjasama" yang kalau diteliti malah merugikan penulis, wah wah.
​
Saya jadi mikir untuk melanjutkan penulisan buku kedua saya "Keajaiban Alam Semesta" tentang astrofisika, sebuah bidang lain yang saya sukai, yang sudah mencapai 120 hlm. Jelas target market buku ini akan dianggap lebih kecil dari buku sejarah.
Yang jelas saya gak akan menyerah dengan buku pertama saya ini. Insya Allah saya akan berusaha menerbitkannya sebelum saya mulai lagi menulis hal-hal lainnya. Mohon doa restunya. Amin.
Picture
2 Comments

New Books on Quantum Physics & History

24/6/2019

0 Comments

 
Good books smell and taste like pizzas. Haven't had the time to read the new books on the top row. Just about to finish reading the one on the bottom row.
Picture
0 Comments

Buku "Ayat-ayat Semesta"

24/6/2019

0 Comments

 
Seneeeeng banget akhirnya bisa dapetin buku ini. Sebagai pecinta buku-buku Fisika Kuantum, gue bisa bilang isi buku ini bagus banget. Bukan cuma sekedar buku cocoklogi lain yang berusaha kaitin agama & sains. Karena penulis buku ini adalah pakar Fisika Teoretis dan buku ini ngebahas hal-hal yang gue suka kayak persamaan Feynman dll dalam aspek filosofis.
0 Comments

Harga yang Harus Dibayar untuk Persatuan Indonesia

31/5/2019

0 Comments

 

​Persatuan Indonesia itu mahal sekali harganya. Kenapa? Karena sebenarnya sepanjang sejarah Nusantara, adalah tidak lazim untuk punya wilayah seluas wilayah Indonesia saat ini.

Seringnya, Indonesia itu terdiri dari kerajaan-kerajaan yang didirikan atas kesamaan suku. Misalnya Jawa, Sunda, dll. Ini yang terjadi di zaman Hindu-Buddha ataupun Islam.

Sepanjang sejarah Nusantara, seluruh Nusantara itu hanya dipersatukan pada masa pemerintahan dua kerajaan. Pertama, yaitu pada abad ke-8 ketika Samaratungga, raja Mataram Kuno (kerajaan yang mendirikan Prambanan & Borobudur) menikah dengan dewi Tara, putri raja Sriwijaya. Ketika dua dinasti ini melebur jadi satu, wilayah pengaruh Indonesia di Barat sampai ke Madagaskar (sebagian nenek moyang orang Madagaskar berasal dari suku Barito di Kalimantan yang dibawa kesana oleh kapal-kapal dagang Sriwijaya. Baca penelitian Peter Bellwood et al.), di utara sampai ke Kamboja (baca pasasti Sdok Kok Thom di Kamboja yang menerangkan bahwa Kamboja pernah dijajah Jawa pada abad ke-8 dan putra mahkotanya ditawan di Jawa), Cina Selatan (lihat catatan dinasti Tang pada 767 M mengenai serbuan-serbuan orang Jawa ke teluk Tonkin) dan di timur sampai ke Filipina Selatan (baca prasasti plat tembaga Laguna dari 900 M di Manila Selatan yang menerangkan tentang pembebasan utang penguasa setempat ke penguasa lain yang wilayahnya ada di bawah kekuasaan Jawa). Kedua, yaitu pada abad ke-14 ketika Majapahit berkuasa. Patihnya Majapahit, yaitu Gajah Mada, berambisi mempersatukan seluruh Nusantara. Ini dilakukannya melalui penaklukan-penaklukan militer dan juga diplomasi ke kerajaan-kerajaan di seluruh Nusantara. Daftar daerah yang dipersatukannya, mulai dari Sumatera sampai Maluku, bisa dibaca di kakawin kuno Negarakretagama.

Belum pernah ada catatannya dalam sejarah Nusantara, di mana Nusantara berhasil diduduki bangsa asing kecuali ketika masa Jepang dan Belanda. Sebagai contoh, ketika Kubilai Khan mencoba menyebrang ke Nusantara untuk menguasai Nusantara pada abad ke-13, serangan ini berhasil dipatahkan dengan siasat yang dilakukan Raden Wijaya, pendiri Majapahit.

Tapi coba perhatikan, bila mana Indonesia berhasil dikuasai kekuatan asing dan dipecah belah? Pada masa Jepang dan Belanda, Nusantara berhasil dikuasai karena anak-anak negeri sendiri berhasil diadu domba oleh Belanda. Lalu kenapa aliansi Sriwijaya dan Mataram Kuno akhirnya pecah? Yaitu ketika pangeran Rakai Pikatan dan Balaputradewa saling berebut tahta. Dan bagaimana kerajaan Majapahit hancur? Awalnya ketika pangeran Wikramawarddhana dari keraton Barat berebut kekuasaan dengan pangeran Bhre Wirabhumi dari keraton Timur. Jadi kalau dilihat, polanya selalu sama: Indonesia tidak pernah bisa dikuasai kekuatan asing dari luar ketika putra-putra bangsanya bersatu. Bahkan ketika bersatu, kita bisa menguasai negeri-negeri lain. Tapi negeri kita selalu hancur lebur ketika putra-putra bangsanya mulai berebut kekuasaan.

Oleh karena itu, untuk mempertahankan kesatuan Indonesia seperti saat ini (7 abad setelah terakhir dipersatukan Majapahit pada abad ke-14), memang diperlukan upaya-upaya AKTIF dari semua elemen pembentuk bangsa. Apa bentuk upaya-upaya aktifnya? Berusaha saling mengenali, saling bersilaturahmi, saling bertoleransi, dan SALING MENAHAN DIRI. Itu harga yang harus dibayar untuk persatuan Indonesia.

Robert D. Kaplan, pakar geopolitik, menerangkan dalam bukunya yang saya suka, "Revenge of Geography", bahwa setiap bangsa selalu punya kecenderungan bentuk politiknya sendiri sesuai bentang alam/geografi yang ditempatinya. Bila bentuk politik yang pas untuk Tiongkok dan Jepang adalah kesatuan (karena bangsa mereka masing-masing tinggal di satu daratan yang sama), maka kecenderungan bentuk politik negeri kepulauan seperti Indonesia sebetulnya adalah kerajaan-kerajaan pecahan (karena perlu usaha yang lebih besar bagi negeri kepulauan untuk mempersatukan visi seluruh penduduknya di pulau-pulau yang terpisah daripada negeri daratan).

Kerajaan-kerajaan pecahan ini adalah harga yang harus kita bayar ketika kita tidak bisa bersatu. Resikonya? Ketika kita menjadi kerajaan-kerajaan pecahan, kita harus siap menerima peperangan yang mungkin terjadi antar kerajaan-kerajaan ini (seperti ditunjukkan sejarah kita) atau kemungkinan diduduki negara lain yang lebih kuat persatuannya (seperti Belanda yang mana adalah negeri daratan). Siapkah kita?

Bila itu terjadi, maka mungkin kita harus menerima kondisi itu selama 6-7 abad lamanya, sebelum kita menemukan lagi musuh bersama yang mengharuskan kita bersatu (seperti kita terakhir menghadapi Belanda dan Jepang). Masa persatuan Nusantara di bawah Sriwijaya-Mataram Kuno (abad ke-8), Majapahit (abad ke-14), dan NKRI (abad ke-21) -masing-masing terpisah 6-7 abad lamanya.

Mari kita jadikan renungan bersama.
​
Sumber foto: Internet
0 Comments

Kenapa Saya Jarang Posting soal Politik Praktis?

24/5/2019

0 Comments

 
Saya juga bisa sih ikut-ikutan posting politik yang mengunggulkan pihak saya dan menyerang pihak lawan. Tapi saya menahan diri. Sangat-sangat menahan diri. Kenapa?

1. Saya punya saudara dan teman-teman baik, baik dari pendukung 01 dan 02. Kalau gak ada kasus 01 vs 02 ini, mereka adalah orang-orang paling baik yang saya kenal. Saya gak rela hubungan saya dengan mereka rusak cuma karena saya ribut soal politik.

2. Saya melihat jumlah pendukung 01 dan 02 di tahun 2014 dan 2019 tidak banyak berubah signifikan. Itu artinya apa? Postingan-postingan di medsos selama ini yang membela pihak sendiri dan menyerang pihak lawan tidak terlalu efektif untuk merubah pikiran pihak lawan dan beralih ke pihak kita. Postingan-postingan semacam ini cuma memperkuat keyakinan pihak yang sudah sama dengan kita.

Mungkin di titik inilah kampanye politik berubah jadi seperti mewartakan agama. Ketika kita terlalu banyak posting di medsos soal keunggulan agama kita dan terus menyerang agama lain, pihak lain akhirnya jadi sama sekali gak tertarik.
​
Mau cara kampanye yang aktif? Sama juga seperti mewartakan agama. Jangan kebanyakan nongkrong di medsos. Terjun langsung ke masyarakat! Tunjukkan Anda dan paham yang Anda bela adalah yang baik/terbaik dengan memberikan sebanyak-banyaknya manfaat bagi manusia. Orang akan bisa merasakan. Kalau setiap orang berusaha membuktikan kebenaran/kebaikan apa yang diyakininya dengan cara ini, dunia akan jadi tempat yang lebih baik.
0 Comments

Buku Keajaiban Alam Semesta

23/5/2019

0 Comments

 
Menulis bukuku hlm. 86. Mencoba menjelaskan tentang Radius Schwarzchild (RS) dalam bhs. Indonesia. RS ialah jari-jari yang harus dimiliki sebuah benda, berapapun massanya, agar dapat diubah menjadi Lubang Hitam.
.
Sebagai contoh, bila kita ingin merubah manusia menjadi Lubang Hitam, kita harus memampatkan manusia menjadi hanya berjari-jari 10 ^ -25, lebih kecil dari atom! Kekuatan kompresi semacam ini belum dimiliki teknologi manusia saat ini, tapi bukan berarti tidak bisa diwujudkan manusia masa depan. 

​
#astrofisika #astrophysics_ #lubanghitam #blackhole
Picture
0 Comments

Board Games!

19/5/2019

0 Comments

 
I haven't played any game continuously for a looong time, maybe like 12 years, since I always thought that playing game was just a waste of time compared to reading books or learning about things that interest me.
​

Well, that's until I knew of modern (strategy) board games sometime ago. Playing them face to face with your friends is sooo much fun! The hype is like when I first got introduced to Age of Empires, a PC game that was responsible for my interests in history and linguistics.
Picture
0 Comments

A History of God & God: A Human History

15/5/2019

2 Comments

 
Picture
The title "A History of God", in my opinion, befits more the book written by Reza Aslan than that by Karen Armstrong, since Aslan's explains extensively the evolution of human's perception of God since the primeval time to the modern age, not restricted to the Abrahamic religions. Aslan's, despite the writer himself being a Doctor in religious studies, however lacks the rigorous logical analysis expounded on Armstrong's. If these two books could be combined, they would be perfect.
2 Comments
<<Previous

    TOPICS

    All
    Anthropology
    Archaeology
    Architecture
    Astronomy & Cosmology
    Biology
    Book Recommendation
    Business & Property
    Economy
    Education
    Film Recommendation
    General Science
    Geography
    Geology
    Geopolitics
    History
    Life
    Linguistics
    Others
    Philosophy
    Photography
    Place Recommendation
    Poem
    Politics
    Psychology
    Quantum Physics
    Religion
    Sociology

    RSS Feed

    MONTHS

    December 2019
    November 2019
    October 2019
    June 2019
    May 2019
    March 2019
    February 2019
    November 2018
    October 2018
    August 2018
    July 2018
    June 2018
    May 2018
    April 2018
    March 2018
    February 2018
    January 2018
    December 2017
    November 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    February 2017
    January 2017
    December 2016
    November 2016
    October 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015
    April 2015
    March 2015
    February 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    July 2014
    June 2014
    May 2014
    April 2014
    March 2014
    February 2014
    January 2014
    December 2013
    November 2013
    September 2013
    August 2013
    June 2013
    May 2013
    April 2013
    March 2013
    February 2013
    January 2013
    December 2012
    November 2012
    October 2012
    September 2012
    August 2012
    July 2012
    June 2012
    May 2012
    March 2012
    February 2012
    November 2011
    December 2009
    November 2009
    January 2009
    May 2008
    March 2008
    January 2008
    December 2007

  • Home
  • Curriculum Vitae
  • Thoughts
  • Photographs
  • Poems
  • Languages Learning
    • Indonesian Phrases
    • Persian Phrases
    • French Phrases
    • German Phrases
    • Dutch Phrases
    • Learning Materials
  • Contact